Timnas Perancis mencicipi sengitnya persaingan di ”grup neraka” Piala Eropa 2020. Tampil di bawah tekanan pendukung Hongaria yang memenuhi Arena Puskas, ”Les Bleus” gagal meraih kemenangan dan menyegel tiket babak gugur.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
BUDAPEST, SABTU — Tim nasional sepak bola Perancis belum mampu menyusul Belgia, Belanda, dan Italia yang menyegel tiket ke babak 16 besar Piala Eropa 2020. Meskipun jauh lebih diunggulkan, Perancis ditahan 1-1 oleh Hongaria, tuan rumah yang mendapatkan dukungan penuh 62.000 penonton pada laga lanjutan penyisihan Grup F di Arena Puskas, Budapest, Hongaria, Sabtu (19/6/2021) malam WIB.
Perancis, juara dunia bertahan, kini merasakan sengitnya persaingan di Grup F yang disebut ”grup neraka” pada Piala Eropa 2020. Hongaria, yang pada laga sebelumnya di tempat sama digilas Portugal, 0-3, di luar dugaan mampu menyulitkan sang favorit juara. The ”Mighty Magyars”, julukan timnas Hongaria, seolah-olah bermain dengan energi ekstra berkat kehadiran 62.000 penonton, mayoritas adalah pendukungnya, pada laga itu.
Jumlah penonton di Arena Puskas itu adalah rekor penonton terbanyak pada Piala Eropa edisi tahun ini. Berbeda dengan stadion-stadion di 10 kota atau negara tuan rumah lainnya, Pemerintah Hongaria mengizinkan Arena Puskas dihadiri penuh atau 100 persen penonton dari kapasitas kursi.
Pada laga itu, ”Les Bleus”, julukan timnas sepak bola Perancis, tampak tertekan dan kesulitan mengembangkan permainan terbaiknya. Hampir setiap kali pemain mereka membawa bola, Arena Puskas riuh rendah oleh suara keras sorakan penonton. Tak pelak, Perancis pun sempat tertinggal lebih dulu oleh gol bek sayap tuan rumah, Attila Fiola. Seketika, Arena Puskas bergemuruh.
Perancis, yang tersengat oleh gol itu, lantas meningkatkan intensitas serangannya. Namun, berkat penampilan militan, kekompakan, dan sejumlah penyelamatan kiper Peter Gulacsi, Hongaria mampu meredam serangan bertubi-tubi Perancis. Dari total sembilan tembakan yang dibuat Les Bleus, hanya satu yang menembus gawang tuan rumah, yaitu lewat penyerang Antoine Griezmann pada menit ke-66.
Efektivitas serangan mencemaskan
Hasil imbang di Arena Puskas itu pun mulai mencemaskan para pendukung Les Bleus. Digadang-gadang memiliki barisan penyerang paling menakutkan di Piala Eropa kali ini, Perancis hanya mampu mencetak dua gol sejauh ini. Satu gol Les Bleus di antaranya pun tercipta lewat bunuh diri pemain lawan, Mats Hummels, saat menghadapi Jerman.
Pada laga versus Hongaria, Perancis tampil dengan trisula terbaiknya, yaitu Griezmann, Kylian Mbappe, dan Karim Benzema, sejak menit pertama. Mereka bahkan menambah penyerang, yaitu Ousmane Dembele, pada menit ke-57 laga itu. Ia menggantikan gelandang Adrien Rabiot. Pergantian itu berujung gol yang dicetak Griezmann.
Untuk mengejar gol kemenangan, Benzema—yang belum membuat gol di Piala Eropa 2020—lantas digantikan Olivier Giroud pada menit ke-76. Namun, gol lain tidak kunjung tercipta. ”Penampilan Perancis di laga ini masih rata-rata. Perancis beruntung bisa mencetak satu gol. Namun, mereka kurang mengancam,” kritik Bixente Lizarazu, mantan pemain Perancis juara Piala Eropa 2000.
Akibat hasil imbang itu, Perancis harus tampil habis-habisan saat bertemu juara Eropa bertahan, Portugal, pada laga terakhir penyisihan Grup F, Kamis (24/6/2021) dini hari WIB di Arena Puskas. Saat ini, Perancis mengoleksi empat poin.
”Hongaria bermain seperti hidup dan mati. Kami memiliki banyak peluang, tetapi gagal memaksimalkannya. Satu poin bukan (hasil) yang kami harapkan. Namun, mengingat situasi (sengitnya perlawanan Hongaria), kami bisa menerimanya. Pintu (ke tiket babak 16 besar) masih terbuka bagi kami pada laga ketiga (versus Portugal),” ujar Didier Deschamps, pelatih timnas Perancis, seusai laga itu, seperti dikutip laman UEFA.
Penampilan Perancis di laga ini masih rata-rata. Perancis beruntung bisa mencetak satu gol. Namun, mereka kurang mengancam.
Di kubu sebaliknya, Hongaria tampak girang meraih satu poin dari Perancis. Hasil imbang itu menjaga peluang mereka lolos ke babak gugur, yaitu setidaknya melalui jalur tim peringkat ketiga terbaik. ”Sangatlah menyenangkan melihat tim ini bermain. Kami mampu menunjukkan gaya sepak bola yang berani dan menyerang lebih baik ketimbang saat menghadapi Portugal. Hari ini sungguh luar biasa,” ujar Fiola.
Setali tiga uang, tim unggulan lainnya, Inggris, juga gagal menyegel tiket ke babak gugur setelah ditahan Skotlandia, 0-0, pada laga Sabtu dini hari WIB. Namun, berbeda dengan Perancis, tim ”Tiga Singa” tampil di rumahnya sendiri, Stadion Wembley, London, saat itu.
Menyusul hasil imbang itu, Inggris masih berada di bawah Ceko pada klasemen Grup D. Ceko unggul produktivitas, yaitu tiga gol memasukkan, ketimbang Inggris yang baru membuat satu gol sejauh ini. Namun, kedua tim mengemas poin serupa, yaitu empat angka dari dua laga. Kedua tim akan saling berhadapan untuk memerebutkan tiket ke babak 16 besar sekaligus posisi juara grup pada duel Rabu (23/6/2021) dini hari WIB di Wembley.
Inggris harus memperbaiki kreativitas dan ketajamannya untuk mengalahkan Ceko sekaligus memenuhi harapan publik tuan rumah yang mendambakan gelar juara. Tiga Singa tidak pernah meraih trofi, bahkan babak final Piala Eropa, dari 10 kali partisipasi sejak 1968. Capaian terbaik mereka di turnamen empat tahunan itu adalah meraih babak semifinal pada 1996. Piala Eropa saat itu kebetulan juga digelar di Inggris.
”Ketika melawan tim yang banyak bertahan sejak awal, seperti Skotlandia, kami harus membuat banyak peluang. Itu merupakan tantangan kami saat ini. Kami harus segera menyelesaikan masalah ini,” ujar Gareth Southgate, pelatih timnas Inggris, menyoroti minimnya peluang gol mereka ketika menghadapi Skotlandia, yaitu hanya satu tembakan tepat ke gawang. (BBC/JON)