Tim putra Amerika Serikat gagal melaju ke final nomor 4 x 100 meter Olimpiade Tokyo 2020 untuk pertama kali sejak 2008. Ada empat faktor penyebab kegagalan tim estafet AS di Olimpiade dan Kejuaraan Dunia.
Oleh
Agung Setyahadi dari Tokyo, Jepang
·4 menit baca
Tim putra Amerika Serikat gagal melaju ke final nomor 4 x 100 meter Olimpiade Tokyo 2020 untuk pertama kali sejak 2008. Perjuangan tim estafet putra AS di Tokyo berakhir saat perpindahan tongkat tak berjalan mulus. Namun, masalah perpindahan tongkat bukanlah hal baru bagi tim estafet AS, baik di Olimpiade maupun Kejuaraan Dunia Atletik.
Sejak 1912, atau dalam 109 tahun ke belakang, berdasarkan data The Washington Post, tim 4 x 100 meter putra AS telah tampil 41 kali di dua ajang utama itu. Hingga Kamis (5/8/2021), dalam babak kualifikasi heat 2 di Stadion Olimpiade Tokyo, mereka 27 kali finis di posisi pertama atau kedua dan 13 kali didiskualifikasi atau gagal melaju ke final.
Jika diurai lebih detail, kegagalan tim estafet 4 x 100 meter putra AS di Olimpiade bisa dikategorikan menjadi empat kelompok.
Jika diurai lebih detail, kegagalan tim estafet 4 x 100 meter putra AS di Olimpiade bisa dikategorikan menjadi empat kelompok, yaitu perpindahan tongkat terlambat (di luar zona), terlalu cepat, tidak terjadi perpindahan, dan terlalu lama.
Perpindahan tongkat terlambat hingga berada di luar zona yang ditentukan terjadi tiga kali, yakni pada Olimpiade Stockholm 1912, Roma 1960, dan Seoul 1988.
Sementara pada Olimpiade Rio 2016, perpindahan tongkat terlalu cepat sebelum penerima masuk zona. Aturan perpindahan tongkat hingga perubahan pada 2018 menggunakan dua zona, yaitu 10 meter fly zone atau zona bagi pelari penerima untuk berakselerasi dan 20 meter zona transfer. Sekarang kedua zona itu digabung menjadi 30 meter zona perpindahan tongkat untuk menghindari perpindahan tongkat terlalu awal.
Di Olimpiade Rio de Janeiro 2016, tim putra AS awalnya bakal meraih medali perunggu setelah finis ketiga di belakang Jamaika yang tercepat dan Jepang di zona medali perak. Namun, tim AS kemudian didiskualifikasi karena pelari pertama, Mike Rodgers, menyerahkan tongkat ke Justin Gatlin terlalu cepat, masih di fly zone.
Kelompok ketiga penyebab kegagalan tim estafet 4 x 100 meter putra AS adalah sama sekali tidak terjadi perpindahan tongkat. Ini terjadi dalam babak pertama Beijing 2008 di mana pelari ketiga, Darvis Patton, dua kali gagal menyerahkan tongkat ke pelari terakhir, Tyson Gay. Tongkat terjatuh ke lintasan dan mereka gagal menghentikan Jamaika yang dipimpin Usain Bolt meraih medali emas, yang kemudian dicoret karena kasus doping Nesta Caster.
Adapun bagi tim AS, kegagalan di Olimpiade Beijing 2008 merupakan aib. Patton dan Gay sama-sama menyalahkan diri mereka sendiri. ”Ini mungkin kesalahan saya. Jika tongkat menyentuh tangan Anda, seharusnya Anda memegang itu. Saya veteran. Saya tidak pernah menjatuhkan tongkat dalam hidup saya,” ujar Gay waktu itu.
Penyebab keempat mereka gagal adalah perpindahan tongkat terlalu lama. Itu terjadi di Olimpiade Athena 2004 dan Tokyo 2020. Pada 2004, seperti dilaporkan oleh The New York Times, keempat sprinter yang tampil hanya dua kali bersama-sama melatih perpindahan tongkat. Pelari ketiga AS, Coby Miller, tidak mendengar teriakan Justin Gatlin dan memperlambat larinya, tetapi Gatlin sudah ada di belakangnya sehingga perpindahan tidak mulus dan aneh. Perpindahan tongkat dari Miller ke Maurice Green juga janggal meskipun sah. Mereka pun kalah dari tim Inggris Raya yang meraih emas dengan keunggulan 0,01 detik.
Pada babak kualifikasi heat 2 Olimpiade Tokyo 2020, tim putra AS juga terlalu lama dalam transfer tongkat, padahal mereka merupakan salah satu favorit peraih medali emas. Dalam babak kualifikasi itu, pelari kedua, Fred Kerley–peraih perak nomor 100 meter–tidak mulus saat menyerahkan tongkat ke Ronnie Baker. Tangan Baker justru meraih kaus Kerley dan usaha kedua gagal memegang tongkat. Kerley yang hampir bersampingan dengan Baker akhirnya menggunakan kedua tangannya untuk menyerahkan tongkat.
Waktu yang hilang tidak bisa ditutup oleh Baker dan pelari terakhir Cravon Gillespie. Tim estafet 4 x 100 meter putra pun finis keenam di heat 2 dan gagal melaju ke babak final. Ini kegagalan yang membuat marah para penggemar atletik juga para mantan atlet atletik Amerika Serikat. Ini merupakan aib bagi tim estafet 4 x 100 meter putra AS yang sempat mendominasi dengan meraih 15 medali dalam 18 Olimpiade yang mereka ikuti pada 1920-2000.
Selain kegagalan akibat faktor teknis, tim estafet 4 x 100 meter putra AS juga pernah didiskualifikasi setelah meraih medali perak pada 2012 karena doping. Di Olimpiade London itu, Tyson Gay positif doping sehingga medali perak menjadi milik tim Trinidad-Tobago.
Mantan sprinter AS, Carl Lewis, yang meraih sembilan medali Olimpiade, menilai performa di Tokyo 2020 itu tidak bisa diterima. ”Tim AS melakukan semuanya dengan salah dalam estafet putra. Sistem perpindahan tongkat salah, para atlet berlari dengan kaki yang salah, dan jelas bahwa tidak ada kepemimpinan di sana. Ini sangat memalukan dan sangat tidak bisa diterima karena saya lihat tim AS terlihat lebih buruk dari anak-anak AAU (Persatuan Atletik Amatir),” tulis Lewis di akun Twitter @Carl_Lewis. Lewis lebih lanjut di USA Today menyebut apa yang terjadi di Stadion Olimpiade Tokyo adalah pertunjukan badut.
Tim estafet putra AS harus bersiap lebih baik saat Olimpiade Paris 2024 jika mereka tidak ingin mengulangi aib di Tokyo.