Suasana berbeda tercipta dalam laga sepak bola Olimpiade 2020 di Stadion Miyagi. Ribuan penonton diperbolehkan hadir di tribune stadion untuk merasakan atmosfer persaingan di ajang olahraga terakbar itu.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
Ketika penyerang tim nasional putri Belanda, Vivianne Miedema, harus meninggalkan lapangan lebih awal di menit ke-88 dalam laga kedua babak penyisihan melawan Brasil, Sabtu (25/7/2021) malam WIB, terdengar tepuk tangan membahana di Stadion Miyagi. Penampilan memukau Miedema yang menciptakan dua gol pada laga yang berakhir imbang 3-3 itu memang patut mendapatkan apresiasi. Namun, kehadiran suara tepuk tangan itu seakan menjadi momen yang aneh sekaligus asing dalam Olimpiade 2020 yang tidak dihadiri penonton.
Seluruh cabang yang berlangsung di Tokyo hingga Fukushima tidak memperbolehkan penonton hadir di arena pertandingan untuk mengantisipasi Covid-19. Ketentuan berbeda diterapkan Prefektur Miyagi.
Stadion Miyagi berada di Kota Rifu, Prefektur Miyagi. Kota yang berada di pesisir timur laut Pulau Honshu, pulau utama Jepang, berjarak sekitar 365 kilometer dari ibu kota Tokyo. Dengan jarak itu, seseorang bisa mencapai Rifu dengan berkendara mobil melewati jalan bebas hambatan selama 4,5 jam. Atau bisa pula menaiki shinkansen, kereta cepat Jepang, dengan hanya menempuh waktu sekitar 2,5 jam.
Para penonton yang menyaksikan langsung laga Brasil melawan Belanda adalah para warga Miyagi yang terpilih. Pemerintah Miyagi menyiapkan kuota ribuan penonton untuk setiap laga sepak bola putri di Stadion Miyagi yang berkapasitas sekitar 49.000 orang. Para warga dipersilahkan mendaftar sejak satu bulan lalu untuk bisa mendapatkan kesempatan istimewa itu.
Hingga hari kedua cabang sepak bola, Stadion Miyagi telah menjadi penyelenggara bagi empat pertandingan di Grup F. Pada hari pertama, terdapat sekitar 1.744 warga Miyagi yang berkesempatan menyaksikan langsung laga China melawan Brasil serta Zambia menghadapi Belanda.
Kemudian, di hari kedua, sebanyak 2.212 warga mendapat keistimewaan untuk menyaksikan langsung persaingan sepak bola putri di ajang olahraga terakbar itu. Selain keberuntungan bisa menyaksikan langsung di tribune stadion, ribuan warga Miyagi itu amat terhibur karena mereka berkesempatan menyaksikan laga grup F yang paling banyak menyajikan gol dari tiga grup di cabang sepak bola putri. Secara total, empat tim di grup F telah menghasilkan 33 gol, termasuk parade gol terbesar di Olimpiade ketika Belanda mengalahkan Zambia 10-3.
Salah satu warga Miyagi, Masayuki Hobo, mengaku dirinya beruntung bisa menyaksikan langsung Olimpiade di stadion. Menurut dia, pengalamannya menyaksikan laga China melawan Brasil dan Zambia kontra Belanda, Rabu (21/7) lalu, adalah salah satu momen terbaik dalam hidupnya.
“Saya tidak peduli tim apa yang bertanding karena tujuan utama saya adalah merasakan langsung atmosfer pertandingan Olimpiade,” kata Hobo seperti dilansir media China, Xinhua.
Koji Abe, warga Miyagi lainnya, juga amat antusias bisa menonton langsung pertandingan Olimpiade di Stadion Miyagi. Ia bersama seorang temannya menyaksikan dua laga di hari kedua, Sabtu kemarin.
“Ini adalah pertama kalinya saya menyaksikan pertandingan sepak bola. Memang ada kekhawatiran dengan Covid-19, tetapi saya ingin menikmati momen berharga ini yang hanya sekali seumur hidup bisa dialami,” kata Abe yang berusia 70 tahun itu.
Selain keduanya, ada pula Hiro Numakura, yang lahir dan besar di Miyagi, kemudian merantau ke Tokyo 30 tahun silam untuk bekerja. Numakura pun rela kembali ke kampung halamannya demi bisa menonton Olimpiade. Bagi dia, aturan ketat yang diterapkan bagi setiap orang yang hadir di arena bukan halangan untuk menikmati pertandingan. Panitia menerapkan aturan ketat agar setiap penonton berjaga jarak, selalu memakai masker, membawa hand sanitizer, dan dilarang berteriak atau menyanyikan yel-yel.
“Kami dilarang berteriak, jadi hanya diperbolehkan bertepuk tangan. Kami berteriak dan memberikan dukungan kepada para atlet menggunakan hati,” kata Hiro yang menjadi salah satu penonton yang memberikan tepuk tangan ketika Miedema meninggalkan lapangan karena menderita cedera.
Menurun
Keberanian pemerintah Prefektur Miyagi mengizinkan penonton menyaksikan laga sepak bola itu bukan tanpa dasar. Hal itu bisa dilakukan karena Prefektur Miyagi mampu menekan laju penyebaran Covid-19. Ketika Tokyo memberlakukan situasi darurat hingga 8 Agustus karena kasus baru yang terus bertambah, pertambahan kasus baru di Miyagi justru menurun.
Grafik kasus baru di seluruh Jepang rata-rata mencapai 2.634 kasus baru dalam sepekan pada 17 Juli lalu, kemudian meningkat menjadi rata-rata 3.910 kasus baru per pekan yang tercatat pada 24 Juli kemarin.
Sementara grafik kasus baru di Prefektur Miyagi mengalami penurunan. Dari rata-rata 33 kasus baru per pekan pada 17 Juli lalu menjadi rata-rata 21 kasus baru pada 24 Juli kemarin.
Gubernur Miyagi Murai Yoshihiro menjelaskan, keputusan yang berbeda dibandingkan prefektur tuan rumah lainnya itu telah mendapatkan persetujuan dari komite penyelenggara Tokyo 2020. Selain itu, ia pun telah didukung oleh para kepala daerah dan para pengusaha di Miyagi.
Menurut saya tidak akan ada masalah apabila kami mengizinkan penonton di laga sepak bola Olimpiade selama protokol kesehatan dijalankan secara disiplin.
“Menurut saya tidak akan ada masalah apabila kami mengizinkan penonton di laga sepak bola Olimpiade selama protokol kesehatan dijalankan secara disiplin. Memang ada pro dan kontra, tetapi keputusan kami telah melalui kajian yang matang,” ujar Yoshihiro kepada NHK.
Yoshihiro pun membuka peluang penambahan penonton yang diberi kesempatan menyaksikan laga sepak bola Olimpiade 2020 di Stadion Miyagi. Kota Rifu masih akan menjadi tuan rumah bagi lima laga lain di Tokyo 2020. Dua laga sepak bola putri, termasuk laga penentuan Jepang melawan Chile, 27 Juli. Kemudian, ada tiga laga sepak bola putra. (AFP/SAN)