Para atlet Indonesia yang tampil perdana di Olimpiade perlu persiapan khusus. Tim pelatih terus menempa mental para atlet sebelum berlaga di Olimpiade Tokyo 2020.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS-Menjadi tim yang selalu diandalkan meraih medali emas dalam Olimpiade, atlet bulu tangkis tak boleh terbeban dengan target tersebut. Pelatih pun menggunakan berbagai pendekatan untuk mengurangi beban itu agar atlet bisa tampil maksimal.
Atlet sudah mengerti tanggung jawab mereka. Semua pasti ingin juara, apalagi di Olimpiade. Tetapi, saya tak ingin itu jadi beban, jadi, saya tak pernah berbicara target medali emas pada mereka.
“Atlet sudah mengerti tanggung jawab mereka. Semua pasti ingin juara, apalagi di Olimpiade. Tetapi, saya tak ingin itu jadi beban, jadi, saya tak pernah berbicara target medali emas pada mereka,” kata pelatih ganda putra pelatnas bulu tangkis Herry Iman Pierngadi di Jakarta, Senin (21/6/2021).
Herry akan mendampingi dua ganda putra yang akan tampil di Olimpiade Tokyo 2020, 23 Juli-8 Agustus, yaitu Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon dan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan. Memperebutkan lima medali emas, cabang bulu tangkis akan dipertandingkan di Musashino Forest Sports Plaza, 24 Juli-2 Agustus.
Dua pasangan itu menjadi bagian dari 11 pebulu tangkis Indonesia yang lolos ke Tokyo. Pemain lainnya adalah Anthony Sinisuka Ginting, Jonatan Christie (tunggal putra), Gregoria Mariska Tunjung (tunggal putri), Greysia Polii/Apriyani Rahayu (ganda putri), dan Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti (ganda campuran).
Data prestasi membuat ganda putra menjadi nomor yang akan diandalkan meraih medali emas di Tokyo. Kevin/Marcus dan Hendra/Ahsan adalah dua pasangan peringkat pertama dan kedua dunia saat ini. Kevin/Marcus, bahkan, tak tergeser dari puncak peringkat dunia sejak 28 September 2017.
Namun, seperti dikatakan Herry, dia tak pernah menekankan target tersebut pada anak didiknya. “Saya tidak pernah bilang bahwa mereka harus mendapat emas, apalagi sampai mengulang-ulang setiap hari. Saya hanya bilang, jalani saja prosesnya langkah demi langkah, tidak usah berpikir terlalu jauh,” katanya.
“Sebagai contoh, jika ada atlet membuat kesalahan saat bertanding, dia pasti tahu kesalahan itu dan akan instrospeksi diri. Sedangkan, kalau kita ungkit terus kesalahannya, itu justru akan membuatnya terpuruk. Menjelang ajang sebesar Olimpiade, cara berbicara pada atlet harus benar-benar diperhatikan,” lanjut Herry.
Pendekatan yang dilakukan Herry dilakukan agar kedua ganda putra “Merah Putih” tak memikul beban besar saat bertanding. Apalagi, Kevin/Marcus akan tampil dalam Olimpiade pertama mereka.
Ini berbeda dengan Hendra/Ahsan yang akan tampil untuk ketiga kalinya dalam ajang multicabang empat tahunan itu. Hendra tampil bersama Markis Kido pada Olimpiade Beijing 2008 dan meraih medali emas, lalu bersama Ahsan di Rio de Janeiro 2016. Bagi Ahsan, ini menjadi Olimpiade ketiga beruntun setelah London 2012 (bersama Bona Septano) dan Rio de Janeiro 2016.
Pelatih ganda putri Eng Hian melibatkan psikolog untuk menyiapkan mental Greysia/Apriyani. “Mereka diajarkan untuk menjaga fokus dan mengurangi ketegangan, misalnya dengan cara mengatur nafas. Ini harus dipraktekkan sejak masa persiapan, bukan hanya saat bertanding,” kata Eng Hian.
Pelatih yang menyumbangkan medali perunggu ganda putra Olimpiade Athena 2004 (bersama Flandy Limpele) itu mengambil pengalaman ketika mendampingi Greysia/Nitya Krishinda Maheswari di Rio de Janeiro 2016. “Sejak memasuki perkampungan atlet, ketegangan sudah terasa, apalagi saat sudah masuk masa pertandingan. Level ketegangan itu harus dikurangi. Dari sisi pelatih, saya tak pernah berbicara pada mereka bahwa Olimpiade menjadi ajang paling besar atau paling bergengsi. Kami menilai, ini sama seperti turnamen lain. Tetapi, faktor non teknis seperti ini hanya bisa dikelola oleh diri atlet sendiri. Ini berbeda dengan faktor teknis yang bisa dilihat pelatih,” kata Eng Hian.
Pilihan melibatkan psikolog, juga, dilakukan karena Apriyani akan menghadapi Olimpiade pertamanya. Seperti dikatakan pemain berusia 23 tahun itu saat simulasi Tim Olimpiade Tokyo 2020 di pelatnas Cipayung, Jakarta, 16-17 Juni, dia tak menduga, kesempatan tampil di Olimpiade bisa datang dengan cepat.
Apriyani juga dibantu Greysia yang berpengalaman tampil di London 2012 (bersama Meiliana Jauhari) dan Rio de Janeiro 2016 (Nitya). “Greysia berpengalaman merasakan atmosfer Olimpiade. Jadi, dia bisa memberi masukan pada Apriyani,” kata Eng Hian.
Menjadi satu-satunya nomor yang belum memberikan medali bagi bulu tangkis Indonesia di ajang Olimpiade, Eng Hian mengatakan, peluang ganda putri berdiri di podium Olimpiade Tokyo 2020 terbuka. Pemain-pemain China, Jepang, dan Korea Selatan akan menjadi pesaing terberat.
Setelah menjalani persiapan akhir di Cipayung, skuad bulu tangkis Indonesia akan bertolak menuju Jepang pada 8 Juli. Sesuai program kerja sama yang ditandatangani PP PBSI dan Prefektur Kumamoto, pada 2019, skuad Merah Putih akan menjalani aklimatisasi dan berlatih di tempat yang berjarak sekitar 880 km di barat daya Tokyo itu. Menjelang Olimpiade 2016, proses itu dilakukan di Sao Paolo.