Spanyol harus mengakui keunggulan Italia dalam drama adu penalti, Rabu dini hari WIB. Alvaro Morata menjalani momen ”roller coaster” karena gagal mengeksekusi penalti, meskipun sempat mencetak gol penyama kedudukan.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
LONDON, RABU — Laga semifinal Piala Eropa antara Spanyol melawan Italia, Rabu (7/7/2021) dini hari WIB, di Stadion Wembley, menghadirkan hari yang tidak akan dilupakan oleh Alvaro Morata, penyerang ”La Roja”. Sempat menciptakan asa bagi Spanyol lewat gol penyama kedudukan di menit ke-80, kegagalan Morata mengeksekusi penalti membuat Spanyol tersisih.
Berbeda di lima pertandingan Spanyol sebelumnya yang selalu turun sebagai pemain utama, Morata memulai laga semifinal dari bangku cadangan. Namun, keputusan Pelatih Spanyol Luis Enrique untuk menyimpan Morata terbukti mampu membantu sang penyerang mengeluarkan kemampuan terbaiknya.
Morata masuk ketika laga telah berjalan 62 menit dan Spanyol telah tertinggal 0-1 lewat gol rekan setimnya di Juventus, Federico Chiesa, pada menit ke-60. Kehadiran Morata menghidupkan lini serang ”La Roja”. Kepiawaian Morata untuk menguasai bola dan melakukan dribel membantu Spanyol meningkatkan tekanan ke jantung pertahanan ”Gli Azzurri” yang dipimpin duet bek tengah Giorgio Chiellini dan Leonardo Bonucci.
Hasilnya, Morata mencetak gol penyama kedudukan untuk Spanyol pada menit ke-80. Gol itu membuktikan kecerdasan penyerang bernomor tujuh itu untuk membuka ruang di lini pertahanan lawan. Morata menerima operan bek, Aymeric Laporte, dari sisi tengah lapangan, kemudian ia menggiring bola mendekati kotak penalti Italia.
Di depan kotak 16 meter, ia bermain satu-dua operan dengan Dani Olmo. Pergerakan Morata gagal diantisipasi dua rekannya di Juventus, Chiellini dan Bonucci. Ia pun menerima kembali bola di kotak penalti yang langsung berhadapan dengan Gianluigi Donnarumma. Tanpa kesulitan Morata menaklukkan Donnarumma melalui sepakan mendatar ke sisi kanan gawang Italia.
Gol itu sesaat menjadi penebusan dosa Morata yang gagal memenuhi ekspektasi publik Spanyol di Piala Eropa 2020. Sebagai penyerang utama La Roja, pemain lulusan akademi Real Madrid itu baru mencetak dua gol dari babak penyisihan hingga perempat final.
Namun, nasib baik belum menaungi Morata di Piala Eropa 2020. Morata langsung menerima cap sebagai pecundang karena gagal mengeksekusi penalti di drama adu penalti. Sebagai eksekutor keempat, sepakan Morata mampu ditepis Donnarumma. Itu adalah kegagalan eksekusi penalti kedua Morata di Piala Eropa 2020. Sebelumnya, ia juga gagal menciptakan gol dari titik putih saat menghadapi Slovakia di laga terakhir fase grup.
Itu tentu menjadi kekecewaan bagi Morata karena ia selalu mampu menunaikan tugas sebagai eksekutor penalti bagi Juventus di musim 2020-2021. Morata mencetak dua gol penalti untuk ”Si Nyonya Besar” dari dua kali kesempatan.
Tak hanya Morata, Olmo yang memberikan asis untuk gol Spanyol juga gagal menaklukkan Donnarumma karena tendangannya melambung jauh di atas mistar gawang. Pada kesempatan itu, Olmo menjadi penendang penalti pertama Spanyol.
Dengan kegagalan Morata, Italia akhirnya mampu menyegel tiket ke final setelah Jorginho berhasil menaklukan kiper Spanyol, Unai Simon. Italia unggul 4-2 dalam adu penalti sehingga akan tampil di laga final Piala Eropa setelah terakhir kali menembus partai puncak pada edisi 2012. Kala itu, Italia tumbang 0-4 dari Spanyol di final.
Saya memikirkan karakter Morata. Setelah menerima kritik, ia selalu mampu memberikan jawaban. Malam ini, ia bisa saja menolak mengeksekusi penalti, tetapi ia tetap berani mengemban tanggung jawab itu.
”Saya memikirkan karakter Morata. Setelah menerima kritik, ia selalu mampu memberikan jawaban. Malam ini, ia bisa saja menolak mengeksekusi penalti, tetapi ia tetap berani mengemban tanggung jawab itu. Rasa hormat saya kepada dirinya yang telah berkembang pesat secara mental di turnamen ini,” tulis cuitan George Tsitsonis, penulis buku Achieving The Impossible: The Remarkable Story of Greece’s Euro 2004 Victory.
Meskipun kecewa karena gagal mengeksekusi penalti, Morata tetap menunjukkan ketegarannya untuk melewati masa-masa sulit di turnamen antarnegara Eropa itu. Ia tidak terlalu meratapi kegagalan itu, bahkan tetap menyampaikan rasa terima kasih atas dukungan masyarakat Spanyol selama perjalanan ”La Roja” di Piala Eropa 2020.
”Tim ini pantas mendapatkan hasil lebih baik yang menjadi impian seluruh warga Spanyol. Saya bangga menjadi bagian tim ini. Terima kasih atas dukungan dari seluruh pihak yang percaya kepada kami. Sepak bola terkadang sangat kejam,” tulis Morata dalam takarir di akun Instagramnya.
Kekalahan Spanyol dari Italia membuat tidak ada satu tim pun di Piala Eropa 2020 yang mampu menang secara beruntun dalam drama adu penalti. Sebelumnya, Spanyol unggul 3-1 atas Swiss di adu penalti pada babak perempat final. Swiss pun bisa menembus babak delapan besar berkat kemenangan adu penalti atas Perancis.
”Semua orang tanpa terkecuali harus bangga dan memberikan apresiasi terhadap penampilan kami di Piala Eropa. Kami berisi mayoritas pemain muda yang telah menampilkan kekuatan mental dan sesuatu yang luar biasa,” kata Enrique dilansir Marca.
Donnarumma mengakui dirinya berusaha tetap tenang saat menghadapi drama adu penalti. Itu adalah momen pertamanya menghadapi adu penalti di turnamen mayor bersama Gli Azzurri.
”Saya berusaha tenang sebelum penalti dimulai karena saya tahu bisa membantu tim. Spanyol adalah tim yang sangat kuat, tetapi kami memiliki keberanian untuk pantang menyerah,” ujar kiper yang akan bergabung dengan Paris Saint-Germain usai Piala Eropa.
Chiesa, pencetak gol sekaligus pemain terbaik dalam laga itu, sependapat dengan Donnarumma. Menurut dia, ketenangan adalah kunci Italia untuk bisa mewujudkan mimpi menembus final. Meskipun Spanyol lebih dominan dalam menciptakan peluang dan penguasaan bola, lanjutnya, Italia mampu menjaga fokus untuk meredam serangan Spanyol.
”Bahkan ketika Locatelli gagal mengeksekusi penalti pertama, semua orang tetap tenang. Kami tetap yakin bisa memenangi pertandingan semifinal ini,” ujar penyerang sayap berusia 23 tahun itu.
Gli Azzurri akan menjalani laga final keempat di Piala Eropa. Dalam tiga kesempatan terdahulu, yakni pada edisi 1968, 2000, dan 2012, Italia hanya berhasil merengkuh trofi ketika tampil sebagai tuan rumah di Piala Eropa 1968. Dalam dua penampilan terakhir di partai puncak, Italia tumbang dari Perancis dan Spanyol.
Pelatih Italia Roberto Mancini optimistis timnya bisa mengakhiri catatan buruk Italia di final Piala Eropa pada tahun ini. Hasrat besar untuk menang, tambah Mancini, menjadi kekuatan skuadnya. Kemenangan atas Spanyol menambah daftar 14 laga selalu menang yang diraih Italia. Selain itu, Gli Azzurri tidak terkalahkan dalam 34 pertandingan terakhir.
”Sejak awal kami ingin bermain di final, meskipun banyak orang tidak percaya hal itu sebelum turnamen ini dimulai. Grup pemain ini sangat mengagumkan karena setiap orang hanya ingin menang dan selalu bertekad menciptakan sesuatu yang istimewa,” ucap mantan pelatih Inter Milan itu.
Gli Azzurri akan menunggu pemenang duel Inggris melawan Denmark, Kamis (8/7/2021) pukul 02.00 WIB. Laga final akan berlangsung di Stadion Wembley, Senin (12/7/2021) dini hari WIB. (AFP)