Pemerintah Siapkan Apresiasi untuk Kontingen Indonesia
Pemerintah berjanji akan memberikan apresiasi kepada semua kontingen Indonesia yang berjuang di Olimpiade Tokyo. Tetapi, pemerintah berharap semuanya segera bersiap untuk menuju kualifikasi Olimpiade Paris 2024.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Enam atlet dari tiga cabang olahraga kembali ke Tanah Air seusai menjalani tugas negara berjuang di Olimpiade Tokyo 2020. Kedatangan mereka disambut sejumlah petinggi olahraga, terutama dari Kementerian Pemuda dan Olahraga. Pemerintah turut menjanjikan semua kontingen Indonesia akan mendapatkan apresiasi atas perjuangan mereka di pesta olahraga multi cabang terbesar dunia tersebut.
”Pemerintah memastikan akan memberikan apresiasi ataupun penghargaan kepada semua kontingen Indonesia di Olimpiade Tokyo, baik atlet, pelatih, hingga tim pendukung. Namun, tentu ada perbedaan besaran sesuai perolehannya (medali/prestasi yang didapat). Nanti, kami akan umumkan pada waktu semuanya sudah kembali ke Indonesia,” ujar Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali saat menyambut gelombang pertama atlet yang kembali ke Tanah Air, Kamis (29/7/2021) malam.
Keenam atlet itu adalah atlet angkat besi kelas 49 kg putri, Windy Cantika Aisah; lifter 61 kg, Eko Yuli Irawan; lifter 67 kg, Deni; perenang 400 meter putri, Azzahra Permatahani; dan pasangan pedayung rowing, Mutiara Rahma Putri-Melani Putri. Dengan didampingi pelatih dan tim pendukung masing-masing, mereka tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Tangerang, Banten, Kamis sekitar pukul 23.50.
Kedatangan enam atlet itu disambut beberapa pejabat, antara lain oleh Menpora, Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia Marciano Norman, dan Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Perkumpulan Angkat Besi Seluruh Indonesia (PB PABSI) Djoko Pramono. Para atlet ini tidak langsung ke rumah masing-masing, tetapi harus menjalani karantina delapan hari di Hotel Fairmont Jakarta lebih dahulu.
Gelombang kedua kontingen Indonesia bakal kembali ke Tanah Air direncanakan pada Rabu (4/8). Sampai kini, ada 22 atlet dari delapan cabang yang masih di Tokyo, sebagian masih berjuang untuk memperebutkan medali dan sebagian telah gugur.
Zainudin mengatakan, dirinya mewakili Presiden Joko Widodo mengucapkan apresiasi kepada semua kontingen Indonesia yang sudah berjuang di Olimpiade Tokyo, terutama atas raihan perak dari Eko, perunggu dari Cantika, dan perunggu dari lifter kelas 73 kg Rahmat Erwin Abdullah.
”Bagi yang berhasil mendapatkan medali, selamat. Untuk yang belum berhasil, jangan berputus asa. Kesempatan masih terbuka. Sekarang, tata masa depan, mulai lagi dengan semangat luar biasa menuju kejuaraan tunggal ataupun multi cabang lain,” katanya.
Secara keseluruhan, Zainudin menuturkan, pengurus cabang olahraga Indonesia tidak bisa bersantai sehabis Olimpiade Tokyo. Sebab, kualifikasi Olimpiade Paris 2024 telah menanti dalam waktu dekat. Sebagaimana grand design olahraga nasional yang sedang disusun pemerintah, Olimpiade merupakan target prestasi utama.
Adapun Asian Games ataupun SEA Games hanya target antara untuk menuju ke Olimpiade. ”Saat ini, pembinaan atlet wajib berujung ke Olimpiade. Atlet-atlet fokus disiapkan ke sana,” tuturnya.
Dalam grand design olahraga nasional, pemerintah menentukan sekurangnya 14 cabang prioritas. Itu antara lain angkat besi, atletik, balap sepeda, bulu tangkis, dayung, panahan, panjat tebing, renang, senam, dan taekwondo.
Penentuan cabang prioritas itu berdasarkan rekam jejak prestasi yang pernah diraih dalam sejumlah kejuaraan tunggal atau multicabang skala dunia. Pemerintah berharap cabang-cabang prioritas itu bisa meningkatkan prestasinya di Olimpiade berikutnya, terutama dalam perolehan medali emas.
Salah satu cabang yang paling diharapkan, yakni angkat besi. Sejauh ini, angkat besi sukses menyumbangkan satu perak dan dua perunggu di Olimpiade Tokyo per 30 Juli ini.
Mereka berhasil mempertahankan tradisi medali Olimpiade dalam 21 tahun terakhir atau sejak trio lifter putri meraih medali di Olimpiade Sydney 2000, yaitu perak dari lifter 48 kg, Raema Lisa Rumbewas; perunggu lifter 48 kg, Sri Indriyani; dan lifter 56 kg, Winarni Binti Slamet. Akan tetapi, angkat besi belum pernah mengoleksi emas.
Kepala Bidang Pembinaan Prestasi PB PABSI Hadi Wihardja menyampaikan, pihaknya dan segenap pihak terkait perlu bersinergi untuk merawat para lifter muda yang ada agar bisa meraih prestasi lebih baik di Paris 2024. Penerapan sains olahraga harus lebih tajam. Para lifter pun patut lebih banyak berlomba di level internasional.
Untuk meraih emas, butuh peningkatan kualitas dalam pembinaan mulai dari mencetak atlet lebih banyak dan membangun fasilitas pelatnas yang lebih baik di luar Mess Marinir Kwini, Jakarta Pusat. (Fritz Simanjuntak)
Sekarang, merawat lebih sulit dari mencetak atlet, apalagi di tengah pandemi Covid-19 yang belum tahu kapan akan berakhir. Dalam kondisi itu, mengirim atlet ke kejuaraan internasional di luar cukup sulit. ”Sebagai solusi, mungkin kami perlu lebih sering mengadakan kejuaraan daring agar atlet muda ini terus terasa mental bertandingnya,” ujar Hadi.
Dalam pembinaan, lifter muda tidak bisa pula dipaksa untuk langsung punya angkatan jauh lebih besar. Pembinaan mereka patut menyesuaikan usia dan kondisi tubuh. Yang utama saat ini, pondasi tubuh lifter muda perlu dibangun lebih kuat agar bisa mengangkat barbel lebih berat tanpa cedera memasuki level senior dua-tiga tahun ke depan.
”Ini memerlukan pelatih conditioning yang melekat, jangan cuma seminggu sekali,” tegas Dirdja Wihardja, pelatih kepala PB PABSI.
Pengamat olahraga, Fritz E Simanjuntak mengutarakan, secara keseluruhan, prestasi angkat besi Indonesia luar biasa karena bisa mempertahankan tradisi medali dari Olimpiade 2000 sampai sekarang. Namun, untuk meraih emas, butuh peningkatan kualitas dalam pembinaan mulai dari mencetak atlet lebih banyak dan membangun fasilitas pelatnas yang lebih baik di luar Mess Marinir Kwini, Jakarta Pusat.
”Untuk mempercepat proses tersebut, butuh dukungan Inpres (Instruksi Presiden) dengan segera,” terang Fritz. (DRI)