Ambisi Inggris untuk membawa pulang trofi sepak bola ke tanah kelahirannya akan dimulai dengan menghadapi Kroasia, Minggu malam WIB. Tim “Tiga Singa” ingin membalaskan kekalahan di semifinal Piala Dunia Rusia 2018.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·6 menit baca
LONDON, SABTU – Atmosfer berbeda dirasakan tim nasional sepak bola Inggris jelang laga pembuka Grup D melawan Kroasia, Minggu (13/6/2021) pukul 20.00 di Stadion Wembley, London. Selain menyambut Piala Eropa yang hadir kembali di London setelah 25 tahun, tim "Tiga Singa" juga mengemban misi revans atas Kroasia setelah dikalahkan pada babak semifinal Piala Dunia Rusia 2018.
Mengalahkan Kroasia di laga pertama adalah langkah awal bagi Inggris untuk mewujudkan misi mengembalikan trodi sepak bola ke “rumah”. Pasalnya, tim berjuluk “Vatreni” itu adalah pembunuh mimpi Inggris untuk menembus ke partai puncak di Piala Dunia 2018. Kala itu, Inggris tumbang 1-2 melalui perpanjangan waktu.
Bekal Inggris untuk membalaskan dendam atas Kroasia sudah mencukupi. Inggris akan didukung sekitar 22.500 penonton yang akan hadir langsung di Wembley. Antusiasme menyambut Piala Eropa pun telah amat kental terasa di London sejak Jumat (11/6/2021) lalu.
Dalam sejumlah rekaman video yang beredar di media sosial, Alun-alun Trafalgar yang menjadi pusat zona fans di London telah dihadiri ribuan pencinta bola. Lagu “Football’s Coming Home” yang dipopulerkan grup rock asal Liverpool, The Lightning Seeds, dinyanyikan oleh para fans di ibu kota Inggris itu.
Di sisi lain, tim “Tiga Singa” memiliki rekor yang baik dalam 22 laga bermain di Wembley. Dari jumlah laga itu, Inggris meraih 16 kemenangan, empat kali ditahan imbang, serta hanya dua kali menderita kekalahan.
Meskipun Pelatih Timnas Inggris Gareth Southgate telah membawa timnya mengalahkan Kroasia pada laga Liga Nasional Eropa di Wembley, November 2018, dengan skor 2-1, ia menganggap kemenangan di ajang Liga Nasional Eropa bukanlah balas dendam yang ideal atas kekalahan di semifinal Piala Dunia 2018. Atas dasar itu, ia menargetkan Inggris harus mampu mengalahkan Kroasia dalam laga pembuka Piala Eropa 2020.
“Kami jelas masih menyimpan kekecewaan akibat kekalahan di Moskwa. Kroasia adalah tim yang sangat berpengalaman, bermaterikan pemain luar biasa, bermental tangguh, serta mampu memainkan berbagai taktik. Tetapi, kami akan kembali menunjukkan bahawa kami tahu cara untuk bisa mengalahkan mereka,” kata Southgate kepada ITV.
Gelandang muda Inggris, Mason Mount, juga yakin “Tiga Singa” bisa tampil lebih baik dibandingkan duel di Rusia tiga tahun silam. Inggris, lanjutnya, memang berisi sejumlah pemain muda. Akan tetapi, para pemain belia itu memiliki kualitas yang dapat mengungguli para bintang senior Kroasia, seperti Luka Modric.
Pada laga semifinal Rusia 2018 yang berlangsung di Stadion Luzhniki, Rusia, Kroasia mampu mengungguli Inggris berkat dominasi di lapangan tengah. Trio gelandang Vatreni, yaitu Modric, Ivan Rakitic, dan Marcelo Brozovic gagal diimbangi tiga pemain tengah Inggris, Jordan Henderson, Delle Alli, dan Jese Lingard. Mount sesumbar Inggris akan mampu tampil lebih baik dalam duel lini tengah di Wembley.
“Jika melihat sejumlah talenta di dalam tim Inggris saat ini, kualitas lini tengah menjadi kekuatan utama kami. Tim kami memiliki pemain yang bisa menguasai bola, menahannya, menciptakan peluang, serta menghadirkan ancaman di zona pertahanan lawan,” kata Mount, yang membawa Chelsea meraih trofi Liga Champions Erpa musim ini, dilansir laman UEFA.
Modal utama
Pemain kreatif, seperti Mount, Jack Grealish, Declan Rice, hingga Phil Foden, adalah modal utama Inggris untuk bersaing dengan 23 kontestan lain. Kehadiran mereka pun telah menghadirkan harapan bagi perjalanan “Tiga Singa” di Piala Eropa 2020. Adapun rata-rata usia skuad Inggris di Piala Eropa 2020 ialah 25,2 tahun. Usia skuad "Tiga Singa" hanya kalah dari Turki yang berusia rata-rata 24,9 tahun.
Selain pemain muda bertalenta, bermain di Wembley akan menambah semangat dan kepercayaan diri bagi skuad “Tiga Singa”. Setelah mampu menjadi saksi bisu dari keberhasilan Inggris meraih trofi Piala Dunia 1966, Wembley dianggap tempat yang terbaik bagi Inggris untuk meraih gelar Piala Eropa perdana.
Dalam kesempatan perdana bermain di Wembley pada Piala Eropa 1996, Inggris gagal mewujudkan impian rakyat Inggris karena tumbang dalam drama adu penalti dari Jerman di babak semifinal. Oleh karena itu, skuad muda Inggris asuhan Southgate diharapkan mampu menebus kegagalan itu di Piala Eropa 2020 karena Wembley akan menjadi tuan rumah di laga final.
“Piala Eropa 2020 sejatinya adalah turnaman kandang untuk Inggris. Saya yang ikut menyaksikan Piala Eropa 1996 sangat merasakan antusiasme jutaan fans di Wembley. Apabila hal itu bisa diduplikasi pada tahun ini, tidak diragukan lagi peluang Inggris untuk juara akan meningkat,” kata mantan kiper Inggris, David James, kepada UEFA TV.
Termotivasi
Semangat balas dendam yang menyelimuti pemain dan pendukung Inggris justru menebalkan motivasi Kroasia untuk mengulang capaian di Moskwa. Meskipun tidak lagi diperkuat Rakitic dan pencetak gol kemenangan di semifinal Piala Dunia, yakni Mario Mandzukic, Modric menegaskan, Kroasia memiliki barisan pemain yang telah berpengalaman menghadapi berbagai situasi di turnamen besar.
“Inggris tentu akan masuk ke lapangan dengan misi melakukan revans atas hasil di Rusia. Bagi saya, itu adalah hal yang baik karena kami sangat suka memainkan laga yang penuh semangat dan ketat,” ujar Modric yang memegang rekor penampilan terbanyak bersama Kroasia dengan 138 laga.
Dalam 10 kali berduel dengan Inggris sejak April 1996, Kroasia memang baru tiga kali mengalahkan “Tiga Singa” dan menderita lima kali kekalahan. Akan tetapi, tiga kemenangan itu diraih di tempat berbeda, yaitu Zagreb, London, dan Moskwa.
Kroasia tercatat pernah mengalahkan Inggris di Wembley pada kualifikasi Piala Eropa 2008, November 2007. Hasil itu membuat Inggris gagal tampil di Austria-Swiss 2008. Catatan historis itu menjadi bekal bagi Modric dan kawan-kawan untuk mengulang hal serupa.
Pelatih Timnas Kroasia Zlatko Dalic menyatakan, kekalahan 0-1 dari Belgia di laga uji coba terakhir, Senin (7/6) lalu, memberikan pelajaran berharga bagi timnya, terutama untuk segera mencari solusi atas kelemahan tim jelang menghadapi Inggris. Titik terlemah utama Kroasia terdapat di lini depan.
Kami sangat suka memainkan laga yang penuh semangat dan ketat. (Luka Modric)
Dalam babak kualifikasi, Kroasia bersama Ukraina menjadi tim dengan produktivitas terendah yang mampu menjadi juara grup.. Kedua tim itu hanya mampu mencetak 17 gol dari delapan laga. Tetapi, Kroasia menjadi tim dengan penyumbang gol paling sedikit karena hanya tujuh pemain yang mampu mencetak gol dari 33 pemain yang pernah diturunkan Dalic di laga Grup E kualifikasi Piala Eropa 2020.
Meski begitu, Dalic menekankan, secara umum kondisi timnya jelang Piala Eropa 2020 serupa ketika memulai laga fase grup Piala Dunia 2018 yang diakhiri dengan meraih posisi runner-up.
“Kami telah menunjukkan kekompakan, soliditas, dan penampilan yang saling bertanggung jawab. Kami memang tidak terlalu bagus di lini depan, tetapi kami akan bermain efektif yang menjadi kekuatan kami ketika mencetak sejarah di Rusia 2018,” kata Dalic. (AFP)