Finlandia Kandaskan Denmark yang Terluka Tanpa Eriksen
Denmark, yang kehilangan Christian Eriksen akibat kolaps, ditundukkan Finlandia, 0-1, pada penyisihan Grup B Piala Eropa. Meskipun kalah, Denmark dianggap pemenang sejati di laga itu.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
KOPENHAGEN, MINGGU — Timnas Denmark harus bertekuk lutut 0-1 dari Finlandia dalam laga pembuka Grup B Piala Eropa 2020 di Stadion Parken, Kopenhagen, Denmark, Minggu (13/6/2021). Faktor utama kekalahan Denmark dipengaruhi hilangnya ruh permainan tim, Christian Eriksen, yang kolaps di lapangan dua menit sebelum laga babak pertama usai.
Walau menuai kekalahan, Pelatih Timnas Denmark Kasper Hjulmand justru memberikan penghormatan kepada para pemain yang mampu menyelesaikan laga setelah trauma menyaksikan insiden yang dialami Eriksen. Padahal, mereka diberikan dua opsi oleh Federasi Sepak Bola Eropa (UEFA) untuk melanjutkan laga atau menundanya ke Minggu (13/6) siang waku setempat.
”Kami tahu kami memiliki dua pilihan. Para pemain tidak bisa membayangkan, tidak bisa tidur malam ini dan kemudian harus naik bus dan masuk lagi besok. Sejujurnya yang terbaik adalah menyelesaikannya. Tentu saja Anda tidak bisa memainkan permainan dengan perasaan seperti itu dan apa yang kami coba lakukan sungguh luar biasa,” ujarnya dikutip The Guardian.
Hjulmand mengatakan, sepanjang laga itu, semua pikiran tim Denmark tertuju kepada Eriksen dan keluarganya. ”Christian (Eriksen) adalah salah satu pemain terbaik kami dan dia orang yang baik. Jadi, semua energi positif kami tertuju kepadanya,” kata pelatih berusia 49 tahun tersebut.
Eriksen berhasil selamat dari kejadian itu. Dokter tim Denmark, Morten Boesen, menuturkan, Eriksen sempat tidak bernapas sehingga tim medis memberikan tindakan resusitasi jantung paru atau CPR. Beruntung, bantuan datang sangat cepat dan tepat sehingga nyawa Eriksen bisa selamat.
”Kami melakukan apa yang harus dilakukan. Kami berhasil mendapatkan Christian (Eriksen) kembali. Dia berbicara kepada saya sebelum dia dibawa ke rumah sakit untuk analisis lebih lanjut,” ungkapnya.
Direktur Federasi Sepak Bola Denmark (DBU) Peter Moller menuturkan, para pemain Denmark adalah pemenang sejati dalam laga tersebut. ”Pemain menyelesaikan permainan dengan penuh emosional. Mereka saling berpelukan dan berjuang untuk menahan air mata. Insiden itu adalah pengalaman yang traumatis. Saya memastikan, tidak peduli apa pun (hasilnya), semua baik-baik saja,” ujarnya.
Penghargaan untuk Eriksen
Adapun Eriksen dinobatkan sebagai pemain terbaik dalam laga tersebut. Tidak berlebihan penghargaan itu disempatkan kepadanya. Sebab, selama berada di atas lapangan, dia menjadi dirijen permainan yang membuat timnya menguasai laga.
”Pada saat-saat ini, kekeluargaan dalam sepak bola terasa begitu kuat. Dia (Eriksen) dan keluarganya mendapatkan dukungan dan doa dari semua orang. Saya mendengar penggemar kedua tim meneriakkan namanya. Sepak bola itu indah dan Christian (Eriksen) memainkannya dengan indah,” tutur Presiden UEFA Aleksander Ceferin dilansir BBC.
Peristiwa yang dialami oleh Eriksen mendapatkan perhatian luas di dalam ataupun luar stadion. Pendukung Denmark dan Finlandia sontak bersatu dalam laga ini. Pada suatu momen, penggemar Finlandia meneriakkan nama Christian dan disambut penggemar Denmark yang memekikkan nama Eriksen.
Segenap tokoh dunia, terutama atlet memberikan dukungan dan doa kepada Eriksen, salah satunya mantan gelandang Bolton Wanderes, Fabrice Muamba, yang pernah mengalami kejadian serupa ketika membela Bolton pada 2012. Dia pulih dari insiden itu, tetapi tidak bisa bermain lagi.
”Peristiwa itu membawa kepada kenangan mendalam bagi diri saya yang penuh emosional. Saya harap semuanya baik-baik saja. Saya harap dia (Eriksen) akan melewatinya,” ujar Muamba.
Jalannya laga
Bermain di hadapan pengemar di rumah sendiri, Denmark lebih diunggulkan dalam laga kali ini. Tanda-tanda itu terlihat sejak awal babak pertama. Skuad ”Danish Dynamite” langsung mendominasi permainan. Terlepas dari permainan keras antara dua negara Skandinavia ini, Denmark bisa mengurung pertahanan Finlandia dan membuat sejumlah peluang emas.
Denmark, yang menguasai penguasaan bola 64 persen berbanding 36 persen, berhasil membuat 12 peluang dengan empat tepat sasaran ke gawang sepanjang babak pertama. Sementara Finlandia gagal membuat satu pun peluang. Selain tandukan gelandang Pierre-Emile Hojbjerg di menit ke-16, peluang terbaik skuad Olsen Banden dibuat Eriksen, yang membela Inter Milan, di menit ke-7 dan ke-18. Semua peluang itu berupa sepakan keras dari luar kotak penalti.
Pada saat-saat ini, kekeluargaan dalam sepak bola terasa begitu kuat. Dia (Eriksen) dan keluarganya mendapatkan dukungan dan doa dari semua orang. (Aleksander Ceferin)
Namun, petaka tiba pada menit ke-43. Eriksen, yang bersiap menerima umpan lemparan ke dalam dari Joakim Maehle, tiba-tiba ambruk tak sadarkan diri. Seisi stadion pun panik, baik dari kubu Denmark maupun Finlandia. Para pemain Denmark berupaya memberikan pertolongan pertama sebelum tim medis yang cekatan menghampiri pemain berusia 29 tahun tersebut.
Setelah beberapa menit mendapat penanganan, mukjizat terjadi. Eriksen berhasil disadarkan dan mampu merespons komunikasi. Akan tetapi, pemain kelahiran Middelfart, Denmark, 14 Februari 1992, itu harus meninggalkan lapangan lebih awal guna mendapatkan penanganan lebih intensif di rumah sakit.
Suasana berubah
Laga pun sempat dihentikan selama kurang lebih satu jam setengah karena insiden tersebut. Setelah kejadian itu, aura suasana di kubu Denmark berubah. Juara Piala Eropa 1992 Swedia ini boleh jadi masih mendominasi permainan di babak kedua. Namun, sentuhan mereka sudah tak lagi sama.
Selain mental yang anjlok, tanpa Eriksen, tidak ada lagi umpan-umpan yang mengkreasikan tim membuat peluang berbahaya. Statistik membuktikan, sepanjang babak kedua, Denmark—yang menguasai penguasaan bola dengan rata-rata 70 persen berbanding 30 persen—hanya melahirkan empat peluang dengan satu di antaranya tepat sasaran ke gawang.
Bahkan, bek sekaligus kapten Denmark, Simon Kjaer, tidak bisa fokus untuk menyelesaikan permainan. Pemain yang berperan penting dalam memberikan pertolongan pertama untuk Eriksen itu terpaksa ditarik keluar dan digantikan Jannik Vestergaard di menit ke-63. ”Simon sangat terpukul. Dia ragu apakah bisa melanjutkan dan mencobanya, tetapi itu tidak bisa dilakukan,” terang Hjulmand.
Kubu Finlandia tampaknya memahami situasi itu. Dengan mengoptimalkan celah kelengahan di lini belakang Denmark, penyerang Joel Pohjanpalo berhasil mengonversi umpan silang bek Jere Uronen menjadi gol pada menit ke-59. Gol pemain Union Berlin itu menjadi satu-satunya peluang dan gol yang diciptakan oleh tim berjersei biru tua itu sepanjang laga.
Denmark sempat mendapatkan kesempatan menyamakan kedudukan dari titik penalti seusai penyerang sayap Yussuf Poulsen dilanggar di dalam kotak penalti oleh bek Finlandia Paulus Arajuuri pada menit ke-73. Sayangnya, eksekusi sepakan 12 pas oleh Pierre Hojbjerg terlalu mudah dibaca dan ditangkap penjaga gawang Lukas Hradecky.
Kekalahan itu menjadi kerugian besar untuk Denmark dan membuat langkahnya untuk lolos dari penyisihan grup cukup berat. Apalagi, mereka akan menghadapi tim unggulan Belgia, Kamis (17/6) dan tim energik, Rusia, Selasa (22/6). ”Kami mencoba untuk bangkit sekarang dan menyortir diri kami sebanyak yang kami bisa. Kami akan membicarakannya malam ini, mencoba memprosesnya dan melanjutkan bersama,” pungkas Hjulmand. (AFP/REUTERS)