Warna-warni Sisi Lain Vettel
Sebastian Vettel menjadi anomali di kalangan pebalap Formula 1. Dia tidak memiliki akun media sosial, gemar mencatat, dan mendalami rancang bangun mobil F1. Terakhir, Vettel juga mempelajari pertanian organik.
Menjadi pebalap Formula 1 dengan empat gelar juara dunia tidak mengubah karakter Sebastian Vettel yang orisinil. Prinsip dan visi hidupnya bahkan membuat dia terkesan ”jadul” di tengah kemajuan teknologi digital yang sangat pesat.
Dia masih gemar mencatat dengan pena dan buku, mengirim surat tulisan tangan, dan tidak bermain media sosial. Bahkan, Vettel juga mempelajari pertanian organik langsung dari para petani di dekat rumahnya di Swiss.
Juara dunia empat kali Formula 1 itu mempelajari pertanian organik saat masa lockdown di awal pandemi Covid-19 tahun lalu. Saat Formula 1 libur 4 bulan, dia memanfaatkan waktunya untuk memenuhi rasa ingin tahunya tentang budidaya sayur dan buah. Itu pilihan yang tak lazim di kalangan pebalap F1. Kala itu, sebagian pebalap tetap terlibat dengan aktivitas olahraga otomotif melalui balapan daring.
Ketertarikan Vettel pada pertanian organik itu juga menjadikan dia sebagai duta BioBienen Apfel, gerakan untuk melindungi habitat lebah, pekan ini. Sebelumnya, pebalap asal Jerman itu menuturkan bagaimana dia bisa tertarik dengan bidang yang terkesan jauh dari balapan, tetapi sebenarnya tidak demikian.
Sejak menjadi pebalap profesional, khususnya F1, pandangan dia tentang makanan berubah. Dia sebelumnya menilai asupan makanan seperti bahan bakar untuk tetap bugar, sehat, dan tampil maksimal saat balapan.
Baca Juga: Jalur Cepat Yuki Tsunoda ke Lintasan F1
Namun, dia kemudian lebih melebarkan sudut pandangnya dan menjadi lebih berhati-hati memilih apa yang akan dimakan. Hal itu tak lepas dari aturan doping yang semakin ketat bagi atlet-atlet profesional.
Vettel mulai mencari tahu dari mana asal bahan makanan yang akan dia santap, bagaimana sayuran dan buah dibudidaya, serta bagaimana ternak dirawat. Dia melihat makanan lebih dari sekadar jumlah kalori yang diperlukan tubuhnya untuk tetap bugar.
Dalam wawancara dengan Lawrence Barretto, penulis senior laman Formula 1, Vettel menceritakan dirinya mencari tahu tentang seluk-beluk bahan makanan dari para petani di dekat rumahnya di Swiss. ”Saya bertemu dengan mereka dan melihat apa yang mereka lakukan. Saya ingin meyakinkan diri saya secara langsung, bukan berarti sangat skeptis dengan semua hal,” ujar Vettel.
Mengisi waktu luang
Selama masa lockdown pada awal pandemi Covid-19, saat F1 libur 4 bulan, Vettel memiliki waktu longgar untuk lebih mendalami pertanian. Dia pun belajar dan kemudian mempraktikkan pertanian organik di rumahnya. ”Karena memiliki waktu lebih dari yang direncanakan, saya berpikir tentang apa yang bisa saya lakukan dan apa yang menarik bagi saya,” ujar Vettel dikutip Motorsport, Kamis (8/4/2021).
”Itu (pertanian organik) menarik bagi saya. Pada satu saat, Anda menyadari bahwa tidak semua sayuran sama. Tidak semua apel memiliki kandungan nutrisi yang sama dan kemudian Anda bertanya, mengapa bisa? Kemudian, Anda menyadari dengan sangat cepat dari mana apel berasal dan bagaimana itu dibudidayakan. Begitulah pintu terbuka bagi saya,” tutur pebalap tim Aston Martin itu yang lantas tertarik mempelajari budidaya tanaman organik.
Mantan pebalap Ferrari itu juga menceritakan bagaimana dia menanami padang rumput di rumahnya dengan bentuk hati. Awalnya dia dibantu oleh putri-putrinya. Namun, kemudian, dia sendirian yang menanam. ”Itu sangat melelahkan,” kenang Vettel yang akan melanjutkan ”proyek” pertaniannya tahun ini.
Namun, Vettel menegaskan, dirinya belum memiliki rencana tentang menekuni pertanian organik di masa mendatang. ”Masih sangat jauh,” ucap pebalap berusia 33 tahun itu.
Baca Juga: Jalan Berliku Sebastian Vettel
Jody Schekter
Sebelumnya, juara F1 yang menekuni pertanian organik dan budidaya adalah pebalap Afrika Selatan, Jody Scheckter. Juara F1 bersama Ferrari pada 1979 itu pernah memiliki pertanian biodinamis di Inggris selama 15 tahun.
Ketertarikan Vettel untuk mendalami bidang tertentu yang menarik bagi dirinya itu tidak lepas dari DNA dalam dirinya yang sangat memperhatikan detail. Dia dikenal memiliki pola pikir insinyur karena rutin berdiskusi mendalam dengan para insinyur di timnya untuk mengetahui bagaimana setiap bagian mobil bekerja. Vettel melakukan hal itu saat membela tim BMW, Red Bull, Ferrari, dan kini di Aston Martin.
Dia (Sebastian Vettel) seperti insinyur performa di balik kemudi. Dia ingin tahu sebanyak pakar performa yang bekerja memahami performa mobil hingga ke setiap hal kecil.
Kepala Tim Aston Martin Otmar Szafnauer menyebut Vettel ”haus pengetahuan” karena banyak mengajukan pertanyaan-pertanyaan penting tentang mobil Aston Martin AMR21 bermesin Mercedes.
”Seorang insinyur mengatakan tentang Sebastian. Dia seperti insinyur performa di balik kemudi. Dia ingin tahu sebanyak pakar performa yang bekerja memahami performa mobil hingga ke setiap hal kecil,” ujar Szafnauer kepada Sky Sports.
Jebakan teknologi digital
Namun, ketertarikan Vettel pada teknologi tidak menjerumuskan dirinya dalam jebakan teknologi digital saat ini, terutama telepon pintar dengan segala aplikasinya. Dia melihat teknologi sebagai jembatan untuk memudahkan pekerjaan dan menghemat waktu. Namun, kenyataannya, teknologi kini justru menyita waktu penggunanya. Itulah mengapa dia hanya menggunakan telepon seperlunya, yaitu untuk keperluan penting. Dia juga tidak memiliki akun media sosial.
”Saya tidak berpikir kita harus kembali hanya dengan pena dan kertas. Saya hanya memikirkan efek sampingnya, itu (teknologi) mempercepat kehidupan dalam wilayah yang seharusnya tidak begitu. Itu tidak bagus bagi kita, dalam gambaran yang lebih besar, yaitu untuk tekanan dan kesehatan kita,” tutur Vettel yang jengkel jika melihat orang ”tenggelam” dalam layar telepon pintarnya.
Vettel menilai teknologi membuat orang menilai semua hal harus dilakukan dengan segera, padahal itu bukan sesuatu yang penting. Pesan singkat harus dibalas segera, padahal itu tidak mendesak. Surat elektronik juga tidak semuanya penting dan perlu segera dijawab. Terkait korespondensi, Vettel menilai, berkirim surat dengan tulisan tangan dan dikirim melalui pos atau kurir lebih manis karena itu sangat personal.
Itu pula yang dia lakukan saat berpisah dengan Red Bull pada 2014. Vettel mengirim pesan tertulis kepada semua personel timnya, termasuk Carlos Sainz Junior yang waktu itu menjadi pengemudi simulator. Surat yang berisi ucapan terima kasih atas kerja keras dan dedikasi untuk membantu dirinya tampil lebih baik dalam balapan itu membuat Carlos Sainz Junior sangat terkesan dan menghormati Vettel. Sainz mengungkapkan hal itu setelah menggantikan Vettel sebagai pebalap Ferrari.
Menulis merupakan kebiasaan Vettel yang sangat unik di kalangan pebalap F1. Dia masih menulis dengan pena dan buku meskipun beberapa kali mencatat dengan perangkat digital. ”Secara umum, saya sangat senang mencatat. Saya sekarang kadang membuat catatan digital menggunakan iPad, tetapi saya lebih senang dengan pena dan kertas. Ketika menulis dengan pena, itu seperti menulis dengan pikiran. Anda akan mengingat itu,” ungkap Vettel.