Bintang Satria Muda Arki Wisnu Menolak Tua
Ketika banyak pebasket lokal mulai meredup atau pensiun di usia kepala tiga, Arki Wisnu justru semakin tangguh dan matang. Kapten Satria Muda itu mendominasi IBL 2021 di usia yang tidak lagi muda, 33 tahun.
BOGOR, KOMPAS — Seperti halnya sebotol minuman anggur, penuaan justru menyempurnakan forward Satria Muda Pertamina Jakarta, Arki Dikania Wisnu. Pebasket tim nasional ini sedang menjalani versi terbaik dirinya pada usia 33 tahun. Dia melawan realitas usia dengan pengalaman bermain satu dekade dan tubuh yang tetap bugar.
Tepat pada hari ulang tahunnya ke-33, Arki mengantarkan Satria Muda menang telak atas Amartha Hangtuah, 84-62, pada seri pertama Liga Basket Indonesia (IBL) di ”gelembung” Cisarua, Senin (15/3/2021). Dia menutup penampilan cemerlang di seri ini dengan sumbangan 10 poin, 9 rebound, dan 4 asis.
Setelah bermain satu dekade di liga profesional Indonesia, Arki justru merasa sedang dalam kondisi terbaiknya, musim ini. Dia menilai performanya saat ini lebih sempurna daripada versi ketika meraih gelar Rookie of The Year Liga Basket Nasional (NBL) 2012 maupun Most Valuable Player IBL 2017 silam.
”Saat muda, pasti maunya main cepat terus. Semakin tua, pengalaman bertambah. Jadi, langkah aku semakin efisien. Aku juga lebih pakai IQ. Jadi, lebih main pintar, dibandingkan zaman dulu pakai kecepatan saja,” kata Arki yang mendapat ucapan ulang tahun dari keluarganya lewat layar besar IBL, sebelum laga itu.
Baca juga: Pelampiasan Rasa Lapar Raksasa Lokal
Versi lebih baik Arki mengantarkan Satria Muda menutup seri pertama IBL itu dengan rekor kemenangan 75 persen (3-1). Arki berperan besar di semua laga timnya dengan menyumbang rata-rata double-double berupa 15,7 poin dan 10,7 rebound serta tambahan empat asis hanya dalam 25 menit. Statistik ini melampaui catatannya pada musim 2017 ketika meraih gelar MVP. Pada saat itu, ia mengemas rata-rata 10 poin, 3,9 rebound, dan 3,4 asis per laga.
Statistik itu cukup menjelaskan kematangan pemain setinggi 1,87 meter tersebut. Arki semakin baik menjalani perannya sebagai eksekutor ataupun fasilitator tim. Selain pengalaman, capaian menawan itu tidak terlepas dari kondisi tubuhnya yang tetap bugar di usia kepala tiga.
”Aku sadar diri bukan lagi di usia 20-30 tahun. Jadi, kalau mau bertahan lama di basket profesional harus tetap dalam bentuk tubuh terbaik. Yang penting jaga badan dengan recovery dan atur makan. Aku sangat memperhatikan tubuh karena ini aset terbesarku,” kata pebasket yang dijuluki ”LeBron James versi Indonesia” tersebut.
Tubuh bugar itu terbukti dengan seringnya Arki melakukan penetrasi ke area dekat keranjang lawan. Dia tidak takut beradu fisik dengan benteng pertahanan lawan. Mayoritas poinnya pada musim ini dihasilkan dengan tembakan jarak dekat. Dia hanya dua kali mencetak poin dari luar garis tembakan tiga poin.
Bagi saya, hanya ada dua grup pemain, yang bermain baik dan tidak. Saya tidak terlalu peduli dengan usia. Bermain basket yang baik adalah hal terpenting. Arki melakukan itu.
Kombinasi mematikan
Kombinasi pengalaman dan tubuh bugarnya pun menjadi senjata mematikan yang ditakuti lawan-lawannya. Pemain lawan sering kali hanya dihadapkan pada dua pilihan ketika menjaga Arki, yaitu melanggar atau membiarkannya mencetak dua poin dengan mudah.
”Arki masih salah satu pemain terbaik Indonesia meskipun usianya kini sudah 33 tahun. Dia sangat berpengalaman. Dengan postur besar di posisi ketiga (small forward), kami kesulitan sekali menjaganya,” kata guard Hangtuah, Abraham Wenas.
Musim ini, kapten Satria Muda tersebut sudah 26 kali dilanggar oleh pemain lawan. Mayoritas pelanggaran tersebut dilakukan lawan-lawannya saat Arki menuju ke keranjang. Pemain berkepala plontos ini pun menghasilkan banyak hadiah tembakan bebas, yaitu sebanyak 26 kali lemparan, untuk timnya.
Pelatih Satria Muda Milos Pejic menilai, usia Arki tidaklah penting. Baginya, itu hanya angka. ”Bagi saya, hanya ada dua grup pemain, yang bermain baik dan tidak. Saya tidak terlalu peduli dengan usia. Bermain basket yang baik adalah hal terpenting. Arki melakukan itu,” katanya.
Baca juga Sosok Penyita Perhatian dari Pinggir Lapangan IBL
Pejic sangat kagum dengan pengaruh Arki sebagai pemimpin di lapangan. Pengaruh besar itu terlihat dalam statistik plus minus sang kapten tim. Dalam empat laga, dia mencatatkan plus 53.
Adapun Arki selalu mencatatkan statistik plus di setiap laga tersebut. Artinya, Satria Muda tidak pernah tertinggal ketika pemain kelahiran New York, Amerika Serikat, ini berada di lapangan.
Musim ini masih sangat panjang. Arki masih punya pekerjaan rumah untuk memperbaiki akurasi lemparan jarak jauhnya. Dia kurang efektif ketika melempar tiga poin dengan hanya mencatatkan akurasi 22 persen, yaitu dua tembakkan berhasil dari sembilan kali percobaan.
Calon penerus Arki
Namun, IBL seri pertama tidak hanya menjadi panggung para pemain senior, seperti Arki. ”Gelembung” Cisarua sekaligus menjadi saksi lahirnya calon-calon pemain hebat masa depan yang bakal menggantikan Arki di timnas basket Indonesia.
Hal menjanjikan itu terlihat dari sepak terjang para pemain Indonesia Patriots atau timnas muda. Mereka menyelesaikan seri pertama IBL dengan catatan sempurna, yaitu empat kemenangan tanpa kekalahan. Para pebasket muda ini mendominasi tim-tim lokal dengan agresivitas, kekuatan, kebugaran, dan kelincahan yang didukung daya juang tinggi.
Masa depan mereka terlihat sangat menjanjikan. Hanya dua tim yang belum terkalahkan di Cisarua. Selain Patiots, satu tim lainnya adalah Pelita Jaya yang belum bertanding sama sekali akibat kasus Covid-19.
Patiots, yang diasuh Youbel Sondakh, menumbangkan tim-tim profesional, mulai dari NSH Timika, West Bandits Solo, Amartha Hangtuah, hingga Prawira Bandung. Tiga kemenangan di antaranya bahkan dengan keunggulan lebih dari 10 poin.
”Tim ini punya anak-anak muda dengan talenta bagus. Capaian mereka sesuai ekspektasi. Hanya saja, perjalanan mereka masih panjang. Masih banyak yang harus diperbaiki. Tujuan kami ikut IBL adalah untuk itu, mengembangkan setiap individu,” kata Youbel, dihubungi kemarin.
Menurut Youbel, kunci keberhasilan timnya di seri itu terletak pada semangat besar tim. Tim dengan bakat-bakat muda, seperti guard Yudha Saputra (22) dan Yesaya Saudale (21), ini punya daya juang sangat tinggi.
Mereka punya kebersamaan tinggi karena sudah empat bulan bersama. Mereka sudah seperti keluarga. Jadi, energi satu sama lain saling berkaitan. Kalau ada yang memulai bermain bagus, itu menyulut ke yang lainnya.
Mereka bermain sepenuh hati dan sekuat tenaga ketika mendapat kesempatan masuk lapangan. Rasa lapar bermain dan kompetisi antarpemain menjadi pemacu tim muda ini bisa konsisten tampil maksimal. ”Semangat mereka itu utamanya (yang paling berpengaruh),” ujar Youbel.
Baca juga: Gebrakan Gairah Muda Indonesia Patriots
Di sisi lain, kedalaman tim juga berperan penting dalam kemenangan-kemenangan Patriots. Youbel punya skuad dengan kualitas hampir sama dari pemain inti hingga cadangan. Bahkan, dalam setiap posisi terdapat dua sampai tiga pemain yang bisa tampil sama baiknya.
Hal tersebut bisa dilihat dari pahlawan kemenangan tim yang berbeda-beda di setiap laga. Yudha, Yesaya, Hendrick Yonga, dan Kelvin Sanjaya silih berganti bersinar di setiap laga Patriots itu.
Kontribusi poin Patriots juga sangat merata dalam empat laga. Hanya satu pemain yang paling menonjol dalam kontribusi poin, yakni Yudha (53 poin). Sisanya ada tujuh pemain yang berkontribusi hampir sama, di antaranya Kelvin (27 poin), Yesaya (25 poin), dan Hendrick (24 poin).
”Mereka punya kebersamaan tinggi karena sudah empat bulan bersama. Mereka sudah seperti keluarga. Jadi, energi satu sama lain saling berkaitan. Kalau ada yang memulai bermain bagus, itu menyulut ke yang lainnya,” ujar Manajer Patriots Andi ”Batam” Poedjakusuma.