Perancis Juara Piala Eropa, Menurut Superkomputer
Mulai dari hewan sampai superkomputer digunakan untuk memprediksi pertandingan. Acap kali, tebakan para peramal menjadi rujukan tidak logis yang terus dilanggengkan.

Pemain Perancis, Paul Pogba (tengah), menggiring bola di tengah kawalan para pemain Jerman pada laga Piala Eropa 2020 di Stadion Allianz Arena, Muenchen, Rabu (16/6/2021) dini hari WIB. Perancis memenangi laga itu dengan skor 1-0.
Tim manakah yang akan keluar sebagai juara Piala Eropa kali ini? Tidak ada seorang pun yang mampu mengetahuinya, termasuk para pemain dan pelatih. Akan tetapi, dengan bantuan hewan dan superkomputer, setidaknya ada sejumlah tim yang diprediksi lebih berpeluang memenangi Piala Eropa tahun ini.
Seekor gajah yang kurang lebih berusia 42 tahun di Kebun Binatang Hagenbeck, Jerman, telah didaulat masyarakat lokal untuk meramal nasib tim Jerman di Piala Eropa 2020 yang berlangsung pada 2021 kali ini. Gajah betina yang bernama Yashoda ini adalah gajah tertua di Hamburg, Jerman. Di kebun binatang itu, Yashoda dan gajah lainnya biasa menampilkan atraksi kepada pengunjung, seperti keahlian bermain bola.
Untuk memprediksi hasil pertandingan yang akan dilakoni tim Jerman, Yashoda memiliki cara yang unik. Dia akan membuat prediksi sehari sebelum pertandingan dengan mengendus dan memilih salah satu bendera yang kemudian ditentukan sebagai pemenang pertandingan tersebut. Jika Yashoda memilih dan mengangkat kedua bendera, hasilnya akan berakhir seri.
Lain lagi di Inggris yang mengandalkan seekor babi bernama Suzie. Mirip dengan Yashoda, Suzie akan memprediksi tiap pertandingan yang akan dijalani tim Inggris. Sebelum pertandingan Suzie akan diminta memilih salah satu dari tiga ember yang ditempeli stiker bendera Inggris, bendera tim lawan, dan tulisan ”Seri”. Hasil prediksi tergantung dari makanan di dalam ember yang dipilih Suzie.
Menariknya, sebulan sebelum Piala Eropa dimulai, Suzie sudah memprediksi bahwa tim Perancis akan menjadi juara Piala Eropa tahun ini. Alasannya, Suzie memilih ember berisi croissant, makanan khas Perancis, yang kemudian dianggap bahwa tim Perancis akan memenangi Piala Eropa.

Fernando Santos, Pelatih Portugal; Joachim Loew, Pelatih Jerman; dan Didier Deschamps, Pelatih Perancis (dari kiri ke kanan), berfoto bersama trofi Piala Eropa seusai undian putaran final Piala Eropa 2020 di Bucharest, Romania, Kamis (1/12//2019). Jerman, Perancis, dan Portugal tergabung dalam Grup F, yang menjadi grup maut pada putaran final Piala Eropa 2020.
Seakan tidak yakin dengan Suzie, Inggris juga memiliki hewan peramal lainnya, yaitu anjing ras dachshund yang mendapat sebutan The Psychic Sausage. Meskipun The Psychic Sausage telah ”merintis karir” sebagai hewan peramal pertandingan sejak Piala Dunia 2018, prediksinya meleset untuk pertandingan pembuka Piala Eropa, antara Italia melawan Turki.
Sebelumnya, The Psychic Sausage memprediksi bahwa pertandingan akan berakhir seri untuk kedua tim, tetapi nyatanya Italia dapat membekuk Turki dengan skor 3-0.
Rusia tampaknya tidak mau kalah dalam ajang adu hewan peramal ini. Negeri tirai besi itu menaruh kepercayaan pada seekor kucing tuli berwarna putih yang bernama Achilles. Karena Achilles tidak dapat mendengar sejak lahir, ia diyakini memiliki insting lebih tajam, salah satunya dengan meramalkan nasib tim Rusia di Piala Eropa.
Cara Achilles mirip dengan hewan peramal lainnya, yakni dengan memilih salah satu dari dua mangkuk berisi makanan kucing. Tiap mangkuk yang diberi stiker bendera negara, mewakili salah satu negara yang berpartisipasi dalam pertandingan. Mangkuk pertama yang dipilih Achilles adalah tim negara yang dipercaya memenangi pertandingan.
Sebelum deretan hewan peramal ini meramaikan Piala Eropa, para penggemar sepak bola tidak asing dengan hewan-hewan peramal di kompetisi besar. Sebut saja seekor gurita peramal bernama Paul, asal Jerman, yang berhasil berhasil menebak hasil seluruh pertandingan sepak bola yang dijalani tim Jerman di Piala Dunia 2010. Begitu juga dengan unta asal Dubai bernama Shaheen ataupun sekelompok meerkat yang berasal dari Inggris, pernah didapuk menjadi peramal hasil pertandingan.

Superkomputer
Untuk Piala Eropa kali ini, ada superkomputer dengan metode berbasis teknologi, algoritma, dan statistik yang dicoba untuk memprediksi tim pemenang kompetisi. Stats Perform, perusahaan artificial intelligence (kecerdasan buatan) asal Chicago, Amerika Serikat, telah merilis prediksi pemenang Piala Eropa menggunakan teknologi canggih. Hasilnya, tim Perancis diprediksikan juara dengan peluang 20,5 persen, terpaut cukup jauh dari 23 negara lainnya.
Peluang juara terbesar kedua dipegang oleh tim Belgia dengan prediksi sebesar 15,7 persen. Di posisi ketiga, ada tim Spanyol yang memiliki peluang 11,3 persen. Sedangkan Makedonia Utara, berada di posisi buncit atau memiliki peluang paling kecil, yakni hanya 0,02 persen.
Untuk menganalisis hingga akhirnya mengeluarkan rilis prediksi ini, tim Stats Perform menggunakan metode khusus. Model prediksinya, yakni dengan memperkirakan probabilitas setiap hasil pertandingan (menang, seri, atau kalah) dengan menggunakan peluang pasar taruhan dan statistik ke-24 tim peserta. Statistik tim diperhitungkan dengan melihat kinerja dan prestasi tiap tim, serta statistik pemain di dalamnya.
Tim Stats Perform juga melakukan simulasi pertandingan sebanyak 40.000 kali yang mempertemukan tim dalam satu grup, babak sistem gugur, hingga final antara dua tim peserta. Dari tiap simulasi pertandingan tersebut, tim Stats Perform melihat jalannya pertandingan, pola permainan, strategi, dan komposisi pemain untuk dijadikan bahan untuk analisis selanjutnya.
Hasil prediksi Perancis sebagai juara Piala Eropa tahun ini memang memiliki alasan kuat. ”Les Bleus” sebelumnya menjuarai Piala Dunia 2018 dan akan berusaha mengulang kejayaannya memenangi Piala Dunia dan Piala Eropa secara berturut-turut.

Hingga kini, selain Perancis hanya ada dua negara yang dapat mencapai prestasi itu, yaitu Jerman Barat (Piala Eropa 1972-Piala Dunia 1974) dan Spanyol (Piala Eropa 2008, Piala Dunia 2010, dan Piala Eropa 2012).
Jika Perancis menggenapi prediksi Stats Perform, ada fakta menarik bagi Didier Deschamps, pelatih tim Perancis saat ini. Ia akan menjadi orang pertama yang memenangi Piala Dunia dan Piala Eropa, baik sebagai pemain maupun pelatih. Sekaligus juga menjadi satu-satunya pelatih di Piala Eropa kali ini yang memenangkan turnamen sebagai pemain.
Selain hasil juara tersebut, Perancis dan Belgia adalah dua tim yang diperhitungkan memiliki kans besar sebagai juara. Keduanya merupakan tim Eropa yang mencapai perempat final di masing-masing dari tiga turnamen besar terakhir (Piala Dunia 2014, Piala Eropa 2016, dan Piala Dunia 2018), jadi kecil kemungkinan kedua tim pulang lebih awal. Tim Stats Perform memprediksikan keduanya memiliki peluang 63,9 persen untuk kembali melaju ke babak delapan besar.
Sementara itu, tim Matador hanya memiliki 11,3 persen karena dinilai komposisi pemain kali ini mengalami perombakan dibandingkan dengan sebelumnya. Kendati Spanyol pernah menguasai sepak bola dunia di kejuaraan internasional secara beruntun, tidak lantas tim ini memiliki peluang besar. Capaian terakhir, tim Spanyol di Piala Dunia 2018 terhenti di babak 16 besar setelah kalah adu penalti melawan tuan rumah Rusia.

Bek sayap Belgia, Thomas Meunier, menyundul bola saat sesi latihan di Moskwa, Rusia, Senin (9/7/2018). Semifinal Piala Dunia 2018 mempertemukan Belgia melawan Perancis.
Begitu juga dengan Jerman yang diprediksi memiliki peluang 9,8 persen atau berada di posisi keempat sebagai tim favorit juara. Kekalahan 0-6 dari Spanyol pada November 2020 di Liga Nasional Eropa tentu menjadi tanda bahaya bagi skuad Der Panzer. Apalagi, di Piala Eropa kali ini mereka berada di grup neraka bersama dua tim kuat lainnya, Perancis dan Portugal.
Sementara tim juara bertahan, Portugal, masih diisi oleh pemain-pemain hebat, seperti Cristiano Ronaldo, Bruno Fernandes, dan Ruben Diaz. Menurut Tim Stats Perform, Portugal hanya berpeluang 9,6 persen atau di urutan kelima favorit juara. Akan tetapi, faktor kehadiran Cristiano Ronaldo di atas lapangan masih patut dinantikan untuk membongkar prediksi tersebut.
Tim Stats Perform melakukan simulasi pertandingan sebanyak 40.000 kali.
Perlu dicatat, hasil prediksi menggunakan superkomputer memang sudah kerap digunakan untuk memproyeksi capaian tim sepak bola, khususnya di Liga Inggris. Untuk dua musim terakhir (musim 2019/2020 dan musim 2020/2021), hasil prediksi superkomputer terbilang cukup tepat untuk menebak klub pemenang Liga Inggris.
Hanya, peringkat kedua dan seterusnya memang ada yang meleset dengan hasil terakhir liga, misalnya pada musim 2020/2021 kemarin, peringkat kedua diprediksi akan dihuni oleh Liverpool, tetapi nyatanya Manchester United yang berada di sana dan Liverpool berada di peringkat ketiga.

Striker muda Spanyol, Mikel Oyarzabal (nomor 12), dikerumuni rekan-rekannya setelah mencetak gol ketiga Spanyol ke gawang Swedia pada laga kualifikasi Grup F Piala Eropa 2020 di Stadion Santiago Bernabeu, Madrid, Selasa (11/6/2019). Spanyol mengalahkan Swedia, 3-0.
Beda tujuan
Jika dikritik, ada perbedaan mendasar antara para hewan peramal dan superkomputer. Para hewan peramal sebenarnya sebatas ikon atau maskot yang dihadirkan untuk menambah semarak kompetisi di negaranya. Mungkin saja, orang yang mencetuskan ide memprediksi hasil pertandingan dari seekor hewan awal mulanya hanyalah iseng belaka.
Kristyn Vitale, peneliti di Laboratorium Interaksi Hewan Manusia di Universitas Oregon, Amerika Serikat, mengatakan bahwa hingga saat ini belum ada penelitian terkait hewan peramal. Perihal kasus Achilles, kucing peramal Rusia, ia menyatakan bahwa Achilles mungkin memilih mangkuk tertentu karena dia lebih menyukai sisi peletakannya, bukan karena dia bisa meramal nasib sebuah tim. Dengan begitu, sebenarnya tidak ada hewan yang dapat memprediksi hasil pertandingan sepak bola.
Baca juga: Tangan Para Dewa Penyelamat di Piala Eropa
Berbeda dengan hewan, penggunaan superkomputer bertujuan sebagai acuan data bagi para penggemar sepak bola yang ikut bursa taruhan pertandingan. Di laman Stats Perform, misalnya, ada menu khusus yang menyajikan data terkait platform judi daring ataupun prediksi tiap pertandingan. Bahkan, laman Stats Perform menyajikan pembaruan besaran peluang tiap tim peserta setelah pertandingan yang dijalaninya.
Kendati demikian, sepak bola tetaplah pertandingan antartim yang tidak mudah diprediksi. Analisis sebelum pertandingan hanya menyajikan kemungkinan-kemungkinan yang belum tentu sungguh terjadi di atas lapangan. Sekali lagi, keajaiban apapun dapat terjadi dalam sebuah pertandingan sepak bola, selama bola itu bulat. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga: Kontoversi dan Laga Panas di Piala Eropa