Tim Mercedes menuju Sirkuit Paul Ricard, Perancis, membawa amarah dari dua performa buruk dalam balapan Formula 1 di Monte Carlo dan Baku. Tim berjuluk Panah Perak itu, menjadikan amarah sebagai energi meraih supremasi.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·4 menit baca
LE CASTELLET, SENIN – Lewis Hamilton dan Valtteri Bottas diharapkan menjadi seperti raksasa yang terbangun dari tidur saat memacu Mercedes W12 sdi Sirkuit Paul Ricard, Perancis, akhir pekan ini. Sirkuit yang selalu dimenangi oleh Mercedes sejak kembali menggelar F1 pada 2018 itu, akan menjadi ajang menumpahkan amarah Tim Panah Perak setelah gagal meraih podium di Monaco dan Azerbaijan.
Mercedes mengalami akhir pekan sulit di Monaco dan Azerbaijan karena mobil mereka W12 kehilangangan pace di skrkuit jalan raya Monte Carlo dan Baku. Hamilton dan Bottas pun tak kuasa membendung dominasi Red Bull yang konsisten dalam performa terbaik mereka. Bahkan, meskipun sempat kalah dalam lap tercepat satu putaran dibandingkan Ferrari, Red Bull tak tertandingi saat balapan.
Padahal, dalam balapan sebelumnya di sirkuit normal, di Portimao dan Barcelona-Catalunya, Mercedes jelas memiliki kecepatan satu putaran yang lebih baik daripada Red Bull. Bahkan, di Barcelona, Hamilton yang sempat tertinggal 22 detik dari pebalap Red Bull yang memimpin balapan Max Verstappen, pada lap ke-43, mampu mendahului pada lap ke-60 dari 66 putaran. Hamilton finis dengan selisih waktu 15.9 detik dari Verstappen di posisi kedua.
Namun, pace di Barcelona yang membuat Verstappen tak habis pikir itu, tidak muncul di Monaco dan Azerbaijan. Meskipun bukan sirkuit yang sesuai dengan Mercedes, mereka selalu bisa kompetitif di dua sirkuit jalan raya itu. Di Monaco, Mercedes meraih kemenangan pada 2013-2015 bersama Nico Rosberg, dan 2016, 2019 bersama Hamilton. Adapun di Baku, pebalap Mercedes memenangi balapan pada 2016 (Rosberg), 2018 (Hamilton), dan 2019 (Bottas).
Namun, musim ini, Mercedes kehilangan taji di Monaco dan Azerbaijan. Di Monte Carlo, Hamilton finis ketujuh dan Bottas gagal finis karena mur pengunci roda tidak bisa dibuka. Di Baku, mereka gagal meraih poin setelah Bottas finis di posisi ke-12, dan Hamilton ke-15 akibat tidak sengaja menekan “tombol rem ajaib” saat memimpin balapan selepas start kedua.
Performa itu tidak bisa diterima oleh Mercedes yang menjadi tim tersukses di F1 era mesin V6 turbo hibrida dengan tujuh gelar juara pebalap dan konstruktor secara beruntun. Mercedes pun bak raksasa yang murka, dan bertekad kembali meraih supremasi di Sirkuit Paul Ricard, Perancis, 18-20 Juni. Mercedes diyakini akan kembali kuat di sirkuit normal, terutama yang memiliki trek lurus panjang serta tikungan kecepatan menengah hingga tinggi.
Cocok
Paul Ricard terbukti cocok dengan karakter mobil Mercedes dengan dua kemenangan beruntun Hamilton di sana sejak dipakai kembali menggelar F1 pada 2018 dan 2019. Musim lalu, balapan di Paul Ricard dibatalkan karena pandemi. Catatan positif di seri Perancis itu, menjadi modal awal pembalasan tim Panah Perak.
“Saya tidak ragu (kami akan bangkit lagi),” ujar Kepala Tim Mercedes Toto Wolff dikutip Sky Sports, Senin (14/6).
“Kami tim yang sangat kuat. Saya sangat marah, dan kami akan mengubah kemarahan itu menjadi kekuatan positif. Kami para pejuang dan kami akan bangkit kembali,” tegas Wolff.
Wolff mengakui, kegagalan meraih podium di Baku menyakitkan dan akan bertahan beberapa hari, tetapi itu tidak akan memengaruhi perjuangan tim untuk bangkit kembali pada balapan berikutnya. Paul Ricard merupakan balapan pertama dari tiga balapan beruntun dalam tiga pekan. Dua balapan berikutnya akan berlangsung di Red Bull Ring, Austria, pada 27 Juni dan 4 Juli.
“Kami akan membangun kembali dan menjadi lebih kuat,” tegas Hamilton.
Kami tim yang sangat kuat. Saya sangat marah, dan kami akan mengubah kemarahan itu menjadi kekuatan positif. Kami para pejuang dan kami akan bangkit kembali.
Mercedes diyakini akan menjadi tim yang jauh lebih kuat di sirkuit normal. Ini akan menjadi tantangan berat bagi Red Bull untuk menjaga posisi mereka di puncak klasemen pebalap dan konstuktor. Verstappen kini memimpin perburuan juara dengan keunggulan empat poin dari Hamilton. Dia gagal melebarkan selisih poin dari Hamilton, karena gagal finis di Baku menyusul pecah ban belakang kiri saat memimpin balapan. Adapun dalam persaingan konstruktor, Red Bull unggul 26 poin dari Mercedes.
“Mercedes pasti akan sangat kuat di trek-trek normal, mereka memiliki beberapa kesulitan di sirkuit jalan raya tetapi seperti yang anda lihat di Barcelona mereka luar biasa cepat,” ungkap Verstappen.
Itulah mengapa Verstappen sangat menyesal tidak bisa melebarkan keunggulan dari Hamilton di Baku. “Kami perlu selalu siap dan terus bekerja keras karena mereka juga memiliki mobil yang sangat bagus, meskipun kadang mereka tidak mengatakan itu. Mereka memiliki itu,” tegas pebalap asal Belanda itu.
“Sangat disayangkan. Saya ingin sedikit memperlebar selisih poin sebelum kami kembali ke trek-trek seperti itu (sirkuit normal),” ungkap Verstappen seusai seri Baku.