Yuki Tsunoda menjadi ”rookie” paling bersinar, mengalahkan Mick Schumacher dan Nikita Mazepin, dalam debutnya pada Formula 1 2021 di Bahrain, Pebalap berusia 20 tahun itu merunut ”jalan cepat” sejak masih di F4 Jepang.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·4 menit baca
SAKHIR, SENIN — Yuki Tsunoda berada dalam jalur cepat, hanya empat tahun untuk mencapai Formula 1 dari F4 Jepang. Satu-satunya pebalap Jepang di F1 itu langsung membuat sensasi dengan finis kedua tercepat saat tes pramusim. Tsunoda terus tancap gas dengan meraih poin pertamanya di F1 berkat finis kesembilan pada seri pembuka 2021 di Bahrain. Pebalap tim AlphaTauri itu pun dinilai sebagai rookie terbaik dalam beberapa tahun terakhir.
Tsunoda memang baru menjalani satu balapan Formula 1, tetapi dia mampu beradaptasi dengan cepat dalam konteks pengendalian mobil, mengelola tekanan psikologis, dan penerapan taktik. Sepanjang 56 putaran di Bahrain, pebalap berusia 20 tahun itu mendahului para pebalap yang lebih berpengalaman hingga akhirnya finis di posisi kesembilan yang berbuah dua poin.
Tsunoda mendahului George Russell, Sebastian Vettel, Fernando Alonso, Kimi Raikkonen, dan Lance Stroll. Saat berusaha mendahului Raikkonen, dia menunjukkan pengendalian brilian saat menghindari tabrakan. Dia juga dengan agresif mendahului Alonso pada lap ke-26 dan Stroll pada putaran terakhir.
Tsunoda melanjutkan performa briliannya selama tes pramusim, yaitu dengan mencetak waktu lap tercepat kedua di bawah pebalap Red Bull, Max Verstappen. Hasil tes itu pula yang membuat penasihat Red Bull Racing, Helmut Marko, menyebut Tsunoda sebagai pebalap yang sensasional. AlphaTauri (dulu bernama Toro Ross) merupakan tim bagi para pebalap muda sebelum dipromosikan ke Red Bull Racing.
Proses adaptasi Tsunoda dengan persaingan ketat F1 terbangun sejak dia pindah ke Eropa untuk menjalani F3 pada 2019. Setahun sebelumnya, pebalap binaan Honda itu menjuarai F4 Jepang. Kerja sama antara Honda dan Red Bull membuka jalan Tsunoda untuk merunut jalan menuju F1. Dia masuk program Red Bull Junior saat tampil di F3 pada 2019. Musim berikutnya, Tsunoda promosi ke F2 dan finis ketiga di bawah pebalap juara, Mick Schumacher, dan peringkat kedua, Callum Ilott.
Tsunoda berada dalam jalur cepat menuju F1 karena hanya memerlukan tiga tahun sejak F4 untuk promosi ke kelas elite alias F1. Kunci utama Tsunoda bisa sangat cepat meniti karier balap adalah kemampuan beradaptasi yang sangat cepat dengan perubahan lingkungan kompetisi.
”Dua tahun lalu, untuk pertama kali saya datang ke Eropa, di Formula 3. Baru pertama kali pula saya (menjajal) sebagian besar sirkuit. Pada awal musim di Formula 1, saya sedikit kesulitan untuk beradaptasi dengan lintasan. Tetapi, situasi sulit itu bagus untuk beradaptasi dengan lebih baik,” ujar Tsunoda dikutip Motorsport, Senin (29/3/2021).
Sedikit emosional ketika saya mendahului Fernando. Terakhir kali saya melihat dia, 12 atau 13 tahun lalu, ketika saya berusia tujuh atau delapan tahun. Ayah saya merupakan penggemar berat Fernando. (Yuki Tsunoda)
Kemampuan beradaptasi dengan cepat itulah yang membuat Tsunoda mampu bersinar terang pada balapan pertama F1 di Sakhir, Minggu (28/3/2021). Dia start dari posisi ke-13 dan finis di posisi sembilan. Performa Tsunoda jauh di atas dua debutan lainnya yang membela Haas, Mick Schumacher dan Nikita Mazepin. Schumacher finis di posisi 16, sedangkan Mazepin tidak bisa melanjutkan balapan akibat insiden di tikungan 2 pada lap pertama.
”Pengalaman beradaptasi dengan mobil selama dua tahun di Formula 2 dan Formula 3 sangat bermanfaat untuk Formula 1, khususnya di awal musim,” kata Tsunoda, pebalap Jepang pertama di F1 setelah Kamui Kobayashi pada 2014.
Dibandingkan dengan dua debutan lainnya, Tsunoda memang memiliki mobil yang lebih unggul. Namun, dia juga unggul dalam kemampuan memaksimalkan mobil AT02 bermesin Honda seperti yang dipakai Red Bull Racing. Itu dikuatkan dengan hasil yang dicapai rekan setimnya, Pierre Gasly, yang finis di posisi ke-17.
Direktur Sporting Formula 1 Ross Brawn pun memuji Tsunoda sebagai pebalap debutan terbaik dalam beberapa tahun terakhir. ”Saya sangat terkesan dengan Yuki Tsunoda. Saya bertemu dia pada akhir pekan untuk pertama kali dan dia pribadi yang mengesankan,” tulis Brawn dalam catatan seri Bahrain.
”Dia cukup lucu dan bahasanya di dalam mobil bisa sedikit lembut. Dia adalah rookie terbaik yang dimiliki F1 selama bertahun-tahun. Ia tampil memukau dalam seri apa pun yang dia ikuti. Promosi dia oleh Red Bull sepertinya langkah yang brilian,” ujar Brawn.
Tsunoda juga seorang pembelajar yang menyerap pelajaran dari setiap putaran yang dia jalani. Saat dia menempel Alonso, misalnya, dia membaca bagaimana dua kali juara dunia F1 itu mengelola ban. Peristiwa saat mendahului Alonso adalah momen emosional bagi Tsunoda. Saat dia kecil, dia selalu menyaksikan Alonso, idola ayahnya, tampil di lintasan F1.
”Sedikit emosional ketika saya mendahului Fernando. Terakhir kali saya melihat dia, 12 atau 13 tahun lalu, ketika saya berusia tujuh atau delapan tahun. Ayah saya merupakan penggemar berat Fernando, khususnya gaya membalap dia (yang agresif). Ayah saya menyukai gaya membalapnya. Jadi, tentu saya juga mengikuti Alonso,” ujar Tsunoda dikutip Crash.
”Semoga saya tidak harus membalap melawan dia ke depan. Saya ingin berada lebih di depan saat start," ujar Tsunoda.