”Dinamit” Denmark Siap Meledak
Julukan ”Dinamit” kepada Denmark tidak datang tiba-tiba. Sedari awal, mereka memang identik dengan tim pemberi kejutan. Dinamit itu sudah siap meledak lagi di 16 besar Piala Eropa 2020.
Ada satu pertanda tim ”Dinamit” Denmark siap meledak, yaitu ketika mereka tidak dianggap eksis. Kiper legendaris Denmark, Peter Schmeichel, pernah membuktikan ledakan itu pada 29 tahun lalu. Giliran sang anak, Kasper Schmeichel, yang meneruskan dongeng indah tersebut.
Muncul tanda tanya besar jelang laga 16 besar Denmark versus Wales di Arena Johan Cruijff, Sabtu (26/6/2021) pukul 23.00 WIB. Bagaimana caranya Denmark bisa lolos sebagai runner-up Grup B?
Mereka kalah dua kali dalam laga pembuka. Sepanjang sejarah gelaran Eropa, tidak ada tim melaju ke babak gugur seusai mengalami kisah seperti Denmark. Belum lagi, kenyataan pahit skuad ini tidak diperkuat pemain terbaiknya, Christian Eriksen, yang terkena serangan jantung.
Takdir di atas kertas tersebut berbalik seusai ledakan ”Dinamit” dalam laga pamungkas grup di Stadion Parken, Kopenhagen. Denmark, melumat Rusia, 4-1, dengan bantuan gemuruh penonton. Saking magisnya, bek sayap Joakim Maehle merasa pengalaman itu lebih seperti mimpi. ”Saya tidak pernah merasakannya seumur hidup,” ucapnya.
Maehle, berusia 24 tahun, tampak belum terbiasa dengan ledakan mengejutkan Denmark. Wajar saja, dia belum lahir ke bumi pada Piala Eropa Swedia 1992. Pada tahun itu, ”Dinamit” Denmark meledak begitu keras, mengguncang satu dunia lewat dongeng paling manis sepanjang sejarah.
Siapa menyangka Denmark bisa berbicara banyak di turnamen terbesar Eropa pada 29 tahun silam? Peter dan rekan-rekan hanyalah tim pengganti Yugoslavia, yang dicoret 11 hari sebelum ajang dimulai.
Baca juga : Denmark Lolos dari Lubang Jarum ke Babak 16 Besar
Richard Moeller Nielsen, pelatih Denmark kala itu, bahkan tidak punya kata-kata motivasi untuk anak asuhnya selain hanya bisa bercanda. Dia berkata, mereka akan juara di Swedia dengan persiapan yang hanya seminggu lebih sehari. Belum selesai sang pelatih berucap, semua pemain sudah tertawa terbahak-bahak.
Lawakan Nielsen menjadi nyata. Denmark juara di turnamen itu mengalahkan raja-raja Eropa, Belanda dan Jerman. Kata Peter, rahasia kemenangan mereka sederhana. ”Kami tidak terbebani. Pendukung Denmark tetap bangga meski kami kalah. Kami sudah meraih lebih daripada yang diimpikan,” kata Peter.
Mungkin ucapan Peter bisa menjawab banyak pertanyaan tentang kejutan baru dari skuad Denmark tahun ini. Ketika tidak dibebankan apa pun, tandanya mereka bisa meledak setiap saat. Itulah identitas mereka, seperti slogan tim, ”We are red, we are white, we are Danish Dynamite”.
Betul kata penulis buku Brits The Book of Hygge: The Danish Art of Living Well, Louisa Thomsen. Sebagai salah satu warga paling bahagia di dunia, mereka hidup dengan caranya sendiri. Mereka santai dan penuh canda, tetapi bertanggung jawab dengan tugasnya.
Baca juga : Tragedi Eriksen, Pentas Kemanusiaan di Opera Kopenhagen
Artinya, semakin santai, pasukan Denmark bisa lebih berbahaya dari sebelumnya. Ancaman ini yang tertuju kepada semifinalis Piala Eropa sebelumnya, Wales. Denmark datang bukan untuk juara. Kasper dan rekan-rekan, seperti sang ayah, hanya ingin bersenang-senang.
Serangan jantung Eriksen adalah bencana besar untuk Denmark. Tetapi, seperti kata petuah bijak, ada berkah dalam setiap bencana. Tragedi itu menyatukan tim lebih solid dari sebelumnya. Saat bersamaan, harapan yang dibebankan terhadap tim juga luntur tanpa Eriksen.
”Semua orang dalam tim ini menjadi satu kesatuan sekarang. Mulai dari staf pelatih, orang yang menyiapkan kostum kami, tim medis, semuanya. Hal itu memberikan Anda dorongan lebih. Semua saling membantu meskipun bukan pekerjaan mereka,” ucap penyerang Denmark, Andreas Cornelius.
Pelatih Denmark Kasper Hjulmand kagum dengan perjuangan spartan anak asuhnya. Para pemain seakan mewarisi keberanian bangsa Viking, yang merupakan nenek moyang mereka. Seperti pepatah pejuang Viking, lebih baik mati akibat bertarung daripada karena kelelahan berlari. ”Saya kehabisan kata-kata untuk menggambarkan kekaguman pada tim ini. Mereka sangat kuat,” katanya.
Baca juga : Lingkaran Penebus Kebersamaan Tim ”Dinamit” Denmark
Hjulmand juga sudah menyiapkan kejutan untuk Wales. Karena itu, mereka menggelar sesi latihan tertutup. Dia ingin persiapan tim tidak bocor ke tim lawan. ”Kami menyiapkan hal kecil untuk dibawa nanti. Hal itu tidak boleh keluar dari sini,” ujarnya.
Meski hanya mengoleksi tiga poin dari babak grup, skuad asuhan pelatih Hjulmand ini sebenarnya sangat dominan. Denmark menguasai laga rata-rata dengan penguasaan bola 57,3 persen, salah satu yang tertinggi dalam turnamen.
Itu tidak terlepas dari jasa gelandang asal Tottenham Hotspur, Pierre-Emile Hoejbjerg. Dia mampu menggantikan peran Eriksen di lini paling sentral tersebut, termasuk menyumbang tiga asis sejauh ini.
Wales tidak akan tinggal diam. Mereka sudah siap meredam ”Dinamit” lawan. Kesiapan itu disampaikan kiper utama Danny Ward. Sang kiper membawa misi khusus jelang bertemu dengan rekan setimnya, Kasper.
Kiper kedua Leicester City ini ingin membuktikan dirinya lebih baik dari Kasper. Dia sudah menunjukkan kehebatannya selama babak grup dengan menciptakan 14 penyelamatan. Jumlah itu adalah kedua terbanyak dari seluruh kiper di turnamen. ”Pikiran saya selalu ingin menjadi nomor satu,” tegasnya jelang laga nanti.
Denmark boleh saja mendominasi laga nanti. Namun, jangan terkejut jika Wales keluar sebagai pemenang. Wales hanyalah tim berperingkat ke-22 dari 24 tim dalam penguasaan bola (39,7 persen).
Meski begitu, senjata rahasia mereka terletak dalam serangan balik. Wales punya pemain dengan kecepatan tinggi, seperti Daniel James dan Gareth Bale. James merupakan pemain tercepat kelima (33,5 kilometer per jam) yang tercatat sepanjang turnamen ini.
Wales berbanding terbalik dengan Denmark. Bagi Pelatih Wales Rob Page, ambisi untuk menang adalah segalanya. Hal itulah yang diperlihatkan Bale dan rekan-rekan selama babak grup.
Kami semua sangat ambisius dan ingin melangkah sejauh mungkin. Tim ini bisa menyakiti siapa pun.
”Ketika melihat lambang di dada, mereka siap untuk bersinar. Mereka melihat kesempatan itu dan mengambil dengan kedua tangan. Kami semua sangat ambisius dan ingin melangkah sejauh mungkin. Tim ini bisa menyakiti siapa pun,” kata Page.
Dua ”kuda hitam” ini akan bertarung keras di Amsterdam. Denmark sudah bersiap untuk mengeluarkan ledakan hebatnya. Namun, Wales juga punya segudang ambisi untuk menghindarinya. (AP/AFP)