Proyek Liga Super Eropa dipastikan akan terus berlanjut. Pengadilan Niaga Madrid memerintahkan UEFA membatalkan seluruh hukuman dan denda bagi klub-klub yang terlibat dalam rencana itu, seperti Madrid, Barca, dan Juve.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·3 menit baca
MADRID, SABTU — Pengadilan Niaga Madrid, Spanyol, Kamis (29/7/2021), memutuskan bahwa Asosiasi Sepak Bola Eropa/UEFA harus membatalkan seluruh sanksi hukum kepada Real Madrid, Barcelona, dan Juventus, tiga tim yang menginisiasi terbentuknya Liga Super Eropa.
Berkat keputusan itu, impian untuk menghadirkan Liga Super Eropa belum sepenuhnya sirna. Bahkan, ketiga klub inisiator berkomitmen membuka kembali komunikasi dengan UEFA demi perbaikan kompetisi antarklub di kawasan itu.
Dengan putusan pengadilan itu, Real, Barca, dan Juve bisa terbebas dari denda hingga ancaman tidak bisa berkompetisi di kompetisi antarklub Eropa yang dinaungi UEFA. Pada Mei lalu, UEFA melalui pengawas etik dan disiplin melakukan investigasi keterlibatan tiga tim inisator itu dengan ancaman larangan dua musim bertanding di kompetisi antarklub Eropa. Di sisi lain, ketiga tim itu juga terancam denda sebesar 100 juta euro atau sekitar Rp 1,75 triliun.
Selain untuk ketiga tim itu, putusan pengadilan di Madrid itu juga berlaku bagi sembilan tim yang telah mundur dari proyek Liga Super, yaitu Manchester United, Manchester City, Liverpool, Arsenal, Tottenham Hotspur, Chelsea, Inter Milan, AC Milan, dan Atletico Madrid.
Sembilan tim itu telah mundur dari Liga Super dan sepakat membayar dana kompensasi sebesar 15 juta euro (Rp 262,1 miliar) kepada UEFA. Selain itu, pendapatan mereka dari kompetisi UEFA juga dipotong sebesar 5 persen pada musim 2023-2024.
Melawan monopoli UEFA
Putusan Pengadilan Niaga Madrid itu disambut baik oleh ketiga klub inisiator. Putusan pengadilan itu pun akan menjadi bekal bagi promotor Liga Super untuk melanjutkan proses hukum ke Pengadilan Eropa di Luksemburg. Proses hukum itu dilakukan ketiga klub demi meninjau ulang monopoli UEFA atas segala hak komersial dan pengelolaan kompetisi antarklub di Benua Biru.
”Kami memiliki tugas untuk mengatasi masalah sangat serius yang dihadapi sepak bola, yaitu UEFA menjadikan dirinya satu-satunya regulator, operator eksklusif, dan pemilik hak unik atas kompetisi sepak bola Eropa. Klub yang berpartisipasi di kompetisi Eropa harus memiliki hak pula untuk mengatur kompetisi mereka sendiri,” bunyi pernyataan resmi di laman Liga Super Eropa yang dikeluarkan pada Sabtu (31/7) dini hari WIB.
(Rencana) Liga Super tidak berakhir dan terus berlanjut. Kami tetap membuka diri untuk bergabungnya tim lain, tetapi tidak semua klub (Eropa) bisa bergabung.
Menurut petinggi Liga Super, tindakan monopoli yang dilakukan UEFA dalam beberapa dekade terakhir telah menghadirkan konflik kepentingan yang merusak sepak bola dan keseimbangan kompetitif di dalam kompetisi. Menurut Liga Super, hal itu terbukti melalui kurang transparannya kontrol keuangan, terutama pendapatan kompetisi yang bersumber dari kontrak para sponsor yang bernilai hingga miliaran euro.
”Kami senang bahwa selanjutnya UEFA tidak berhak memberikan kami ancaman hukuman. Tujuan kami tetap, yaitu terus mengembangkan proyek Liga Super secara konstruktif dan kooperatif. Kami juga selalu mengandalkan seluruh pemangku kepentingan sepak bola, seperti fans, pemain, pelatih, klub, liga, serta asosiasi nasional dan internasional,” lanjut bunyi pernyataan itu.
Membuka diri
Ketua Liga Super Eropa Florentino Perez memastikan pihaknya terus tidak menutup diri untuk membuka kembali komunikasi dengan UEFA. Menurut dia, Liga Eropa dan UEFA memiliki misi yang sama, yakni menghadirkan kompetisi antarklub yang lebih menghibur demi menarik minat banyak penonton serta menghasilkan lebih banyak uang bagi klub-klub.
Ia mencontohkan, penghapusan aturan keunggulan gol tandang yang diberlakukan di seluruh kompetisi antarklub Eropa mulai musim 2021-2022 adalah sebuah terobosan yang dapat meningkatkan level kompetisi. Perez pun membuka diri bagi sejumlah klub besar Eropa untuk kembali bergabung dengan Liga Super.
”(Rencana) Liga Super tidak berakhir dan terus berlanjut. Kami tetap membuka diri untuk bergabungnya tim lain, tetapi tidak semua klub (Eropa) bisa bergabung. Laga MU melawan Paris Saint-Germain jelas lebih menarik dibandingkan AS Roma kontra Sampdoria,” kata Perez kepada El Transistor, akhir Juni lalu.
Sementara itu, Presiden UEFA Aleksander Ceferin tetap berkeras menghentikan rencana Liga Super itu. Ia menegaskan, klub yang berseberangan dengan UEFA seharusnya menarik diri dari seluruh kompetisi yang diselenggarakan otoritas tertinggi sepak bola di Eropa itu. (REUTERS)