Angkat besi melahirkan dua lifter potensial, yakni Rahmat Erwin Abdullah dan Rizki Juniansyah, yang sama-sama di kelas 73 kg. Kini, kedua mutiara itu perlu dijaga dengan baik agar kilaunya tak pudar sebelum waktunya.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Setelah era lifter 62 kilogram Eko Yuli Irawan dan lifter 69 kilogram maupun 73 kilogram Triyatno, angkat besi kembali memiliki dua lifter yang siap mengharumkan Indonesia di pentas internasional, yakni lifter muda Rahmat Erwin Abdullah dan Rizki Juniansyah yang sama-sama di kelas 73 kilogram. Sekarang, Pengurus Besar Perkumpulan Angkat Besi Seluruh Indonesia punya pekerjaan rumah merawat dua mutiara itu agar kemilau mereka tidak pudar sebelum waktunya.
Keduanya adalah rising star. Tim pelatih akan lebih cermat memaksimalkan kemampuan mereka. Puji Tuhan, lingkungan pelatnas adalah lingkungan terbaik yang kami ciptakan.
”Keduanya adalah rising star. Tim pelatih akan lebih cermat memaksimalkan kemampuan mereka. Puji Tuhan, lingkungan pelatnas adalah lingkungan terbaik yang kami ciptakan,” ujar Kepala Bidang Pembinaan Prestasi Pengurus Besar Perkumpulan Angkat Besi Seluruh Indonesia (PB PABSI) Hadi Wihardja saat dihubungi dari Jakarta, Kamis (27/5/2021).
Hadi mengatakan, Rahmat dan Rizki adalah dua lifter muda yang terus menunjukkan grafik peningkatan. Itu tak lepas dari peran orangtua mereka yang telah mengenalkan angkat besi sejak dini. Rahmat adalah anak mantan lifter nasional Erwin Abdullah yang meraih perak kelas 69 kilogram (kg) Asian Games 2002 di Busan, Korea Selatan, sedangkan Rizki merupakan anak lifter sekaligus Ketua Pengprov PABSI Banten Muhammad Yassin.
Sejak masuk pelatnas, keduanya bersaing secara positif menjadi yang terbaik di setiap ajang internasional. Rahmat sempat melejit lebih dahulu. Lifter berusia 20 tahun itu menggebrak dengan menjuarai kelas 73 kg yunior pada Kejuaraan Asia Remaja dan Yunior 2019 di Pyongyang, Korea Utara, dan Kejuaraan Asian Remaja dan Yunior 2020 di Tashkent, Uzbekistan, serta SEA Games 2019 di Filipina.
Tahun lalu, Rahmat memecahkan rekor dunia yunior dalam Kejuaraan Asia Remaja dan Yunior, yakni clean and jerk 185 kg dan total angkatan 329 kg. Atlet kelahiran Makassar, Sulawesi Selatan, 13 Oktober 2000, itu mencatat rekor pribadi total angkatan 335 kg (snatch 148 kg dan clean and jerk 187 kg) kala berada di posisi keempat kelas 73 kg pada Kejuaraan Asia 2020 di Tashkent, Selasa (20/4/2021).
Adapun Rizki pelan-pelan menyusul. Lifter yang belum genap 18 tahun itu menjuarai kelas 73 kg remaja pada Kejuaraan Asia Remaja dan Yunior 2020 serta Kejuaraan Dunia Remaja Daring 2020 dengan operator dari Lima, Peru.
Dalam Kejuaraan Dunia Daring, atlet kelahiran Serang, Banten, 17 Juni 2003, itu turut memecahkan rekor dunia remaja atas namanya sendiri pada Kejuaraan Asia Yunior dan Remaja, yakni snatch dari 139 kg menjadi 145 kg dan total angkatan dari 307 kg menjadi 325 kg. Dia pun berhasil mengangkat clean and jerk 180 kg yang melampaui standar rekor dunia remaja 171 kg.
Selain menjuarai kelas 73 kg, Rizki kembali memecahkan rekor dunia pada Kejuaraan Dunia Yunior 2021 di Tashkent, Rabu (26/5/2021). Kali ini, dia memecahkan rekor dunia yunior, yakni angkatan snatch 155 kg, clean and jerk 194 kg, dan total angkatan 349 kg. ”Keduanya macan semua. Keberhasilan mereka berkembang tidak lepas dari kerja keras selama latihan,” kata Hadi.
Terus dijaga
Hadi menyebutkan, kini PB PABSI ingin menjaga keberlanjutan pertumbuhan kedua lifter tersebut. Pengurus berusaha menciptakan iklim persaingan yang sehat di antara keduanya agar sama-sama menjadi lebih baik, yang muaranya untuk mengharumkan Indonesia di beragam kejuaraan internasional.
Kendati demikian, hingga tiga tahun ke depan, PB PABSI sepakat agar kedua atlet berlaga di kategori yang berbeda. Dengan usia sudah 20 tahun, Rahmat mulai difokuskan di kelas elite atau senior. Karena masih berusia 18 tahun, Rizki diarahkan tetap di kelas yunior.
Namun, tidak tertutup peluang, kedua atlet berlaga di kategori terbuka. Hanya saja, tim pelatih coba melihat celah di kelas apa mereka lebih berpeluang menyumbangkan medali tertinggi. Apalagi dalam ajang multicabang, seperti SEA Games, Asian Games, dan Olimpiade, satu negara hanya bisa menurunkan satu lifter di setiap kelas.
Untuk itu, Rahmat dan Rizki bisa bergantian berlaga di kelas 73 kg dan 81 kg dalam gelaran multicabang. Akan tetapi, mereka tidak mungkin turun kelas di bawah 73 kg karena postur tubuh yang kurang ideal. ”Yang jelas, keberadaan keduanya menjadi keuntungan untuk Indonesia. Di kelas mana mereka turun, kami memiliki lebih banyak kesempatan untuk mengibarkan Merah-Putih di tiang tertinggi,” tutur Hadi.
Pelatih Kepala Pelatnas Angkat Besi PB PABSI Dirdja Wihardja menyampaikan, membina Rahmat dan Rizki perlu sabar. Performa mereka tidak boleh buru-buru ditingkatkan karena bisa berisiko terhadap fisik maupun psikologis atlet. Apalagi mereka masih dalam tahap pertumbuhan karena masih tergolong atlet muda.
Maka itu, aspek yang sangat diperhatikan dalam periode saat ini adalah memperkuat fondasi mereka dalam sisi teknik, gizi/nutrisi, dan waktu istirahat yang cukup. Nanti, ketika memasuki usia matang, keduanya bakal digenjot fisik, terutama membangun kekuatan (power).
”Kami ingin Rahmat dan Rizki berprestasi dalam jangka panjang. Jadi, mereka perlu dipersiapkan dengan tertata baik,” ujarnya.
Manajer Tim Angkat Besi PB PABSI Pura Darmawan mengutarakan, karena kemungkinan tidak berpartisipasi di Olimpiade Tokyo pada 23 Juli-8 Agustus mendatang, Rahmat dan Rizki dipersiapkan untuk tampil pada SEA Games 2021 di Vietnam. ”Target kami, puncak performa atau prestasi mereka bisa dicapai pada Olimpiade Paris 2024,” jelasnya.