Manchester City meraih gelar juara Liga Inggris ketiga dalam empat musim terakhir dengan tidak mudah. Sempat menduduki posisi ke-14, City mampu bangkit di awal 2021 untuk mencetak berbagai rekor kemenangan baru.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
MANCHESTER, SABTU - Perjalanan City di musim 2020-2021 tidak semulus sebelumnya. Untuk pertama kalinya sejak menjadi juru taktik pada 2008, Pep Guardiola melihat timnya berada di luar posisi empat besar. Pada akhir Oktober, City menempati peringkat ke-14 di klasemen.
Laman sportsclubstats.com, yang menghitung peluang juara dari liga sejumlah cabang olahraga, menyebut peluang City menjadi juara Liga Inggris tidak lebih dari 5 persen pada saat itu. Peluang juara City kalah dibandingkan Chelsea, Tottenham Hotspur, dan Liverpool. Perhitungan peluang itu menggunakan algoritma yang didasari hasil laga, gol, kemasukan, ketersedian pemain absen dan cedera, hingga faktor historis dalam tiga musim terakhir.
Di tengah masa sulit itu, City memperpanjang kontrak Guardiola pada 19 November 2020 dan akan berakhir pada 30 Juni 2023. Setelah perpanjangan itu, City menemukan konsistensi pada pertengahan Desember. Pada Desember hingga Maret, “The Citizens” meraih 15 kemenangan beruntun sehingga menjadi rekor baru di Liga Inggris.
City akhirnya merebut posisi teratas. Puncak klasemen ditempati City setelah melibas West Bromwich Albion 5-0, 27 Januari 2021. Sejak saat itu, tidak ada tim yang menggeser City dari pucuk klasemen hingga memastikan diri menjadi juara, Rabu (12/5), usai Manchester United tumbang 1-2 dari Leicester City.
Sportsclubstats.com pun telah menyebut peluang juara City di atas 95 persen sejak pertengahan Februari. Itu merupakan persentase tertinggi yang dicatatkan laman itu untuk persaingan Liga Inggris musim ini.
“Sepak bola adalah tentang konsistensi. Itu yang kami lakukan selama empat tahun ini. Ketika tampil buruk, kami belajar dari kesalahan itu dan mengembalikan kemampuan terbaik secepat mungkin,” ujar Guardiola, kepada BBC.
Guardiola juga mengungkapkan cara City mampu bangkit dari periode terburuk musim ini. “Butuh mental yang kuat bagi seluruh pemain untuk bangkit dari masa sulit serta terus menjaga level permainan terbaik selama berbulan-bulan,” kata Guardiola.
Legenda Liga Inggris Robbie Savage menilai, keberhasilan City meraih titel liga ketiga dalam empat musim terakhir adalah buah dari adaptasi taktik Guardiola. Ketika berada di luar 10 besar, lanjutnya, Guardiola menerapkan pendekatan strategi baru yang membangkitkan City. Ia mencontohkan, peran baru Joao Concelo yang diubah dari bek sayap menjadi gelandang ekstra merupakan salah satu maha karya taktik yang dilakukan Guardiola di musim ini.
“Pep (Guardiola) meningkatkan kemampuan pemain dan timnya secara luar biasa. Bagi saya, ia adalah manajer terbaik yang pernah saya saksikan di Liga Inggris,” ucap Savage kepada BT Sport.
Manajer Crystal Palace Roy Hodson sependapat dengan Savage. “Dari pengalaman saya melatih di Liga Utama Inggris dan menyaksikan Pep membangun timnya dalam empat musim terakhir, bisa saya katakan, saya tidak pernah melihat tim di liga sebagus City saat ini,” ujar Hodson yang telah 45 tahun berprofesi sebagai juru taktik.
“Raja” statistik
Gelar juara City diraih dengan menghasilkan rekor baru dan merajai catatan statistik terbaik. Selain rekor 15 kemenangan beruntun, “The Citizens” juga menjadi tim dengan kemenangan tandang terbanyak, yaitu 12 kali beruntun. Capaian itu tercatat setelah menekuk Newcastle United, Sabtu (15/5/2021) di Stadion St James Park, Newcastle.
Adapun catatan 82,3 persen penguasaan bola saat menghadapi Newcastle adalah persentase penguasaan bola tertinggi dalam tiga musim terakhir. Rekor penguasaan bola tertinggi dalam satu laga juga masih dipegang City di era Guardiola yang mencatatakan 83 persen saat menghadapi Swansea City, April 2018.
Di Liga Inggris musim ini, City memimpin sejumlah catatan statistik. Jumlah 24.565 operan, 89,4 persen akurasi operan, 76 gol, 29 kali kemasukan gol, 18 laga tanpa kebobolan, 203 tembakan tepat sasaran, 12,7 dribel per laga, serta rata-rata 61 persen penguasaan bola adalah keunggulan statistik City dibandingkan 19 kontestan lain di Liga Inggris musim ini.
“Gelar juara ini tak akan hadir tanpa konsistensi kami dalam menerapkan gaya permainan dan ide sepak bola kami,” kata Direktur Sepak Bola City Txiki Begiristrain dilansir laman klub.
Awal regenerasi
Setelah meraih dua gelar domestik, liga dan Piala Inggris, City berpeluang menjuarai Liga Champions saat menghadapi Chelsea di final, 29 Mei, di Porto, Portugal. Kegemilangan City musim ini kemungkinan besar belum akan berakhir dalam waktu dekat.
Pilar-pilar utama City masih berusia di bawah masa emas pesepakbola, antara 28 hingga 30 tahun. Mereka adalah Ruben Dias (23 tahun), John Stones (26), Aleks Zinchenko (24), Cancelo (26), Rodri (24), Bernardo Silva (26), Raheem Sterling (26), Phil Foden (20), Ferran Torres (21), dan Gabriel Jesus (24).
Guardiola tidak ragu memuji para pemain mudanya itu. Menurut dia, generasi baru pemain City yang diwakili Dias, Cancelo, dan Foden, sangat bermanfaat bagi pengembangan taktiknya, sebab mereka selalu tampil baik ketika ditempatkan dalam posisi baru.
“Mereka adalah para pemain dengan kualitas dan kekuatan fisik yang luar biasa. Terkadang, saya meminta mereka bermain di posisi berbeda dan mereka langsung nyaman dengan tugas baru itu. Tak diragukan lagi mereka dapat bermain untuk masa depan (City),” kata Guardiola dalam sebuah kesempatan, pada awal tahun 2021.
Tom Young, psikolog olahraga dan penulis buku “The Making of A Leader”, menilai, Guardiola tengah memasuki era baru bersama City. Menurut dia, Guardiola harus mampu menjaga semangat dan rasa lapar juara seluruh anak asuhannya untuk mampu tampil lebih baik di masa mendatang.
“Saya membayangkan bekerja dengan Guardiola tidak mudah untuk semua pemain, tetapi ia bisa membuat para pemainnya merasa nyaman dengannya. Mungkin kemenangan Liverpool di musim lalu adalah ‘api’ yang membakar semangat skuad City untuk tampil lebih baik di musim ini,” ujar Young kepada ESPN. (AFP)