Menghadapi Ceko di perempat final Piala Eropa 2020 menjadi batu loncatan Denmark menggapai mimpi meraih trofi kedua turnamen itu. Berkat ledakan semangat, tim "Dinamit" yakin mengulangi kejayaannya seperti pada 1992.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
BAKU, JUMAT - Denmark membawa ”ledakan” semangat saat menghadapi Ceko di babak perempat final Piala Eropa 2020. Tim ”Dinamit” ingin mengulangi kejutan seperti saat menjuarai Piala Eropa 1992 di Swedia. Ketika itu, mereka hanyalah berstatus tim pelengkap, yaitu menggantikan Yugoslavia yang dilarang tampil.
Maka, Denmark bakal tampil percaya diri dan penuh motivasi saat menghadapi Ceko pada laga yang akan digelar di Stadion Olimpiade, Baku, Azerbaijan, Sabtu (3/7/2021) pukul 23.00 WIB itu. ”Ini (laga perempat final) adalah kesempatan yang sulit terulang kembali. Kami ingin memanfaatkan peluang ini sebaik mungkin,” ujar Pelatih Denmark Kasper Hjulmand, Jumat (2/7/2021).
Denmark sempat terpuruk di dua laga awal penyisihan grup. Mereka takluk 0-1 dari Finlandia sekaligus kehilangan pemain bintangnya, Christian Eriksen, yang mengalami henti jantung. Pada laga kedua, Denmark tumbang 1-2 dari Belgia.
Denmark baru bangkit di laga ketiga, yaitu mengalahkan Russia, 4-1.
Kemenangan itu membuat mereka lolos ke babak 16 besar sebagai runner up Grup B. Meskipun memiliki poin yang sama dengan Finlandia dan Rusia, Denmark berhak mendampingi juara grup, Belgia, karena unggul dalam selisih gol.
Di babak gugur, tim Dinamit tampil ”meledak”, yaitu melumat Wales, 4-0. Kemenangan telak atas semifinalis Piala Eropa Perancis 2016 itu mengangkat moril skuad Denmark. Mereka kini tinggal tiga langkah untuk mengulangi keajaiban di Swedia, 29 tahun silam.
”Denmark kini tengah terbang berkat dukungan luar biasa warga dan penampilan hebat. Walaupun menjalani tantangan besar menghadapi Ceko, mereka tidak takut. Mereka belum selesai membuat kejutan,” ujar Sture Sando, jurnalis Denmark, dikutip laman UEFA.
Kendati demikian, Denmark tetap berhati-hati dengan Ceko. Meskipun lolos ke fase 16 besar sebagai salah satu tim peringkat ketiga terbaik dari Grup D, Ceko bisa mengalahkan Belanda, 2-0. Padahal, tim ”Oranye” adalah salah satu tim yang tampil menawan di Piala Eropa 2020.
Ceko dan Denmark memiliki cara kerja yang nyaris identik, yaitu mengandalkan kolektivitas dan serangan cepat. Karakter bermain itu mampu meredam tim-tim kuat yang lebih menonjolkan keterampilan individu.
Sejarah pun mencatat, Denmark tidak superior atas Ceko. Dari 11 pertemuan sebelumnya, Denmark dua kali menang dan tiga kali kalah dari Ceko. Pada perempat final Piala Eropa 2004 di Portugal, Denmark digilas Ceko, 0-3.
Kekalahan membekas
Kekalahan itu masih membekas di ingatan sebagian pemain tim Dinamit.
”Waktu itu, kami semua yakin Denmark akan dengan mudah melewati Ceko. Nyatanya, itu justru menjadi hari mengerikan bagi kami,” kata bek Denmark, Mathias Jorgensen.
Menurut Pierre-Emile Hojbjerg, pemain Denmark lainnya, Ceko merupakan tim yang sangat solid. Mereka bermain kolektif dalam bertahan dan menyerang. ”Serangan Ceko wajib diwaspadai. Mereka menyerang secara sporadis dengan jumlah banyak dan cepat. Para pemainnya juga memiliki kemampuan individu yang hebat. Mereka benar-benar bisa menyakitkan kita,” tuturnya.
Kolektivitas dan etos kerja tinggi telah diperlihatkan Ceko saat memulangkan Belanda. Selain itu, seperti dikatakan Hojbjerg, Ceko memiliki sejumlah talenta hebat, antara lain Patrik Schick. Striker berusia 25 tahun itu telah mencetak empat gol di Piala Eropa 2020. Jumlah golnya itu hanya kalah dari bintang Portugal, Cristiano Ronaldo, yang mengemas lima gol.
Jiri Chytry, asisten pelatih Ceko, berkata, timnya dan Denmark memiliki cara kerja yang nyaris identik, yaitu mengandalkan kolektivitas dan serangan cepat. Karakter bermain itu mampu meredam tim-tim kuat yang lebih menonjolkan keterampilan individu pemain.
Dukungan berkurang
Namun, Ceko bakal kehilangan salah satu energi pentingnya saat menghadapi Denmark. Pada laga nanti, para pendukungnya tidak bisa leluasa datang ke Baku. Maka, jumlah pendukung Ceko di Baku bakal menurun.
Hal itu terjadi karena Kementerian Luar Negeri Ceko menyatakan Azerbaijan sebagai salah satu negara berisiko tinggi terkait penyebaran Covid-19.
Setiap orang Ceko yang ingin memasuki Azerbaijan memerlukan visa dan harus menunjukkan tes usap negatif bersama bukti vaksinasi. Lokasi negara itu yang cukup jauh di Eropa Timur juga menjadi tantangan besar bagi para suporter.
Rute pesawat terpendek yang tersedia antara Praha, ibu kota Ceko, dengan Baku bisa memakan waktu sembilan jam dengan transit di Istanbul, Turki.
Maka, pemandangan berupa 7.000 suporter Ceko saat menyaksikan laga versus Belanda di Arena Puskas, Hongaria, pada 27 Juni lalu, sulit terulang.
”Kami (terancam) tidak bisa melihat pengemar maupun keluarga kami di sana (di Baku). Jika bermain di Kopenhagen, mereka (Denmark) mungkin ada di rumahnya sendiri. Akan tetapi, kami setidaknya masih bisa didukung banyak penggemar,” tutur Antonin Barak, gelandang Ceko, memberikan bandingan. (AFP)