Predator gol tertajam di muka bumi, Ronaldo, Benzema, Mbappe, Lewandowski, hingga Kane, akan saling berebut satu trofi bergengsi, yaitu sepatu emas. Trofi itu akan mengubah sejarah karier dan negara mereka masing-masing.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·5 menit baca
Bola jatuh dari ketinggian. Sebelum menyentuh rumput, Marco Van Basten menyepak bola sekuat tenaga. Suara benturan kaki dengan bola berdentum keras, ”Dar…” Dalam sekali kedipan mata, bola yang menukik indah bagaikan pelangi itu sudah bersarang ke gawang kiper Uni Soviet, Rinat Dasayev.
Rinus Michels, sang pelatih, menutup wajah sambil menggeleng-gelengkan kepala. Inovator Total Football ini kehabisan kata-kata. Rasa bahagia bercampur tidak percaya menyelimuti kepalanya. Saat bersamaan, penonton di tribun menggila. Ribuan orang tak saling kenal, bersorak dan berpelukan.
Gol terindah. Itulah yang diciptakan Van Basten pada final Piala Eropa Jerman 1988. Berkat gol tendangan voli dari sudut sempit nyaris sejajar itu, Belanda merajai Eropa seusai menaklukkan pasukan raksasa Uni Soviet.
Van Basten pensiun muda beberapa tahun setelahnya. Kaki ajaib itu mengalami cedera. Namun, tiga dekade lebih berlalu, sepakan indahnya masih menempel di ingatan banyak orang.
Penyerang legendaris Inggris Alan Shearer salah satu yang menyebutnya sebagai gol terbaik sepanjang Piala Eropa. ”Yang saya ingat hanyalah kesempurnaan. Teknik, arah, dan sudut tendangan. Itu gol luar biasa,” katanya kepada BBC Sport.
Begitulah magis sebuah gol, campuran antara bantuan semesta dan usaha manusia. Gol, faktor paling menentukan dalam sepak bola, bisa memberi kebahagiaan, kemenangan, sekaligus mengubah sejarah.
Tak ayal, pencetak gol dihargai setinggi-tingginya. Mereka adalah pengukir sejarah. Sebagai sosok terpenting, pencetak gol terbanyak pun diberikan hadiah individu sepatu emas. Penghargaan spesial ini menandakan pengaruh besar mereka.
Seperti Van Basten, dia pulang membawa sepatu emas dengan lima gol pada 1988. Gelar individu ini turut disertai dengan membawa Belanda juara. Keterikatan antara sepatu emas dan prestasi tim tidak bisa dilepaskan. Terbukti 9 dari 15 pencetak gol terbanyak selalu membawa negaranya juara Eropa.
Ironi Ronaldo
Salah satu dari pemberi kebahagian terbesar lewat gol adalah penyerang fenomenal asal Portugal, Cristiano Ronaldo. Dia merupakan pencetak gol terbanyak di gelaran Piala Eropa, 9 gol, seimbang dengan catatan striker legendaris Perancis Michel Platini.
Berbagai rekor dalam ajang terbesar Eropa ini juga digenggamnya. Ronaldo menjadi satu-satunya pemain yang bisa mencetak gol di empat ajang beruntun, dari 2004-2016. Pemain berjuluk CR7 ini juga memimpin catatan jumlah tendangan terbanyak, 122 kali, jauh melampaui pemain setelahnya Thierry Henry dengan 52 kali.
Ironisnya, semua pencapian menakjubkan itu tidak cukup bagi Ronaldo untuk mengoleksi trofi sepatu emas. Pemilik sepatu emas di tiga liga besar ini, Inggris, Spanyol, dan Inggris, selalu kalah beruntung dalam persaingan dengan penyerang lain.
Ketika mengantar Portugal juara pada 2016, Ronaldo (3 gol) hanya meraih sepatu perak. Dia kalah dari striker Perancis Antoine Griezmann (6 gol). Bintang Juventus ini juga kalah dari penyerang eksentrik Spanyol Fernando Torres, meski sama-sama mencetak 3 gol pada Euro 2012. Bedanya, Torres turut menghasilkan satu asis.
Ronaldo bagaikan seorang raja tanpa mahkota. Di usia terbilang tua, 36 tahun, dia kembali datang menuju Piala Eropa 2020. Sepatu emas adalah salah satu tujuan pemain kelahiran Pulau Madeira tersebut. Mengingat, ini mungkin menjadi gelaran terakhir dalam karier cemerlangnya.
”Sang Raja” membutuhkan mahkota untuk mengabadikan kehebatannya. Semua penyerang terbaik pada zaman masing-masing telah menancapkan namanya dengan gelar sepatu emas, mulai dari Gerd Mueller, Van Basten, sampai Shearer.
Kami datang dengan ambisi besar. Kami punya tim yang bagus tahun ini.
Ronaldo akan menerapkan pepatah lama, sambil menyelam minum air. Dia ingin mempertahankan gelar juara bersama Portugal sekaligus membawa pulang trofi sepatu emas. Yang mana, sejarah telah membuktikan kedua hal ini saling berkaitan. ”Kami datang dengan ambisi besar. Kami punya tim yang bagus tahun ini,” katanya.
Kapten Portugal ini sangat mungkin menjadi pencetak terbanyak dalam kompetisi ini. Dia akan dimanjakan oleh umpan-umpan terukur dari pengatur serangan top asal Manchester United, Bruno Fernandes, yang menghasilkan 17 asis musim ini.
Ancaman predator
Namun, perjalanan meraih mahkota itu tidak akan muda. Dua penyerang dari juara dunia Perancis, Karim Benzema dan Kylian Mbappe, sudah menebar ancaman. Bomber beda generasi ini sama-sama datang dengan rasa lapar.
Benzema datang dengan misi pembuktian setelah absen sejak terakhir kali bermain pada Piala Eropa 2012. Absen sekitar sembilan tahun dari ajang ini menjadikan striker Real Madrid ini datang dengan motivasi berlipat-lipat.
Mbappe adalah penyerang paling potensial saat ini. Dia sering-sering disebut akan mewarisi takhta yang ditinggalkan Ronaldo ketika pensiun. Pemain 22 tahun ini sudah siap mengambil takhta tersebut dalam debutnya di Piala Eropa. Apalagi, dia sudah punya modal pengalaman berharga ketika membawa Perancis juara dunia.
Mbappe telah mencetak 42 gol di seluruh kompetisi bersama Paris Saint Germain musim ini. Salah satu yang paling fantastis adalah konversi tembakannya mencapai 26,4 persen. Artinya, dia hampir pasti menghasilkan 1 gol dalam setiap 4 tendangan. Tingkat konversi itu termasuk yang tertinggi di Eropa.
Dari arah lain, sang ”pangeran” Inggris, Harry Kane, juga tidak mau kalah. Setelah merebut gelar sepatu emas ketiga di Liga Inggris, striker andalan ”Tiga Singa” ini sudah mengincar target besar dalam Piala Eropa.
Tanpa malu-malu, Kane berkata ingin mencapai level pemain terbaik di bumi. ”Saya ingin menjadi yang terbaik. Saya mau mencoba dan menyamai level Ronaldo dan (Lionel) Messi). Itu tujuan saya. Memenangi trofi dan mencetak gol sebanyak mungkin,” ucap pemain yang sedang dalam usia emas tersebut, 27 tahun.
Robert Lewandowski, yang datang bersama Polandia, tidak bisa dilupakan begitu saja. Dia adalah predator gol tertajam seantero planet saat ini. Penyerang Bayern Muenchen ini merebut sepatu emas Eropa dengan 41 gol di liga musim ini, melampaui Ronaldo dan Messi.
Bahkan, Lewandowski juga memecahkan rekor Liga Jerman milik Mueller yang sudah bertahan setengah abad. Pencapaian tersebut memperlihatkan sang striker sedang menikmati puncak karier pada usia 32 tahun. Tetapi, yang perlu disadari, Polandia tidak punya pemain kelas satu untuk melayaninya, seperti di Muenchen.
Teka-teki pencetak gol terbanyak ini begitu sulit dipecahkan. Jawabannya baru akan terlihat di akhir turnamen. Siapa pun yang menang, persaingan perebutan mahkota sepatu emas ini akan membawa banyak kesenangan dan kebahagian. Karena, akan banyak gol yang tercipta. (AFP)