Masalah silang pendapat lifter Eko Yuli dengan PB PABSI menemui titik terang. Kemenpora dan KOI berupaya meredakan polemik itu agar persiapan Eko ke Olimpiade Tokyo bisa maksimal.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Polemik lifter andalan Indonesia, Eko Yuli Irawan, dengan Pengurus Besar Persatuan Angkat Besi Seluruh Indonesia (PABSI) diharapkan segera berakhir. Kedua pihak mulai menurunkan ego masing-masing di tengah upaya Komite Olimpiade Indonesia (KOI) dan Kementerian Pemuda dan Olahraga meredakan polemik tersebut.
Eko, yang telah mendapatkan dua kali peringatan dari PB PABSI karena enggan berlatih di pelatnas, dipanggil KOI pada Senin (29/3/2021) pagi. Sambil mencari solusi terbaik, Eko diminta tetap berlatih maksimal untuk persiapan Olimpiade Tokyo 2020. Ia diharapkan bisa kembali menyumbang medali.
”Untuk hal-hal lain (meminta didatangkan pelatih Lukman), kami coba mencarikan solusi bersama Kemenpora dan PB PABSI dalam waktu secepatnya,” ungkap Sekretaris Jenderal KOI Ferry Kono.
Dari informasi yang diperoleh, akar polemik itu adalah permintaan Eko agar PABSI mendatangkan pelatih Lukman ke pelatnas. Permintaan itu telah diajukan Eko sejak 2020 lalu, namun belum terwujud.
Kehadiran Lukman, menurut Eko, diyakini bisa meningkatkan performanya di Tokyo. Performa peraih medali perak Olimpiade Rio De Janeiro 2016 itu menurun pada 2018-2019.
”Saya berharap diskusi antara KOI, Kemenpora, dan PB PABSI, segera mendapatkan hasil. Sebelum ada keputusan final, saya tetap berlatih mandiri. Senin depan, saya berencana mulai berlatih mandiri di kompleks Gelora Bung Karno agar memudahkan koordinasi dengan KOI, Kemenpora, dan PB PABSI. Karena waktu sudah mepet (jelang Olimpiade Tokyo), saya harus tetap menyiapkan diri dengan baik,” ujar Eko.
Sementara itu, pihak PABSI berusaha mendukung keinginan Eko sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip organisasi dan pertanggungjawaban keuangan negara. Mereka akan menyampaikan keinginan Eko itu kepada Deputi IV Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Kemenpora.
Dihubungi terpisah, Sekretaris Kemenpora Gatot S Dewa Broto menuturkan, langkah terbaik mengakhiri polemik itu adalah mengizinkan Eko tetap berlatih mandiri. Namun, statusnya tetaplah atlet pelatnas PABSI. Konsekuensinya, Eko hanya mendapatkan honor dan tidak menerima uang akomodasi karena tidak berlatih di lokasi pelatnas PABSI.
Revisi MOU
Solusi itu bisa dilakukan dengan melakukan revisi atas dokumen MOU (nota kesepahaman) bantuan anggaran pelatnas dari Kemenpora untuk PB PABSI menuju Olimpiade Tokyo yang telah dilakukan tahun lalu. ”Untuk fasilitas lainnya, seperti kehadiran pelatih Lukman, kami akan mengupayakan yang terbaik dari sumber lain,” kata Gatot.
Segala upaya yang dilakukan oleh KOI dan Kemenpora itu mempertimbangkan prestasi Eko selama ini. Eko merupakan atlet yang rutin menyumbangkan medali dari tiga Olimpiade yang telah diikutinya. Selain medali perak di Rio De Janeiro, ia juga telah menyumbang dua perunggu dari Olimpiade London 2012 dan Beijing 2018 lalu.
Kondisi di pelatnas juga tidak nyaman. Selain kesepakatan dianulir, tim pelatnas atau PB PABSI juga tidak terbuka dengan masalah (kasus positif) Covid-19 di sana saat itu. (Eko Yuli)
Menurut Eko, ia punya target ingin meraih prestasi lebih baik di Olimpiade Tokyo, yaitu medali emas. Maka itu, ia berharap bisa didampingi Lukman, pelatih yang membinanya sejak masih di Lampung hingga bisa menembus Olimpiade.
”Saya bukan tidak percaya dengan pelatih di pelatnas (PB PABSI) sekarang. Saya hanya ingin ada tambahan pelatih agar bisa lebih optimal menuju Olimpiade kali ini,” tuturnya.
Sambil menunggu permintaannya itu dipenuhi, Eko semestinya masih berlatih dan tinggal di pelatnas sampai Mei 2020 ketika semua anggota pelatnas diminta melakukan isolasi di Mess Kwini selama pandemi Covid-19. Namun, karena alasan keluarga, lifter kelas 62 kilogram itu memilih pulang ke rumahnya di Bekasi, Jawa Barat, seminggu sekali.
Selama di rumah, Eko tetap berlatih mandiri dengan peralatan pribadi dan program yang dipantau secara daring oleh pengurus daerah tempatnya bernaung sekarang, Pelatda Jawa Timur. Dia pun masih mengikuti uji perkembangan latihan (simulasi laga internal) di Mess Kwini pada Juni, Juli, sampai awal Agustus lalu. Namun, ia tidak mengikuti uji perkembangan latihan berikutnya dengan alasan ada kegiatan prajabatan ASN/PNS.
Kesepakatan dianulir
Pada Desember 2020, PB PABSI memanggil Eko untuk mendiskusikan keinginannya mendatangkan pelatih Lukman. Kala itu, kedua pihak sempat bersepakat. Maka itu, mulai 11 Januari 2021, Eko pun kembali berlatih dan tinggal di Mess Kwini. Akan tetapi, menurut Eko, kesepakatan itu justru dianulir PB PABSI.
Ia pun memilih pulang dan berlatih mandiri di rumahnya sejak 15 Januari lalu. ”Kondisi di pelatnas juga tidak nyaman. Selain kesepakatan dianulir, tim pelatnas atau PB PABSI juga tidak terbuka dengan masalah (kasus positif) Covid-19 di sana saat itu,” ujar Eko.
Berdasarkan peringkat kualifikasi Olimpiade Tokyo per Maret 2021, Eko masih berada di peringkat kedua dunia. Adapun mereka yang berhak lolos ke Olimpiade Tokyo adalah para lifter delapan besar dunia dan terbaik di kontinental masing-masing. ”Kalau tidak ada kejadian luar biasa, saya sudah pasti lolos ke Olimpiade kali ini,” pungkasnya.