Reaktif Covid-19, Atlet Pelatda Jambi Dipulangkan Tanpa Dukungan Obat
Selama menjalani isolasi mandiri, para atlet tak mendapatkan bantuan obat ataupun vitamin, apalagi dukungan perawatan medis.
Oleh
IRMA TAMBUNAN
·3 menit baca
JAMBI, KOMPAS — Dua atlet PON dipulangkan untuk menjalani isolasi mandiri setelah tes antigen mereka positif. Pemulangan oleh Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Jambi yang minus dukungan perawatan medis ataupun bantuan obat itu dikhawatirkan memperburuk kondisi fisik dan mental atlet.
Sudah tiga hari ini, atlet muaythai M Ali terpaksa menjalani isolasi mandiri di kamar kosnya di Kota Jambi. Meski dirinya dalam kondisi flu, sang pelatih, Ronal, menganjurkan agar ia tetap rutin berjemur di pagi hari. ”Siapa tahu virusnya bisa cepat hilang,” kata Ronal, Senin (9/8/2021).
Ali masih merasa bugar sejak awal mengikuti Program Pelatihan Daerah (Pelatda) Tahap II Atlet PON asal Jambi di Hotel Ratu, 2 Agustus lalu. Untuk masuk program pemusatan latihan tersebut, memang kala itu tidak ada tes Covid-19. Semua atlet datang dan berkumpul di hotel yang sama. Jumlahnya 96 atlet dan 29 pelatih.
Baru pada Jumat (6/7/2021) sore, tim medis Dispora Provinsi Jambi menggelar tes usap antigen bagi seluruh atlet. Hasil tes Ali menunjukkan reaktif positif Covid-19. Demi memastikan kembali, tim medis melakukan tes kedua untuknya. Hasilnya tetap sama.
Hari itu juga, ia langsung diminta pulang ke kosnya. Begitu pula atlet muaythai lain yang menjadi teman satu kamar di hotel, Sahat, turut diminta pulang untuk isolasi mandiri.
Selama menjalani isolasi mandiri, para atlet tak mendapatkan obat ataupun vitamin, apalagi dukungan perawatan medis. ”Kalau boleh ada bantuan susu dan vitamin, seperti Vitamin D3, atau vitamin yang lainnya agar cepat sembuh,” kata Ali.
Sang pelatih, Ronal, mengaku khawatir akan kondisinya di tempat isoman. Selama ini Ali paling diunggulkan dalam tim untuk meraih medali emas dan membawa harum nama Jambi.
Kalau boleh ada bantuan susu dan vitamin, seperti Vitamin D3, atau vitamin yang lainnya agar cepat sembuh.
Ali berprestasi pada kelas 60 Kg. ”Sewaktu Pra-PON dan juga kerjunas yang lalu, Ali yang terbaik. Ia meraih medali emas,” katanya.
Ketika mengetahui Ali dipulangkan begitu saja dari program Pelatda, Ronal sempat meminta petugas Dispora agar membantu pengobatan medis atau setidaknya membantu obat dan vitamin. Hingga kini, bantuan yang diharapkan belum datang.
Sementara itu, tunjangan bagi atlet yang tengah menjalani program pelatda hanya senilai Rp 50.000 per hari habis untuk membeli makan sehari-hari. Alokasi insentif atlet pada tahun ini jauh menurun dibandingkan tahun lalu yang nilainya Rp 130.000 per hari.
Tidak hanya tunjangan atlet yang turun pada tahun ini, dukungan perlengkapan pun tidak memadai. Hingga kini, pelatih olahraga dayung Roinadi mengatakan para atlet terpaksa harus antre menggunakan perahu dayung. ”Usulan tambahan perahu dan dayung belum terpenuhi hingga kini,” katanya.
Hanya sementara
Pelaksana Tugas Dinas Dispora Provinsi Jambi Ronaldi mengatakan, pemulangan atlet yang reaktif Covid-19 hanyalah sementara. ”Dalam waktu dekat kami akan membawa atlet untuk tes RT PCR,” ujarnya. Jika hasilnya tes menunjukkan positif Covid-19, pihaknya akan menjemput atlet menjalani isolasi khusus. ”Jadi, hanya dipisahkan sementara,” ujarnya.
Bergabungnya atlet dari berbagai cabang olahraga untuk menempati Hotal Ratu, jelas Ronaldi, adalah upaya pemerintah daerah melakukan pemusatan latihan. Ia menolak usulan pemusatan latihan berdasarkan masing-masing cabang olahraga. ”Kalau dipisah-pisahkan, nantinya akan sulit dikontrol,” ucapnya.