Kegembiraan Cori ”Coco” Gauff Berpasangan dengan Idolanya
Cori ”Coco” Gauff akhirnya berkesempatan bermain ganda bersama Venus Williams yang menjadi idolanya. Meskipun kalah pada laga pertama, Coco belajar banyak dari seniornya.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
Penggemar tenis dibuat antusias ketika peserta ganda putri Grand Slam Perancis Terbuka diumumkan Federasi Tenis Perancis (FFT), akhir pekan lalu. Di antara 64 pasangan, terdapat pasangan kejutan, Venus Williams dan Cori ”Coco” Gauff.
Duet senior dan yuniornya asal Amerika Serikat itu menjalani debut dalam babak pertama melawan unggulan ke-13, Ellen Perez/Zheng Saisai (Australia/China), di Lapangan 9, Roland Garros, Paris, Rabu (2/6/2021). Venus/Coco akhirnya kalah, 7-6 (5), 4-6, 3-6, meski telah memberi perlawanan tangguh selama 2 jam 11 menit.
Di sela-sela permainan, penonton di lapangan meneriakkan ”U-S-A” dan menyanyikan berbagai lagu, seperti ”Born in the USA” dan ”Girl on Fire”, untuk mendukung Venus/Coco.
Setelah pertandingan, Coco pun mengungkapkan perasaannya melalui media sosial. ”Kita tidak menang hari ini, tetapi menjadi kehormatan bagi saya untuk bermain bersamamu @venuswilliams”.
Keterkaitan pasangan dengan beda usia 24 tahun itu—Venus lahir 1980, Coco pada 2004—mulai dikenal ketika mereka bertemu pada babak pertama Wimbledon 2019. Coco, yang masih berusia 15 tahun, mengalahkan salah satu idolanya dari keluarga Williams bersaudara itu, 6-4, 6-4. Bertanding sejak babak kualifikasi, Coco bertahan hingga babak keempat.
Kemenangan juga didapat Coco saat bertemu kembali dengan Venus pada babak pertama Australia Terbuka 2020. Kali ini dengan skor 7-6 (5), 6-3.
Keluarga Coco memang sangat terinspirasi keluarga Williams. Ayah Coco, Corey, membawa keluarganya pindah dari Atlanta ke Florida untuk mewujudkan impian Coco menjadi petenis profesional.
Hobi Coco bermain tenis pun terwujud dengan banyaknya akademi tenis dan kejuaraan di Florida. Salah satu tempat latihan Coco dan ayahnya adalah kompleks lapangan yang juga digunakan Venus dan Serena.
Corey melakukan itu karena terinspirasi Richard Williams, ayah Venus dan Serena yang menjadikan putri-putrinya sebagai bintang tenis dunia. Fakta bahwa tidak banyak anak Afrika-Amerika yang menjadi petenis profesional membuatnya mendukung cita-cita Coco.
Dalam perjalanannya, Venus meraih tujuh gelar juara Grand Slam dari tunggal ditambah 14 gelar dari nomor ganda bersama adiknya, Serena. Serena mendapatkan gelar lebih banyak, 23 gelar. Dia masih berusaha menyamai rekor Margaret Court, 24 gelar, sebagai petenis dengan gelar Grand Slam terbanyak di nomor tunggal. Coco pun menjadi pasangan pertama Venus di luar Serena.
Sementara Coco meraih tiga gelar ganda dari ajang WTA bersama Caty McNaly, yang cedera saat tampil dalam babak kualifikasi tunggal putri, ditambah dua gelar tunggal. Gelar terakhir didapat dari WTA 250 Parma, sepekan sebelum Perancis Terbuka.
Duet dengan Venus, menurut Coco, terjadi karena ayah yang juga berperan sebagai pelatihnya menghubungi keluarga Williams sebelum batas akhir pendaftaran pemain. ”Jujur, saya tidak mengharapkan mereka setuju. Namun, upaya untuk bertanya akhirnya memberi hasil. Saya sangat senang dia mau bermain bersama saya,” kata Coco dalam ESPN.
Venus pun tidak kalah antusias berpasangan dengan Coco yang saat ini telah menempati peringkat ke-25 dunia. ”Dia sangat bertalenta sehingga saya pasti mengharapkan dia untuk melakukan semua tugas di lapangan,” kata Venus yang telah meraih empat gelar Grand Slam ketika Coco lahir.
”Sangat menyenangkan bermain bersama Venus. Saya suka bermain ganda dan bisa belajar darinya. Dia punya banyak gelar Grand Slam dan saya ingin seperti dia, juara Grand Slam di tunggal dan ganda,” lanjut Coco.
Sangat menyenangkan bermain bersama Venus. Saya suka bermain ganda dan bisa belajar darinya.
Selain di ganda, Venus dan Coco juga tampil pada nomor tunggal di Roland Garros. Venus disingkirkan Ekaterina Alexandrova pada babak pertama, sementara Coco, yang menang atas Aleksandra Krunic, dijadwalkan berhadapan dengan Wang Qiang pada babak kedua, Kamis (3/6/2021).
Coco, yang untuk pertama kalinya datang sebagai salah satu unggulan dalam Grand Slam, yaitu unggulan ke-24, mencoba beradaptasi dengan status barunya itu dan berusaha bermain tanpa tekanan.
”Saya lebih sering bermain dengan bebas, tanpa status unggulan. Sikap itu pula yang akan selalu saya bawa di Roland Garros. Saat tertinggal dalam pertandingan, misalnya, alih-alih stres, saya akan berusaha tetap menikmati momennya,” ujar Coco sebelum turnamen dimulai.
Petenis yang tengah mengejar tiket Olimpiade Tokyo 2020 itu mengambil pengalaman dari para senior dan mantan atlet. ”Satu hal yang disesali sebagian besar dari mereka adalah tidak menikmati pertandingan saat mereka masih aktif. Saya tidak mau kehilangan momen itu,” kata Coco yang selalu menjawab pertanyaan dengan pemikiran lebih dewasa dari usianya. (AFP)