Tanda Bahaya Gravitasi Pelita Jaya
Pelita Jaya memiliki senjata paling mematikan dengan kumpulan penembak jitu di area luar, seperti ”guard” tim nasional Andakara Prastawa. Namun, teror terbesar mereka justru berada di area kotak dekat keranjang.
Pelita Jaya musim ini menjadi tim paling mencuri perhatian. Bukan hanya karena menjadi tim terakhir yang masuk ”gelembung” Cisarua, Bogor, Jawa Barat, tempat kompetisi digelar. Namun, berkat performa fenomenal mereka yang menyapu bersih empat laga awal.
Tim asuhan Pelatih Ocky Tamtelah itu tampil beringas menggasak lawan. Empat kemenangan diraih dengan sangat telak. Mereka rata-rata menang dengan selisih 25,2 poin per gim (ppg), terbesar di antara seluruh peserta liga.
Terakhir, Pelita Jaya memenangi pertarungan atas NSH Timika, 100-73, pada seri kedua IBL 2021 di ”gelembung” Cisarua, Bogor, Minggu (21/3/2021). Skuad asuhan Ocky memang terlambat datang sepekan karena kasus Covid-19, tetapi mereka menjadi tim pertama yang bisa mencapai skor 100 poin musim ini dalam waktu normal.
Gebrakan di awal ini cukup membuktikan Pelita Jaya adalah ancaman besar bagi tim lain musim ini. Mereka memiliki kedalaman skuad istimewa dalam urusan penembak tiga poin. Hampir separuh tim ahli menembak jauh. Salah satunya, guard timnas Andakara Prastawa yang sering dijuluki sebagai Stephen Curry versi Indonesia.
Terbukti dari statistik, Pelita Jaya merupakan tim dengan keberhasilan tembakan tiga poin terbanyak, 8 kali setiap laga. Mereka menyamai catatan Amartha Hangtuah yang juga dikenal sebagai tim spesialis tiga poin.
Namun, senjata terbesar mereka justru bukan berasal dari tembakan tiga poin. Jika dilihat lebih cermat, tembakan dari luar hanya memberikan sumbangan 26 persen dari jumlah poin. Kontribusi terbanyak justru datang dari area kotak dekat keranjang atau paint area, yakni 49 persen.
Baca juga: Euforia IBL Melampaui Ekspektasi
Pelita Jaya bahkan memimpin jumlah poin di paint area dengan 45,5 ppg. Padahal, Prastawa dan rekan-rekan tidak memiliki kemewahan pemain dengan tinggi di atas rata-rata dalam semua posisi, seperti Satria Muda.
Menurut Pelatih Satya Wacana Saints Salatiga Efri Meldi, penembak tiga poin merupakan jebakan paling berbahaya dari Pelita Jaya. Tim lawan sering tertarik oleh gravitasi para penembak jitu sehingga meninggalkan lubang yang amat besar di area dalam.
”Tim mereka kan tukang nembak semua. Ada shooter seperti Pras, Ragil, Agassi, Govinda, Katon, dan Gabu. Tidak hanya saya, mungkin tim lain juga sama, beranggapan shooter di luar banyak sehingga fokus bertahan terlalu keluar. Akhirnya di dalam terlalu longgar,” kata Meldi ketika timnya dikalahkan Pelita Jaya, 61-89, dengan kecolongan 40 poin di paint area.
Pelita Jaya seperti menebar jebakan di dua tempat sekaligus. Mereka bisa menghukum lawan dari tembakan area luar jika tidak dijaga. Sebaliknya, tim asal Jakarta ini akan membuat poin mudah andai pemain bertahan lawan terpancing gravitasi penembak mereka. Gaya ini mirip dengan yang dimainkan tim NBA Golden State Warriors bersama Curry.
Ocky menilai, lemparan dari paint area memang masih cara termudah mencetak angka meski bola basket modern saat ini sangat menjunjung tembakan tiga poin. Mantan guard timnas era 1990-an ini pun mengembangkan kedua hal tersebut agar timnya bisa menyesuaikan dengan sistem bertahan lawan.
Tidak hanya saya, mungkin tim lain juga sama, beranggapan shooter di luar banyak sehingga fokus bertahan terlalu keluar. Akhirnya di dalam terlalu longgar.
”Bola basket kan keranjangnya di atas. Meski dengan perkembangan modern, setiap tim yang ingin tembakan lebih baik pasti maunya menyerang ke dalam. Namun, ini bukan tentang menembak harus dari luar atau dalam. Harus juga menyesuaikan apa pertahanan lawan. Kami tidak bisa memaksa karena itu tiap gim akan beda,” ujar Pelatih Terbaik IBL 2015 tersebut.
Selain guard dan forward yang lincah dalam penetrasi dan jago menembak, Pelita Jaya juga memiliki center timnas setinggi 2,03 meter, Vincent Kosasih. Dia sering mengambil offensive rebound dan memasukkan bola pada kesempatan kedua.
”Vincent bertubuh tinggi dan jangkauan tangannya panjang. Dia sulit dijaga, kami harus benar-benar fokus,” ujar center NSH, Randika Aprilian.
Rasa lapar
Di sisi lain, kunci keberhasilan Pelita Jaya sejauh ini terletak pada pertahanan yang kokoh. Mereka bermain sangat agresif menekan lawan sepanjang pertandingan. Prastawa dan rekan-rekan kerap menggunakan strategi menekan satu lapangan dengan formasi 2-2-1.
Baca juga: Louvre Surabaya Bukan Hanya Jamarr Johnson
Pelatih NSH AF Rinaldo menjelaskan, Pelita Jaya punya kualitas tim yang sama bagus, baik pemain inti maupun cadangan. Dengan 8 pemain level timnas, mereka bisa merotasi pemain tanpa terlihat dampaknya.
”Jadi wajar saja, mau ganti posisi tetap pemainnya bisa menjalankan sistem dari pelatih, terutama yang sangat terlihat dalam bertahan. Sangat sulit menghadapi full court press mereka yang intens sepanjang pertandingan,” kata Inal.
Pelita Jaya sering mempersempit area tengah lapangan bagi lawan ketika bertahan. Mereka memaksa pemain lawan terpojok ke area pinggir lapangan. Dengan strategi ini, mereka sering membuat lawan melakukan turnover. Hasilnya mereka rata-rata mencetak 29,2 ppg dari kesalahan lawan. Banyak dari poin mudah itu juga yang akhirnya menambah produktivitas paint area mereka.
Bagi Prastawa, gebrakan Pelita Jaya pada awal musim ini merupakan bentuk pelampiasan dahaga tim. Mereka ingin segera berkompetisi seperti tim lain, pada 10 Maret. Namun, hal itu tidak dimungkinkan karena kasus positif Covid-19 yang melanda tim beberapa pekan sebelum musim dimulai.
Alhasil, Prastawa dan rekan-rekan sempat hanya bisa menonton saat tim-tim lawan sudah berlaga. ”Semangat pasti karena sudah setahun tidak tanding. Apalagi karena kasus itu, persiapan sempat terganggu. Itu jadi motivasi tersendiri. Kini kami hanya ingin semakin baik sebagai tim setiap hari. Semua pemain ingin itu,” ujar sang kapten tim.
Wajar saja, mau ganti posisi tetap pemainnya bisa menjalankan sistem dari pelatih, terutama yang sangat terlihat dalam bertahan. Sangat sulit menghadapi full court press mereka yang intens sepanjang pertandingan.
Meski sudah sangat dominan, Pelita Jaya belum mencapai puncak performa karena persiapan yang terganggu. Mereka berpotensi lebih menyeramkan lagi bagi tim lawan ke depannya seiring kondisi fisik yang membaik.
Namun, ujian sebenarnya bagi tim Juara IBL 2017 ini baru akan dihadapi sepekan ke depan. Mereka mulai diuji tim-tim kandidat juara yang selevel dengan mereka. Salah satunya adalah Satria Muda yang akan dihadapi Pelita Jaya pada Selasa malam.