Kegagalan tampil di All England menjadi pelajaran berharga bagi para pemain. Mereka termotivasi untuk tampil maksimal pada momen besar berikutnya, yakni Olimpiade Tokyo 2020.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
BIRMINGHAM, SABTU — Dipaksa mundur dari All England karena terbentur protokol kesehatan dari otoritas layanan kesehatan (NHS) Inggris memberi hikmah, bahkan motivasi bagi pebulu tangkis Indonesia. Sekembali ke Tanah Air, mereka akan kembali fokus untuk momen yang lebih besar: Olimpiade Tokyo 2020.
Ganda putri Greysia Polii/Apriyani Rahayu termasuk atlet yang tak mendapat kesempatan tampil pada turnamen prestisius di Utilita Arena Birmingham, 17-21 Maret, tersebut. Pasangan peringkat keenam dunia itu sebenarnya berhak lolos ke babak kedua setelah lawan mereka di babak pertama mengundurkan diri. Akan tetapi, Greysia/Apriyani akhirnya dinyatakan kalah walkover (WO) pada babak kedua.
Hal itu terjadi setelah tim Indonesia dinyatakan memiliki kontak dekat dengan penumpang pesawat terkonfirmasi Covid-19 dalam perjalanan dari Istanbul, Turki, ke Birmingham. Peraturan NHS mengharuskan para kontak dekat ini menjalani isolasi 10 hari sejak kedatangan pada 13 Maret hingga 23 Maret. Greysia dan kawan-kawan pun dimundurkan dari turnamen berlevel BWF Super 1000 itu.
Selain Greysia/Apriyani, mereka yang dinyatakan kalah WO pada babak kedua adalah mereka yang telah memenangi laga pembuka, yaitu Jonatan Christie, Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon, dan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan. Pemain lain, yaitu Anthony Sinisuka Ginting, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, dan Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti, belum tampil pada babak pertama.
Koordinasi yang dilakukan Kedutaan Besar Republik Indonesia dengan Pemerintah Indonesia, Inggris, dan NHS akhirnya membuat NHS dan panitia memberi izin Tim Indonesia pulang pada 21 Maret, tanpa menunggu isolasi selesai.
Sebagai syarat kepulangan, sebanyak 24 anggota tim menjalani tes usap, Jumat (19/3/2021) malam. Tes menggunakan peralatan yang disediakan KBRI, dan dilakukan oleh dokter PP PBSI yang mendampingi tim sejak awal. Manajer Tim Indonesia Ricky Soebagdja menjelaskan, alat tes dibawa KBRI ke laboratorium di Birmingham, dan hasilnya akan diumumkan pada Sabtu siang atau sore waktu setempat.
Rangkaian kejadian itu memberi hikmah dan motivasi bagi atlet dan pengurus PBSI. ”Ini cobaan yang datang tepat sebelum Olimpiade. Mental dan nyali saya diuji, diganggu, dan dikasih tantangan. Saya justru menjadi bersemangat mengeluarkan kemampuan paling baik di Olimpiade,” kata Greysia, yang dihubungi pada hari Sabtu.
Olimpiade Tokyo 2020, yang seharusnya berlangsung 24 Juli-9 Agustus 2020, dimundurkan menjadi 23 Juli-8 Agustus 2021 karena pandemi Covid-19.
Greysia, pemain putri paling senior di pelatnas Cipayung, memperlihatkan kedewasaannya dengan legawa atas peristiwa itu. ”Saya sudah tahu bagaimana mengontrol ekspektasi terhadap hal-hal yang tidak bisa dikontrol diri sendiri,” katanya.
Greysia bahkan meminta penggemar bulu tangkis Indonesia yang emosi, hingga menyampaikan kekesalan di akun media sosial pemain asing, untuk tenang. ”Berkomentar harus bijak dan pintar walau kita sedang diuji,” katanya.
Hendra Setiawan mengingatkan hal serupa. ”Jangan menyerang pemain dari negara lain, mereka tidak salah apa-apa. Silakan memprotes asal dengan bahasa yang sopan,” kata pemain putra paling senior itu.
Ini cobaan yang datang tepat sebelum Olimpiade. Mental dan nyali saya diuji, diganggu, dan dikasih tantangan. Saya justru menjadi bersemangat mengeluarkan kemampuan paling baik di Olimpiade.
Bagi Hendra/Mohammad Ahsan, yang memenangi babak pertama atas Ben Lane/Sean Vendy (Inggris), diskualifikasi di All England membuat mereka rugi materi. Sebagai atlet profesional yang harus mengeluarkan biaya sendiri di setiap turnamen, Hendra mengatakan, momen ini memberinya pelajaran untuk lebih teliti dalam persiapan turnamen lain.
”Kami harus teliti mempelajari peraturan setiap negara terkait Covid-19. Selain itu, kalau main ke Eropa dalam masa pandemi ini, sepertinya harus pikir panjang dulu,” katanya.
Pengalaman di Birmingham juga membuat Ketua Bidang Pembinaan Prestasi PP PBSI Rionny Mainaky memberi pesan kepada atlet yang akan tampil dalam turnamen Orleans Masters, di Orleans, Perancis, 23-28 Maret, untuk berhati-hati. Rionny mengingatkan tim agar mempelajari peraturan yang berlaku di negara tujuan.
”Setibanya di sana, langsung berkoordinasi dengan BWF dan panitia, apa saja yang harus dipatuhi dan dilaksanakan terkait protokol kesehatan,” kata Rionny di Birmingham melalui tim humas dan media PBSI.
Dalam turnamen berlevel BWF Super 100 itu, Indonesia diperkuat 11 wakil dalam lima nomor, salah satunya tunggal putra, Chico Aura Dwi Wardoyo. ”Kekhawatiran, seperti kejadian di All England, tidak ada karena saya yakin PBSI sudah mengantisipasi dengan baik. Saya coba fokus sama persiapan dan pertandingan saja. Sudah setahun tidak bertanding, rasanya gembira dan tak sabar kembali ke lapangan,” ujar Chico.
Ganda putri Jepang
Tampil pertama kali pada tahun ini, ganda putri Jepang langsung unjuk gigi. Dua pasangan mereka menciptakan final senegara. Pada semifinal, Sabtu, juara bertahan Yuki Fukushima/Sayaka Hirota menjaga peluang mempertahankan gelar setelah mengalahkan Selena Piek/Cheryl Seinen (Belanda) 21-17, 21-7. Mereka akan bertemu Mayu Matsumoto/Wakana Nagahara yang menang atas pasangan Jepang lain, Nani Matsuyama/Chiharu Shida, 21-19, 21-17.
”Kami saling mengenal permainan masing-masing dan yakin pertandingan final akan berjalan panjang. Satu-satunya cara adalah fokus pada permainan kami,” ujar Fukushima pada laman BWF.
Juara bertahan ganda putra, Hiroyuki Endo/Watanabe, juga melaju ke final setelah mengalahkan Jeppe Bay/Lasse Moelhede (Denmark) 21-13, 21-11.
Sementara itu, Thailand berpeluang merebut gelar pertama dari All England saat Pornpawee Chochuwong mengalahkan Pusarla V Sindhu (India), 21-17, 21-9, di semifinal tunggal putri. Final senegara gagal terjadi karena seniornya, Ratchanok Intanon, dikalahkan Nozomi Ukuhara (Jepang), 21-16, 16-21, 19-21, meski telah ungul 18-14 di gim ketiga.
Ratchanok pernah dua kali lolos ke final pada 2013 dan 2017, tetapi kalah dari Tine Rasmussen (Denmark) dan Tai Tzu Ying (Taiwan).