Semakin sulit situasi yang dihadapi, semakin keras ledakan skuad Denmark. Tim ”Dinamit” melenggang ke perempat final Piala Eropa 2020 berkat kisah bak dongeng dari pemain cadangan, Kasper Dolberg.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
AMSTERDAM, MINGGU — Denmark terpaksa menurunkan pemain pelapis, Kasper Dolberg, akibat cederanya penyerang inti, Yusuff Poulsen. Tak disangka, Dolberg yang tampil di ”rumah” masa lalu, Arena Johan Cruyff, justru menjadi pahlawan kemenangan atas Wales. Striker 23 tahun ini menyulut ledakan besar tim ”Dinamit”.
Denmark meremukkan Wales, 4-0, dalam laga babak 16 besar Piala Eropa 2020 di Arena Johan Cruyff, Amsterdam, Belanda, Minggu (27/6/2021) dini hari WIB. Brace atau sepasang gol pembuka Dolberg (pada menit ke-27 dan ke-48) sukses menjadi fondasi kemenangan tim sebelum keunggulan diperbesar lewat Joakim Maehle (88) dan Martin Braithwaite (90+4).
”Sangat gila. Sejujurnya saya tidak tahu perasaan apa ini. Ini seperti tidak nyata. Ini (Amsterdam) adalah di mana titik awal saya bermula. Sekarang, bisa bermain lagi di sini dengan hasil ini (kemenangan 4-0) adalah sebuah hal menakjubkan,” kata Dolberg yang tidak berhenti tersenyum seusai dibunyikannya peluit panjang pada laga itu.
Dolberg mengawali karier sebagai pemain Ajax Amsterdam. Selama tiga musim (2016-2019), dia berlatih dan bertanding di Arena Johan Cruyff yang merupakan markas Ajax.
Karena itu, dia sudah menganggap kota Amsterdam, termasuk stadion tersebut, seperti rumah sendiri. Dolberg bahkan sempat berjalan-jalan di kota Amstedam, termasuk melihat area sekitar stadion kebanggaan Ajax itu sebelum laga ini. Hal tersebut membuatnya semakin nyaman.
Kisah dongeng pun berakhir manis. Dolberg menjadi pahlawan ketika kembali lagi ke rumah masa lalunya. Tidak ada yang mengira pemain jangkung ini ”meledak” di babak gugur.
Saya mengagumi anak-anak ini dengan fakta mereka terus bertarung. Tak peduli siapa pun yang bermain, mereka selalu tampil hebat. Mereka adalah pejuang sejati. (Kasper Hjulmand)
Striker berambut pirang ini belum pernah menjadi pemain inti. Dia juga baru bermain 30 menit sepanjang babak grup. ”Ini adalah momen yang saya tunggu ketika duduk di bangku cadangan,” ujar Dolberg.
Pelatih Denmark Kasper Hjulmand sudah punya firasat baik tentang Dolberg. Dia meyakini sang pemain punya keuntungan karena jauh lebih mengenal setiap jengkal kondisi stadion di Amsterdam itu. ”Dia mengakhiri dengan mencetak gol ke markas lamanya. Saya percaya itu akan terjadi. Dia fantastis,” katanya.
Gol pertama Dolberg dicetak pada awal laga lewat tendangan indah dari luar kotak penalti. Sepakannya tak tersentuh kiper Wales, Danny Ward. Dia menggandakan keunggulan seusai turun minum berkat sapuan bola tidak sempurna dari pemain Wales, Neco Williams.
Denmark menjadi tim pertama yang lolos ke perempat final berkat ledakan besar tersebut. Kemenangan itu, empat gol, merupakan yang terbesar bagi tim Dinamit sejak Piala Eropa 1984. Hujan gol tersebut sekaligus menjadi oase Dolberg dan rekan-rekan yang tidak mampu memasukkan bola ke gawang lawan di babak gugur sejak Piala Eropa 1992.
”Sangat sulit dipercaya bahwa ini adalah kenyataan. Saya mengagumi anak-anak ini dengan fakta mereka terus bertarung. Tak peduli siapa pun yang bermain, mereka selalu tampil hebat. Mereka adalah pejuang sejati,” Hjulmand.
Perjalanan Denmark memang sangat mengejutkan, seperti julukan mereka sebagai ”Dinamit”. Mereka diperkirakan tidak akan melangkah jauh karena kehilangan bintangnya, Christian Eriksen, pada laga pembuka. Mereka juga harus mengawali laga gugur tanpa Poulsen yang sudah mencetak dua gol.
Skuad asuhan Hjulmand bangkit setelah dua kekalahan beruntun di babak grup. Mereka dua kali menang dengan mencetak total delapan gol. Padahal, mereka hanya mampu menghasilkan satu gol dalam dua laga sebelumnya.
Dalam laga bertajuk duel ”kuda hitam” ini, Denmark tampil sangat dominan. Wales sempat mengancam lewat tendangan jarak jauh penyerang andalannya, Gareth Bale, ketika skor masih imbang, 0-0. Namun, setelah tendangan melebar itu, semifinalis Piala Eropa 2016 ini tidak banyak berbicara.
Denmark sukses meredam serangan balik cepat khas Wales lewat formasi tiga bek tengah, 3-4-2-1. Ketika bertahan, ”benteng” Denmark yang dipimpin kapten Simon Kjaer ini sangat disiplin. Mereka mengganti formasi menjadi lima bek, 5-4-1.
Alhasil, pemain sayap Wales dengan kecepatan tinggi, Bale dan Daniel James, tidak banyak berkutik. Mereka tidak punya ruang lebih untuk dieksploitasi. Tanpa kekuatan khasnya, Bale dan kawan-kawan seperti kehabisan akal.
”Tentu semuanya hancur (hatinya). Ini bukan seperti laga yang kami rencanakan. Kami memulai dengan baik, tetapi membuat kesalahan, terutama di babak kedua. Mereka tim yang bagus, sangat terorganisasi. Kami berharap yang terbaik untuk mereka di turnamen ini,” ucap Bale.
Wales semakin tidak berdaya pada akhir laga karena harus tampil dengan 10 pemain. Pemain pengganti, Harry Wilson, diganjar kartu merah karena tekel keras saat serangan balik.
Di perempat final, Denmark akan bertemu pemenang laga Belanda versus Ceko. Kemenangan telak atas Wales menjadi modal besar tim Dinamit untuk mengulangi kisah indah ketika juara pada 29 tahun silam.
”Kami tidak khawatir siapa yang akan jadi lawan selanjutnya. Kami hanya ingin fokus pada diri sendiri, kualitas tim ini. Percaya diri dan keberanian yang kami bawa harus dilanjutkan ke laga-laga selanjutnya,” ucap Maehle yang mencetak gol lewat aksi individu dari sisi kanan. (AP)