Berkat disiplin protokol kesehatan dan transparansi kasus Covid-19, IBL bisa menikmati penyelenggaraan di ”gelembung” Cisarua dengan tenang. Antusiasme penonton musim ini sangat besar, di luar ekspektasi penyelenggara.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Euforia penyelenggaraan Liga Basket Indonesia (IBL) 2021 dalam ”gelembung” Cisarua ternyata melampaui ekspektasi setelah memasuki hampir setengah perjalanan. Meskipun tanpa penonton langsung, gairah industri bola basket nasional justru semakin hidup dengan memanfaatkan tayangan virtual.
Penyelenggaraan spesial dan berbeda musim ini sempat dikhawatirkan mengurangi daya tarik kompetisi. Keraguan itu muncul karena absennya penonton di arena yang selalu menjadi roh permainan dalam setiap laga musim-musim sebelumnya. Namun, kekhawatiran itu justru terbukti sebaliknya.
”Lewat tayangan virtual, basket justru semakin ditunggu penggemar di era pandemi ini. Tayangan pertandingan bertumbuh terus dari respons penonton. Buktinya, kami bisa berkali-kali memecahkan rekor jumlah penonton,” kata Direktur Utama IBL Junas Miradiarsyah, dihubungi pada hari Sabtu (20/3/2021).
Euforia penonton terekam dalam tayangan langsung dari Youtube. Dalam 10 hari penyelenggaraan, IBL sudah tiga kali pecah rekor jumlah penonton. Rekor baru terakhir tercipta pada laga Indonesia Patriots melawan Satria Muda, Jumat. Jumlah penonton mencapai sekitar 48.000 orang dalam satu waktu. Angka itu jauh lebih besar daripada jumlah tertinggi musim-musim terdahulu, yaitu 7.000 penonton.
Menurut Junas, euforia tersebut akan semakin tinggi hingga akhir musim reguler nanti pada 10 April. Sebab, penonton sangat antusias melihat pertandingan dari Indonesia Patriots atau tim nasional muda. Laga juga berlangsung lebih sengit mulai seri kedua, 18 Maret-24 Maret.
”Sekarang, kami masih terus mencari apa yang bisa dikembangkan dalam tayangan karena orang mulai melihat dan berekspektasi. Penonton pasti menginginkan sesuatu yang lebih. Kami akan hadirkan tontonan lebih menarik untuk berinteraksi dengan penonton,” tambah Junas.
Guna menambah daya tarik tayangan, IBL menghadirkan beberapa konten di lapangan. Terobosan itu berupa munculnya penonton virtual dalam layar raksasa tepi lapangan sampai kehadiran reporter lapangan pada awal, tengah, dan akhir pertandingan.
Staf Media Satria Muda, Theodore Wira Adi, menilai, IBL musim ini menghadirkan daya tarik lebih kepada fans. Konten-konten digital yang dirilis Satria Muda ke Youtube dan Instagram lebih banyak dilihat. Para fans juga berkomunikasi aktif dengan pengelola media sosial klub.
”Satu-satunya jalur interaksi yang tersedia, kan, hanya kanal digital. Jadi, terasa banget energi dan antusiasme fans terpancar dari interaksi di kanal-kanal digital yang tinggi sekali dibandingkan dengan musim reguler biasanya. Hampir semua konten dan kegiatan tim melibatkan fans disambut dengan baik. Mungkin ini karena saking lamanya enggak bertemu,” tutur Theo.
Menuruti imbauan
Di sisi lain, fans menaati imbauan penonton untuk tidak datang langsung ke ”gelembung”. Hal ini berkat pemberitahuan aktif dari panitia dan klub. ”Fansnurut banget, ditambah protokol IBL, kan, ketat. Paling-paling, ada yang kirim makanan ke Cisarua untuk pemain. Itu juga tidak langsung diterima. Harus melewati screening dulu kirimannya,” ujar Theo kemudian.
Pemain Pelita Jaya, Agassi Goantara, pun mengaku sangat senang bisa bermain lagi setelah kompetisi vakum setahun. Apalagi, timnya sempat tertunda masuk ke ”gelembung” akibat kasus positif Covid-19. Mereka sekarang akhirnya bisa bermain mulai 17 Maret lalu.
Dengan terbuka dan transparan, kami otomatis membuka diri dengan tahapan yang dilakukan juga dihadapi. Keterbukaan ini membuat kami lebih mudah.
Kesempatan ini sangat berharga bagi pemain karena Agassi dan para pemain lainnya sudah mengalami pembatalan rencana kompetisi sebanyak dua kali. Sempat muncul kekhawatiran tim akan dibubarkan jika rencana kali ini batal lagi. Penyelenggaraan IBL musim ini pun menjadi pelampiasan rasa dahaga mereka.
”Sebagai pemain tentu ada yang beda, yaitu dalam hal situasi (dibandingkan pada musim lalu). Dari sisi penonton tidak ada, sekarang adanya di layar. Namun, sebagai pebasket, kami tetap menikmati. Ketika dapat kesempatan lagi, kami harus memaksimalkan kesempatan ini,” tutur guard timnas senior tersebut.
Salah satu penonton IBL, Marco (26), sangat senang bisa kembali menonton IBL lagi setelah menanti sekian lama . ”Pertandingannya seru-seru. Sangat menarik ditonton karena akhirnya Indonesia bisa beradaptasi dengan meniru protokol di NBA,” jelasnya.
Masa kritis
Suksesnya penyelenggaraan pada awal musim ini tidak terlepas dari ketahanan IBL melewati masa kritis. Pada awal kompetisi sempat ada 13 anggota tim yang teridentifikasi positif Covid-19 sebelum memasuki ”gelembung” Cisarua. Kasus itu sampai membuat jadwal terganggu karena salah satu tim tidak bisa masuk ”gelembung”.
Namun, masalah itu terselesaikan dengan protokol kesehatan ketat yang diterapkan panitia. Sekarang, tinggal satu orang yang masih terinfeksi Covid-19. Sisanya sudah pulih dan satu tim lain sudah bergabung ke ”gelembung”.
Pertandingannya seru-seru. Sangat menarik ditonton karena akhirnya Indonesia bisa beradaptasi dengan meniru protokol di NBA.
”Soal kendala, itu lebih ke bagaimana menyesuaikan ada kasus (positif Covid-19). Setelah itu, kami berhasil mengatasi itu sesuai dengan protokol kesehatan yang sudah kami siapkan dan rencanakan pada waktu itu,” katanya.
Menurut Junas, kuncinya adalah disiplin menjalankan protokol kesehatan dan transparansi terhadap kasus. ”Dengan terbuka dan transparan, kami otomatis membuka diri dengan tahapan yang dilakukan juga dihadapi. Keterbukaan ini membuat kami lebih mudah. Tujuan kami adalah menyelesaikan kasus, bukan membiarkan dan menutupi. Kasus bukan sesuatu yang harus ditutupi. Kami punya tanggung jawab menjaga seluruh anggota di dalam sini,” pungkasnya.