Tokyo dalam Darurat Covid-19, Olimpiade Mungkin Tanpa Penonton
Jumlah kasus infeksi Covid-19 yang terus meningkat di kota Tokyo membuat pemerintah setempat berencana menerapkan status kedaruratan di ibu kota Jepang itu. Penyelenggaraan Olimpiade bisa digelar tanpa penonton.
Oleh
Mahdi Muhammad
·4 menit baca
TOKYO, KAMIS — Pemerintah Jepang akan mengumumkan pemberlakuan situasi darurat di kota Tokyo setelah kasus infeksi Covid-19 di wilayah itu terus mengalami kenaikan. Pemerintah dan penyelenggara Olimpiade 2020 dikabarkan sedang mempertimbangkan untuk melarang kehadiran penonton di seluruh arena perlombaan atau pertandingan Olimpiade.
Bila keputusan itu jadi diambil, langkah tersebut akan menjadi pukulan terbaru bagi Olimpiade yang sudah tertunda satu tahun dari jadwal semula. Jika keputusan tanpa penonton itu diambil, ajang kompetisi multiajang kali ini menjadi ajang Olimpiade tertutup untuk pertama kali. Olimpiade 2020 dijadwalkan berlangsung 23 Juli - 8 Agustus mendatang.
Menteri Perekonomian Jepang Yasutoshi Nishimura, yang memimpin upaya pemerintah mengatasi pandemi Covid-19, Kamis (8/7/2021), mengatakan, pemerintah akan kembali memberlakukan keadaan darurat di Tokyo mulai Senin (12/7/2021) pekan depan. Status itu akan berlaku hingga pekan ketiga bulan Agustus nanti.
”Jumlah kasus baru terus meningkat di Tokyo. Seiring pergerakan orang yang meningkat, varian Delta yang lebih menular sekarang menyumbang sekitar 30 persen kasus. Ini diperkirakan terus berkembang,” kata Nishimura.
Pemberlakuan darurat itu terjadi setelah infeksi harian baru di Tokyo, yang saat ini berada di bawah pembatasan ”kuasi darurat” yang sedikit kurang ketat, naik menjadi 920 pada hari Rabu. Ini level penularan tertinggi sejak pertengahan Mei. Vaksinasi juga masih berlangsung lambat. Sejauh ini, baru seperempat dari total populasi Jepang sebanyak 126 juta jiwa yang mendapat satu kali suntikan vaksinasi Covid-19.
Nishimura berharap kebijakan pemerintah itu akan menahan laju infeksi dan mengurangi beban pusat-pusat kesehatan. Saat ini, menurut Nishimura, jumlah penghuni rawat inap meningkat, terutama pada kelompok usia empat puluhan dan lima puluhan.
Sejak beberapa pekan terakhir, sejumlah ahli medis telah menyarankan kepada penyelenggara Olimpiade bahwa pilihan terbaik bagi mereka ialah menyelenggarakan Olimpiade tanpa penonton. Hal itu menyusul sejumlah kasus infeksi baru dan adanya kontingen negara peserta Olimpiade yang dinyatakan positif setiba di Tokyo. Ditambah lagi adanya kekhawatiran masyarakat soal kemungkinan ribuan atlet dan ofisial akan memicu gelombang infeksi baru.
Keputusan akhir mengenai penyelenggaraan Olimpiade akan diambil setelah para pihak, mulai dari Pemerintah Jepang, Pemerintah Kota Tokyo, penyelenggara Olimpiade Tokyo 2020, hingga Komite Olimpiade Internasional (IOC), menggelar pertemuan, Kamis petang waktu setempat. Namun, Presiden IOC Thomas Bach dikabarkan baru akan tiba di Tokyo pada Kamis petang dan harus menjalani isolasi selama tiga hari sebelum bisa bergerak leluasa. Tidak ada kejelasan apakah rapat itu akan dilaksanakan secara daring atau bertemu langsung.
Dua skenario
Penyelenggaraan Olimpiade kini hanya tinggal menghitung hari. Mengantisipasi perubahan kebijakan pemerintah yang mendadak, pantia penyelenggara Olimpiade menyiapkan dua skenario penyelenggaraan. Sumber yang mengetahui penyiapan dua skenario itu mengungkapkan, skenario pertama adalah mengizinkan Olimpiade berlangsung dengan batasan maksimal jumlah penonton sebanyak 5.000 orang, atau skenario kedua, tidak ada penonton sama sekali.
Dalam skenario tanpa penonton, kegiatan pembukaan dan penutupan serta semua pertandingan atau perlombaan akan dilaksanakan secara tertutup. Para pemegang tiket tidak akan bisa menggunakannya, termasuk para perusahaan yang menjadi sponsor penyelenggara.
Jika skenario pertama yang diambil, jumlah penonton akan dibatasi maksimal sebanyak 5.000 orang di setiap arena pertandingan. Tiket yang telah dialokasikan bagi para sponsor akan dibagi dua. Seluruh pertandingan atau perlombaan yang berlangsung di atas pukul sembilan malam akan dilakukan tanpa penonton.
Panitia penyelenggara tidak segera menanggapi surat elektronik yang dikirimkan sebagai upaya konfirmasi atas berita tentang dua skenario penyelenggaraan Olimpiade.
Hingga awal pekan ini, para pejabat pemerintah dan penyelenggara masih menyatakan keinginannya dan kesanggupannya untuk menyelenggarakan Olimpiade dengan jumlah penonton yang terbatas. Namun, dampaknya terasa pada pemilihan legislatif di kota Tokyo. Hasil yang tidak cukup baik dirasakan partai berkuasa, LDP. Hal ini diduga terkait dengan keputusan untuk tetap melaksanakan Olimpiade di tengah pandemi.
Sejumlah politikus mengaitkan hasil tersebut dengan rencana penyelenggaraan pemilihan anggota parlemen Jepang di akhir tahun ini. Keputusan apa pun diyakini akan berdampak pada hasil pemilihan di masa yang akan datang. (AFP/REUTERS)