Penundaan laga Manchester United kontra Liverpool berimbas pada nasib Manchester City. ”The Citizens”, yang bisa memastikan gelar liga seiring hasil laga itu, terpaksa harus menunggu sepekan untuk mengunci trofi juara.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
MANCHESTER, MINGGU — Manchester City dipastikan harus menunggu hingga akhir pekan mendatang untuk mengunci gelar Liga Inggris ketujuh dalam sejarah klub itu. Hal itu tidak terlepas dari tindakan ribuan pendukung MU yang menginvasi stadion dan membuat laga tim itu versus Liverpool, Minggu (2/5/2021) malam WIB, harus ditunda dalam waktu yang belum ditentukan.
Setelah mengalahkan Crystal Palace, Sabtu lalu, City telah unggul 13 poin atas MU yang berada di urutan kedua. Kondisi MU yang masih belum menjalani laga ke-34 membuat City harus menunggu untuk menyelenggarakan pesta juara pada pekan depan.
Sejatinya, City hanya membutuhkan dua poin di empat pertandingan sisa pada musim ini untuk mengunci gelar ketiga dalam empat musim terakhir. Peluang untuk juara paling cepat akan didapatkan City saat menjamu Chelsea di Stadion Etihad, Sabtu (8/5/2021) mendatang. Selain melawan Chelsea, City juga akan menghadapi Newcastle United, Brighton & Hove Albion, serta Everton pada empat laga pemungkas Liga Inggris musim 2020-2021.
Manajer Manchester City Pep Guardiola seusai laga kontra Palace mengungkapkan bahwa dirinya sudah tidak sabar ingin segera mengunci perburuan trofi liga pada musim ini.
Oleh karena itu, Guardiola sempat berencana menyaksikan pertarungan MU melawan Liverpool di layar kaca sebelum mempersiapkan timnya menghadapi laga kedua semifinal Liga Champions Eropa melawan Paris Saint-Germain, Rabu (5/5) mendatang. ”Kami ingin secepat mungkin mengunci gelar liga,” kata Guardiola dilansir BBC.
Belum ditentukan
Penundaan laga MU melawan Liverpool di Old Trafford disebabkan unjuk rasa bernuansa vandalisme yang dilakukan sekitar 5.000 pendukung MU sejak Minggu siang waktu Inggris. Protes itu menuntut keluarga Glazer, pemilik 98 persen saham MU, untuk menjual semua saham kepemilikan tim berjuluk ”Setan Merah” itu.
Alhasil, ribuan pendukung MU melakukan protes dengan membawa spanduk hingga menyalakan kembang api. Setelah sempat bersitegang dengan aparat keamanan yang mengamankan kawasan Stadion Old Trafford, sekitar 200 fans MU berhasil menjebol pintu masuk stadion dan memenuhi lapangan. Bahkan, ada beberapa pendukung yang melemparkan kembang api ke arah tribune media yang tengah menyiapkan siaran langsung laga itu.
Tidak hanya di sekitar stadion, para pendukung juga berkumpul di sekitar hotel yang ditempati pemain MU sebelum berangkat ke Old Trafford. Kondisi itu membuat semus pemain tertahan di dalam hotel dan baru bisa keluar pada Minggu petang setelah massa di sekitar hotel dibubarkan.
”Penundaan laga adalah sebuah keputusan kolektif dari polisi, kedua klub, Premier League, danotoritas lokal. Penentuan ulang jadwal tanding akan dikomunikasikan pada waktunya,” bunyi pernyataan resmi Premier League, operator Liga Utama Inggris.
[embed]https://youtu.be/QwcYxnJzHME[/embed]
Dalam pernyataan resminya, kedua klub juga menyebutkan ”sepenuhnya setuju” dengan penundaan laga karena tidak ada kepastian kondisi keamanan.
Sementara itu, MU kecewa dengan perilaku segelintir pendukung yang merugikan tim. Pasalnya, penundaan laga itu akan membuat rumit jadwal MU bulan ini, apalagi ”Setan Merah” masih berpeluang bermain di partai final Liga Europa. Apabila melihat jadwal selama bulan Mei, MU hanya memiliki waktu lowong pada 18 atau 19 Mei.
Pada 2006, fans MU mulai menyampaikan protes kepada Glazer melalui stiker yang ditempelkan di tribune Old Trafford pada Mei 2006. Stiker itu tertulis, ”Mencintai United, Membenci Glazer”.
”Pendukung kami sangat bersemangat untuk Manchester United dan kami pun sepenuhnya menghormati hak untuk menungkapkan protes. Meski begitu, kami kecewa dengan sikap (fans) yang berimbas pada tertundanya laga yang memberikan dampak buruk bagi semua orang,” bunyi pernyataan resmi MU.
Tuntutan Glazer keluar
Adapun pendukung MU melakukan protes itu karena menilai berbagai kebijakan yang diambil keluarga Glazer selama ini dianggap telah melenceng dari nilai-nilai yang dianut klub. Kebijakan itu salah satunya adalah menjadi salah satu inisiator Liga Super Eropa. Sebelumnya, pada 22 April, puluhan pendukung MU telah menyalakan kembang api dan membawa spanduk yang berpesan agar keluarga Glazer segera minggat dari MU.
Meski begitu, protes terhadap kekuasaan Glazer telah dikemukakan pendukung MU sejak 2006 atau tiga tahun sejak Malcolm Glazer membeli 2,9 persen saham MU pada Maret 2003. Glazer hanya butuh waktu dua tahun untuk meningkatkan secara pesat persentase kepemilikan saham MU menjadi sekitar 28 persen.
Pada 2006, fans MU mulai menyampaikan protes kepada Glazer melalui stiker yang ditempelkan di tribune Old Trafford pada Mei 2006. Stiker itu tertulis, ”Mencintai United, Membenci Glazer”. Tulisan di stiker itu juga muncul di sejumlah poster yang dibawa pendukung MU saat menginvasi Stadion Old Trafford, Minggu siang kemarin.
Menyusul aksi protes yang merusak beberapa sudut Stadion Old Trafford serta membuat dua petugas keamanan luka-luka, Kepolisian Manchester Raya memastikan akan melakukan penyelidikan untuk mengetahui dalang dari demonstrasi itu. Russ Jackson, Wakil Kepala Kepolisian Manchester Raya, menegaskan, tindakan yang dilakukan ribuan orang di Old Trafford dan Hotel Lowry, tempat pemain menginap, adalah ceroboh dan berbahaya.
Ia mengatakan, ribuan aparat kepolisian dikerahkan untuk meredam aksi pendukung MU agar tidak membahayakan fasilitas klub. ”Kami telah memulai investigasi dan akan bekerja dengan dengan semua mitra untuk memahami peristiwa itu serta menghukum setiap orang yang bertanggung jawab,” kata Jackson. (AFP)