Manajer Brendan Rodgers berambisi mengakhiri dahaga trofi di Inggris saat timnya, Leicester City, menghadapi Chelsea di final Piala FA Inggris. Laga ini spesial karena akan dihadiri 21.000 penonton.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
LONDON, JUMAT - Manajer Brendan Rodgers pantas dipuji karena membawa Leicester City menembus jajaran klub elite di Liga Inggris atau sering disebut ”Big Six” dalam dua musim terakhir. Namun, Rodgers masih membutuhkan trofi demi menegaskan prestasi sekaligus legitimasi warisannya di Inggris.
Sejak berkarier sebagai manajer atau pelatih, 2008 silam, Rodgers telah menangani lima klub Liga Inggris berbeda , yaitu Watford, Reading, Swansea City, Liverpool, dan Leicester. Namun, sayangnya, segudang pengalamannya itu belum berbuah satu trofi pun di Inggris.
Rodgers nyaris membawa Liverpool juara Liga Inggris pada musim 2013-2014. Tak heran, ia meraih gelar manajer terbaik di Liga Inggris pada musim itu. Namun, ambisinya meraih trofi kandas akibat sejumlah drama dan kesalahan para pemain ”Si Merah” di penghujung musim itu. Liverpool pun disalip Manchester City yang lantas juara.
Rodgers, yang dipecat Liverpool dan digantikan Juergen Klopp pada 2015 silam, kemudian hijrah dan membuktikan kepiawaiannya di klub Skotlandia, Glasgow Celtic. Selama tiga musim berkarier di Skotlandia, Rogders memberikan Celtic tujuh trofi domestik.
Setelah meninggalkan Celtic untuk menerima pinangan Leicester, Rodgers seakan telah menemukan ramuan terbaik guna mengakhiri dahaga trofinya di Inggris. Setelah membawa ”Si Rubah” lolos ke Liga Europa dengan finis kelima di Liga Inggris pada musim lalu, Rodgers kini tinggal selangkah mengantarkan timnya lolos ke Liga Champions Eropa.
Hingga pekan ke-36, Leicester berada di posisi ketiga Liga Inggris, yaitu di depan Chelsea dan Liverpool. Tidak hanya itu, ”Si Rubah” juga tinggal selangkah lagi meraih trofi mayor kedua setelah gelar juara Liga Inggris pada musim 2015-2016.
Final Piala FA tahun ini adalah penampilan kelima Leicester di partai puncak turnamen sepak bola tertua di dunia itu. Dari empat final terdahulu, yakni 1949, 1961, 1963, dan 1969, Leicester selalu gagal juara.
Rodgers meyakini, tahun ini adalah kesempatan emas baginya maupun Leicester mengakhiri ”kutukan” lama itu. Berkat sentuhan Rodgers dan kegemilangan sejumlah pemainnya, seperti James Maddison dan Youri Tielemans, Leicester menjelma kuda hitam menakutkan di Inggris musim ini.
Sejumlah tim raksasa, seperti Manchester City, Manchester United, Liverpool, dan Tottenham Hotspur, dikalahkan kecerdikan ”Si Rubah”. Lawannya di final Piala FA, Chelsea, juga pernah dijungkalkan Leicester, 0-2, Januari lalu.
Namun, Chelsea saat itu jauh berbeda dengan sekarang. Kala itu, ”Si Biru” masih ditangani manajer Frank Lampard. Kini, bersama manajer baru, Thomas Tuchel, Chelsea lebih solid.
Kami telah melalui banyak laga sulit untuk mencapai titik ini (final). Jadi, kami akan berusaha maksimal untuk menaklukan Chelsea yang akan tampil dengan dimensi berbeda seiring kehadiran manajer baru. (Jonny Evans, Leicester)
Maka itu, Rodgers mewanti-wanti para pemainnya untuk tampil maksimal di final Piala FA yang akan digelar di Stadion Wembley, London, Sabtu (15/5) pukul 23.15 WIB.
”Kami harus meningkatkan fisik, mental, dan bermain dengan pendekatan strategi tepat di laga berlevel tinggi seperti final Piala FA. Kualitas dan talenta individu tidaklah cukup untuk memenangkan final,” kata Rodgers di laman Leicester.
Memori indah
Sementara itu, para pemain Leicester berharap bisa mengulangi memori indah pada musim 2015-2016. Pada saat itu, Leicester asuhan manajer Claudio Ranieri menjadi juara Liga Inggris meskipun awalnya sama sekali tidak diperhitungkan.
”Kami telah melalui banyak laga sulit untuk mencapai titik ini (final). Jadi, kami akan berusaha maksimal untuk menaklukan Chelsea yang akan tampil dengan dimensi berbeda seiring kehadiran manajer baru,” ujar Jonny Evans, bek Leicester.
Setali tiga uang, Tuchel enggan membuang peluang untuk meraih trofi pada musim perdananya di Inggris. Sejak ditunjuk menggantikan Lampard, akhir Januari lalu, Tuchel telah berikrar akan memberikan trofi secepat mungkin bagi Chelsea.
”Saya akan menjalani final pertama di Inggris. Saya tidak ingin kami menyia-nyiakan banyak peluang (mencetak gol),” ucap Tuchel, manajer yang juga membawa Chelsea ke final Liga Champions pada musim ini, di dalam jumpa pers.
Laga final Piala FA itu akan berlangsung meriah. Sebanyak 21.000 penonton akan hadir di Wembley. Jumlah penonton itu adalah yang tertinggi di Inggris pada era pandemi Covid-19.
Rekor penonton sebelumnya adalah 8.000 penonton pada laga final Piala Liga Inggris antara Manchester City kontra Tottenham Hotspur, 25 April 2021 lalu. Laga itu dimenangi Manchester City. (AFP)