Menyelisik Peluang dan Sejarah Inggris Menghadapi Jerman
Duel Inggris versus Jerman memiliki sejarah panjang dan rivalitas panas sejak 1966. Berbekal catatan itu, publik Inggris enggan berharap terlalu tinggi pada pertemuan di babak 16 besar Piala Eropa 2020, malam nanti.
Oleh
Adjie Masdyka Sudaryanto dari London, Inggris
·5 menit baca
Pada Piala Eropa 2020, salah satu yang dinanti-nanti, Inggris akan menjamu rival abadinya di babak 16 besar, malam nanti. Ya, duel Inggris versus Jerman selalu menjanjikan duel penuh dengan "pertumpahan darah", bahkan sejak perang dunia pertama.
Penting untuk kedua tim untuk mencapai kemenangan di partai nanti. Selain akan melaju ke babak selanjutnya, sang pemenang laga juga akan mendapatkan "hak membual". Fans di Inggris menganggap Jerman sebagai rival olahraga utama mereka, melampaui Argentina atau Skotlandia.
“Ya, menurut saya Jerman adalah rival abadi kami” sebut Ben, seorang suporter Inggris, ditemui di London.
“Kenangan indah yang saya miliki adalah saat kita menang 5-1 di kualifikasi Piala Dunia 2002. Saya ingat menonton dengan teman saya di rumah saya dengan segunung pizza dan hanya berlari di sekitar ruang tamu seperti orang gila setiap gol yang masuk,” tambah Ben yang merindukan kenangan indah itu.
Seperti ucapan Gary Lineker, legenda sepakbola Inggris, Jerman seolah punya DNA untuk menang, terutama ketika menghadapi Inggris. Tim "Tiga Singa" telah menghadapi Jerman 32 kali dalam pertandingan resmi. Inggris menang 13 kali, kalah 15, dan imbang empat kali, dari Jerman.
Terakhir kali kedua tim bertemu dalam turnamen kompetitif adalah pada Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan. Kedua tim bertemu di babak gugur setelah Jerman memenangkan Grup D dan Inggris berada di urutan kedua di Grup C. Jerman memenangkan laga itu, 4-1.
Kala itu, terjadi insiden yang sulit dilupakan, yaitu dianulirnya gol Frank Lampard. Tembakan jarak jauh Lampard pada menit ke-38 laga mengenai mistar gawang lalu memantul melewati garis gawang Jerman sebelum akhirnya keluar lagi. Kala itu, belum ada teknologi garis gawang, apalagi VAR (wasit peninjau video).
Wasit Jorge Larrionda pun tidak mengesahkan gol itu. Padahal, jika disahkan, Inggris menyamakan kedudukan menjadi 2-2 dan berpeluang menang. Luka dari pertandingan tersebut masih membekas di beberapa benak fans Inggris, jelang laga malam nanti di Stadion Wembley, London, Inggris.
“Masih segar ingatan saya tentang gol hantu itu. Sebagian besar ingatan saya tentang Inggris vs Jerman adalah frustrasi, kekecewaan, dan kesal” ungkap Aaron, fans Inggris lainnya.
Perang Dunia
Namun, rivalitas kedua negara tidak dimulai di lapangan hijau. Hubungan dingin kedua negara dimulai dari Perang Dunia I. Dalam Perang Dunia I, Raja Inggris menyatakan secara resmi ikut perang pada 4 Agustus 1914, setelah ultimatum yang diberikan kepada Jerman tidak juga dijawab. Alasannya untuk mencegah kekalahan Perancis yang akan menjadi ancaman besar kepentingan ekonomi, politik, dan budaya Inggris.
Di Perang Dunia kedua, peperangan antara kedua negara jauh lebih sengit. Banyak sekali kisah-kisah perang kedua negara yang tertulis di buku sejarah. Momen-momen penting dalam perang itu antara lain "Battle of Britain", yang dimulai dengan serangan Luftwaffe Jerman terhadap pelayaran dan pelabuhan Inggris, sampai "Blitzkrieg" berupa serangan pengeboman malam hari Jerman ke kota-kota di Inggris.
Seusai Perang Dunia II, warga Inggris menganggap dirinya sebagai saingan besar Jerman di berbagai bidang, yaitu mulai dari produksi mobil, angkatan laut, perdagangan, sampai ekonomi. Persaingan inilah yang mulai meresap ke dalam sepak bola.
Kedua tim pertama kali bertemu di turnamen kompetitif adalah di Piala Dunia 1966 di Inggris, yaitu tepatnya di laga final. Pertandingan itu adalah permulaan persaingan kedua negara ini dalam kancah sepakbola. Kala itu, skor pada waktu normal berakhir 2-2. Laga pun harus dilanjutkan dengan babak perpanjangan waktu.
Pada babak pertama perpanjangan waktu, striker Inggris Geoff Hurst melakukan tembakan ke gawang yang memantul ke bawah dari mistar gawang dan kemudian keluar dari gawang. Para pemain Inggris merayakan gol, tetapi wasit tidak yakin apakah bola telah melewati garis atau tidak ketika menyentuh tanah.
Setelah berkonsultasi dengan hakim garis, Tofiq Bahramov, wasit lantas menghadiahkan gol untuk Inggris. Inggris menang dengan skor 4-2 setelah perpanjangan waktu. Tiga Singa pun meraih gelar perdananya di Piala Dunia. Mengingat sejarah itu, para fans Jerman pun menyebut kontroversi gol Lampard di 2010 sebagai pembalasan dari "gol hantu" Hurst itu.
Pada Piala Eropa 2020, kedua kubu memang belum sepenuhnya menunjukkan taringnya. Tim ‘Tiga Singa’ hanya mencetak 2 gol dalam 3 laga, meskipun tetap menjaga gawangnya clean sheet dalam turnamen ini. Tim ‘Der Panser’ pun tidak berhasil merajai Grup "neraka" F, bahkan bisa saja tersingkir jika bukan karena gol Leon Goretzka di penghujung pertandingan melawan Hongaria.
Maka, saat ditanya soal prediksi hasil laga itu, Ben menjawab dengan pesimistis. “Jerman memiliki sejarah memenuhi harapan, yang sangat berlawanan dengan Inggris yang selalu berakhir mengecewakan walau membawa harapan tinggi” sebutnya enggan berharap muluk.
Namun, pertandingan malam nanti pastinya tetap ditunggu-tunggu oleh kedua belah suporter. Para supporter Inggris pun menebak-nebak apakah Inggris akan melanjutkan bermain dengan formasi 4-2-3-1 atau akan mencoba menyamai sistem Jerman dengan memainkan pola tiga bek tengah dan dua bek sayap.
Gary Neville, legenda Inggris dan pundit terkenal, percaya bahwa Inggris mempunyai peluang untuk juara, justru dengan permainan konservatif yang ditunjukan di babak penyisihan grup. Sementara itu, pundit lainnya, Jamie Carragher memprediksi hasil imbang yang akan berlanjut ke adu penalti.
Apa pun hasilnya, laga itu berpotensi berjalan sengit, seperti laga babak 16 besar lainnya, yaitu Perancis versus Swiss dan Spanyol versus Kroasia. Dalam fase gugur, apa pun bisa terjadi...