Adu Siasat Tim IBL Mengakali Jadwal Neraka
Berbagai cara dilakukan tim-tim IBL untuk bisa lolos dari hadangan jadwal neraka di ”gelembung” Cisarua. Salah satunya adalah rotasi skuad besar-besaran.
Musim IBL 2021 dalam ”gelembung” Cisarua, Bogor, Jawa Barat, memiliki jadwal paling ketat sepanjang sejarah liga. Ujian jadwal neraka ini direspons berbeda oleh setiap tim dalam separuh pertama kompetisi. Ada tim yang melakukan rotasi besar-besaran, ada juga yang mencuri kesempatan dalam rotasi tim lain.
Musim ini, semua tim harus memainkan masing-masing 16 laga dalam 32 hari. Padahal, jumlah laga sebanyak tersebut biasanya dimainkan dalam rentang waktu 3-4 bulan di musim-musim sebelumnya.
Tim-tim IBL pun berpikir keras menyiasati jadwal ketat yang bisa berujung pada penurunan performa atau cedera pemain itu. Adu siasat rotasi terlihat jelas dalam dua seri atau separuh pertama musim ini.
Baca juga : Tanda Bahaya Gravitasi Pelita Jaya
Kisah sukses rotasi skuad salah satunya dihasilkan oleh Prawira Bandung. Setelah seri kedua berakhir, 18-23 Maret, tim yang diperkuat Most Valuable Player 2020, Abraham Damar Grahita, itu sekarang berada di papan atas Divisi Putih lewat rekor kemenangan, 6-2.
Pelatih Prawira Andre Yuwadi merotasi skuadnya dengan sangat baik. Rata-rata bermain skuad Prawira tidak ada yang melebihi 25 menit per gim selama 8 laga. Waktu bermain paling banyak dicatatkan oleh Abraham dengan rata-rata 24,5 menit per gim.
Menurut Andre, rotasi ini merupakan salah satu strategi khusus untuk berhadapan dengan jadwal neraka. Mereka sudah melatih rotasi merata ini sejak sebelum masuk ke ”gelembung”. Dalam setiap laga uji coba, Andre menurunkan semua pemain secara bergantian dengan waktu bermain sekitar 20 menit.
Jadi memang saya sudah kebiasaan dengan rotasi ini. Mungkin ini jadi positif juga untuk kami. Pemain selalu siap bermain. Kenapa bisa begini (merotasi)? Sebab, 12 pemain di lapangan selalu siap. Rotasi tentu juga dilakukan untuk mengantisipasi jadwal sebulan ini.
”Jadi memang saya sudah kebiasaan dengan rotasi ini. Mungkin ini jadi positif juga untuk kami. Pemain selalu siap bermain. Kenapa bisa begini (merotasi)? Sebab, 12 pemain di lapangan selalu siap. Rotasi tentu juga dilakukan untuk mengantisipasi jadwal sebulan ini,” kata Andre.
Baca juga : Euforia IBL Melampaui Ekspektasi
Rotasi merata menjadi salah satu kekuatan Prawira ketika bertanding. Abraham dan rekan-rekan kerap membalikkan keadaan tertinggal di paruh laga. Skuad Prawira sering terlihat masih dalam fokus dan intens di kuarter akhir ketika lawan mulai kehilangan konsentrasi.
Tentu rotasi ini juga mempunyai kelemahan. Namun, kelemahan itu belum begitu terlihat dalam separuh awal musim. ”Tantangannya, bisa jadi pemain lagi panas, terus diganti. Buat pemain pasti, kan, kalau lagi enak terus diganti, rasanya gimana, sih? Jadi, ini yang harus bisa dilihat betul pemain mana yang sedang bagus,” pungkas Andre.
Sementara itu, Pelita Jaya Bakrie Jakarta menjadikan rotasi skuad sebagai kewajiban mereka, bukan siasat. Pelatih Pelita Jaya, Ocky Tamtelahitu, wajib merotasi pemain karena mempunyai jadwal paling berat dibandingkan dengan tim lain. Akibat terlambat masuk ke ”gelembung” Cisarua, mereka harus bertanding 16 laga dalam 26 hari.
Baca juga : Kisah Konsistensi Sang MVP
Apalagi, kata Ocky, persiapan tim jauh dari kata ideal. Kondisi pemain belum siap 100 persen ketika masuk ”gelembung”. Mereka sempat absen berlatih tiga minggu jelang dimulainya liga karena 11 anggota tim terpapar Covid-19. Jika dipaksakan, pemain berpotensi tampil tidak maksimal atau bahkan cedera.
”Saya pikir ini merupakan cara yang harus dilakukan dengan persiapan tidak ideal. Rotasi banyak dilakukan karena kami masih terbatas dengan kondisi pemain itu sendiri. Seiring perjalanan, mungkin pemain-pemain bisa dapat menit lebih. Tergantung perkembangan tiap harinya,” tutur Ocky.
Rotasi merata terlihat jelas dalam 5 laga pertama Pelita Jaya. Ocky telah menurunkan 14 pemain. Dari jumlah itu, hanya 3 pemain, yaitu Andakara Prastawa, Hardian Wicaksono, dan Vincent Kosasih, yang mendapat waktu bermain di atas 20 menit. Waktu bermain terbanyak dicatatkan Prastawa dengan 25 menit.
Meski dalam kondisi terbatas, rotasi skuad Pelita Jaya tampaknya cukup bagus untuk mereka. Prastawa dan rekan-rekan saat ini mencatatkan rekor kemenangan cukup mentereng, 4-1. Tim kandidat juara ini berada dalam jalur menuju playoff.
Kerja keras Jamarr
Di sisi lain, cara unik dilakukan Louvre Dewa United Surabaya. Mereka justru tidak menggunakan banyak rotasi skuad seperti tim-tim lain. Pelatih Andika Saputra memaksimalkan kekuatan timnya untuk meraih kemenangan sebanyak mungkin di paruh pertama.
Baca juga : Louvre Surabaya Bukan Hanya Seorang Jamarr Johnson
Bahkan pemain lokal naturalisasi Louvre Jamarr Johnson harus bermain hampir 40 menit di tiga laga terakhir. Dia bermain 116 menit dan 19 detik dari waktu maksimal 120 menit dalam kemenangan atas Satria Muda, Prawira, dan Amartha Hangtuah.
Hingga saat ini, Jamarr rata-rata bermain 36,4 menit per gim. Catatan itu lebih lama daripada rencana sang pelatih pada awal musim kepada Jamarr, berkisar 29-32 menit per gim.
Menurut Andika, rencana bisa berubah kapan saja demi menyesuaikan kebutuhan tim. Dalam laga-laga tersebut, presensi Jamarr sangat krusial untuk meraih kemenangan. Dia pun memutuskan tidak banyak mengistirahatkan sang pemain kelahiran Amerika Serikat tersebut.
”Ya, kalau bisa, maunya seperti rencana awal. Namun, namanya juga ini untuk kebutuhan tim. Kalau bisa, kami maksimalkan untuk menang, ya kami maksimalkan. Jamarr sangat penting untuk tim ini. Dia sangat bagus dan bisa membimbing rekan-rekannya,” tutur Andika.
Anomali strategi ini berbuah manis untuk Louvre. Tim berlogo buaya ini sekarang memuncaki klasemen Divisi Merah dengan rekor kemenangan nyaris sempurna, 6-1. Mereka sukses memanfaatkan celah rotasi tim-tim lain.
Jamarr merupakan pemain yang sangat vital dalam seluruh kemenangan Louvre. Dia menjadi tulang punggung dengan sumbangan rata-rata 20,4 poin dan 11,8 rebound. Dua aspek poin dan rebound itu merupakan yang tertinggi di antara semua pemain IBL.
Jamarr mengatakan, bekal kemenangan di paruh pertama musim akan jadi modal besar untuk tim. Dengan itu, dia bisa lebih banyak istirahat di paruh kedua musim mengingat musim ini merupakan kompetisi pertama sang MVP IBL 2016 setelah cedera achilles pada 2019.
”Ya, saya sadar, terkadang mendorong diri terlalu keras. Bukan karena saya harus, tetapi karena saya mau. Untuk tim ini. Tetapi, dengan separuh perjalanan lagi dan keharmonisan tim yang tinggi, saya rasa tidak masalah untuk lebih banyak duduk di laga selanjutnya. Saya akan segera berbicara dengan tim pelatih,” tutur Jamarr.
Tidak ada strategi yang paling tepat untuk diterapkan dalam musim ini. Semua tim masih beradaptasi dengan pengalaman pertama menghadapi jadwal neraka tersebut. Semua strategi itu patut dicoba demi merebut tiket playoff di ”gelembung” Cisarua.