Kepala Daerah di Sulut Diminta Tak Sekadar Beri Hadiah untuk Greysia Polii
Wakil Wali Kota Tomohon dan Gubernur Sulawesi Utara akan beri hadiah kepada atlet bulu tangkis Greysia Polii setelah memenangkan medali emas di Olimpiade Tokyo 2020. Bibit unggul atlet di daerah tak boleh dilupakan.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
TOMOHON, KOMPAS — Wakil Wali Kota Tomohon Wenny Lumentut dan Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey akan memberi hadiah kepada atlet bulu tangkis Greysia Polii setelah ia menyabet medali emas di Olimpiade Tokyo 2020. Namun, muncul harapan agar pemerintah daerah tak melupakan pembinaan bibit unggul atlet bulu tangkis di tingkat lokal.
Ditemui di kediamannya di Kelurahan Kolongan, Tomohon Tengah, Selasa (3/8/2021), Wenny Lumentut menyatakan akan memberikan tanah seluas 400 meter persegi kepada Greysia untuk dijadikan rumah tinggal. Hadiah itu berasal dari kekayaan pribadi Wenny.
”Jauh-jauh hari saya sudah bilang, dengan tercapainya final, mau menang atau kalah, saya akan tetap kasih hadiah itu. Ini bentuk apresiasi untuk prestasi besar Greysia yang sudah mengharumkan nama Tomohon dan Indonesia di tingkat dunia,” kata Wenny.
Wenny, seorang pengusaha besar cengkeh yang kemudian menjadi politisi, menyatakan dirinya bisa menyatakan janji itu karena merasa mampu menyediakannya. ”Kalau tidak mampu, jangan berjanji,” ujarnya.
Jajaran forum pimpinan daerah (Forkopimda) Tomohon turut mengikuti perjalanan Greysia yang berpasangan dengan Apriyani Rahayu hingga meraih medali emas bulu tangkis ganda putri Olimpiade Tokyo 2020. Mereka bahkan mengadakan nonton bareng laga final antara Greysia/Apriyani dengan pasangan China, Chen Qingchen/Jia Yifan, yang berujung kemenangan pasangan Indonesia dalam dua gim, 21-19 dan 21-11.
Pemkot Tomohon juga akan menyediakan hadiah bagi Greysia secara resmi, tetapi bentuknya masih didiskusikan. ”Kami lagi memikirkan reward (hadiah) apa yang cocok kami kasih ke dia. Yang jelas kami mengapresiasi dan berharap dia (Greysia) bisa mempertahankan prestasi,” ujar Wenny.
Sementara itu, Gubernur Olly Dondokambey yang juga menonton laga Greysia/Apriyani menyatakan akan memberikan sebuah rumah di Sulut bagi Greysia. Hadiah yang sama pernah ia berikan kepada Lilyana Natsir setelah ia merebut medali emas bulu tangkis ganda campuran dalam Olimpiade Rio 2016.
Hal ini ditegaskan anggota DPRD Sulut dari Fraksi PDI-P, Rocky Wowor. Ia mengatakan, hadiah itu akan bersumber dari kekayaan pribadi Olly. Menurut Olly, Greysia telah membuat warga Sulut bangga, sekalipun tercatat sebagai penduduk DKI Jakarta.
Menanggapi hal ini, Hershya Ade Polii, kakak Greysia, menyatakan, keluarganya senang karena pemerintah daerah begitu memerhatikan dan mengapresiasi Greysia. Padahal, adiknya hanya pernah betul-betul tinggal di Tomohon dan Manado antara usia 2-7 tahun, yaitu selama 1989-1994.
”Sekitar usia 5-6 tahun, Greys sudah mulai latihan sendiri di lapangan rumah di Winangun, Manado. Dia juga sempat bergabung di PB (Persatuan Bulu Tangkis) Pisok di Manado. Setelah itu, mulai usia SD, dia kembali lagi ke Jakarta, ikut pembinaan sampai jadi atlet,” kata Hershya.
Kalau bakat ini difasilitasi dengan sarana dan pelatih yang mumpuni, pasti ujungnya akan baik.
Kini, Greysia mendekati usia pensiun. Hadiah dari pemda Tomohon dan Sulut, kata Hershya, akan sangat membantu bagi adiknya yang kini memiliki bisnis real estat di Tomohon. Namun, ia berharap pemerintah juga memperkuat pembinaan bibit unggul atlet bulu tangkis di Sulut.
”Kita sebenarnya kaya sekali dengan bibit unggul atlet, tetapi sarana dan kesempatan bertandingnya mungkin tidak seperti di Jawa. Kalau bakat ini difasilitasi dengan sarana dan pelatih yang mumpuni, pasti ujungnya akan baik. Anak-anak akan lebih termotiviasi, begitu juga orangtua mereka,” kata Hershya.
Bagi peneliti Pusat Kajian Politik (Puskapol) Universitas Indonesia, Aditya Perdana, langkah kepala daerah menghadiahi atlet nasional yang berpretasi sah-sah saja. Namun, ini juga merupakan manuver untuk menampilkan citra sebagai pemimpin yang memerhatikan warganya kepada publik, termasuk calon pemilih.
”Itu wajar saja. Namun, yang harus kita perhatikan, apakah langkah ini tepat? Ini cuma langkah untuk kepentingan politik jangka pendek. Setelah hadiah diberikan, apakah di daerah akan muncul atlet-atlet yang siap tanding dan meraih medali? Kepala daerah harusnya membangun ke arah sana, melihat dampak jangka panjang,” tutur Aditya.
Kepala daerah seharusnya memberikan hadiah bagi atlet berprestasi sembari memintanya turut berkontribusi dalam pembinaan atlet di daerah.
Aditya mengatakan, janji-janji politisi yang demikian tetap harus dikawal. ”Jangan langsung percaya kalau dia menyatakan akan memberi hadiah dari kekayaan pribadi. Tujuan akhirnya, kan, memang menampilkan dirinya sebagai pemberi, sebagai pemimpin yang perhatian,” katanya.
Menurut Aditya, kepala daerah seharusnya memberikan hadiah bagi atlet berprestasi sembari memintanya turut berkontribusi dalam pembinaan atlet di daerah. Hal ini dapat berupa modal bagi atlet untuk memberikan workshop (loka karya) atau bahkan mengembangkan klub olahraga di daerah.
Pengembangan
Untuk mencetak atlet berprestasi di masa depan, Pemkot Tomohon telah memasukkan rencana pembangunan pusat olahraga bagi masyarakat, masing-masing satu di lima kecamatan. Wenny Lumentut mengatakan, hal tersebut telah dimasukkan dalam rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD).
Namun, penganggarannya paling cepat bisa terjadi jika ada perubahan dalam APBD 2021. ”Kalau tidak, ya, APBD 2022. Yang pasti, pemerintah akan mendukung dengan infrastruktur sehingga tumbuh bibit-bibit unggul atlet di Tomohon, terutama bulu tangkis,” kata Wenny.
Sementara itu, Kepala Dinas Kepemudaan dan Olahraga Sulut Marcel Sendoh mengatakan, pihaknya tengah membina atlet-atlet yunior bulu tangkis dari kalangan pelajar dalam program Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PLPP). Seleksi sedang berlangsung di beberapa kabupaten/kota. Hingga kini, jumlah pelajar yang dibina belum sampai 10.
Marcel mengatakan, fasilitas yang disediakan telah memadai, yaitu Gelanggang Olahraga (GOR) Arie Lasut milik Pemprov Sulut. GOR itu kerap digunakan untuk kompetisi nasional. ”Sudah ada sarananya, tinggal pembentukan dan peningkatan prestasi,” kata Marcel.