Badai cedera memaksa sebuah tim untuk berpikir kreatif dalam mempertahankan kekuatan. Inilah situasi yang sedang dihadapi Leicester City dan Manchester United jelang laga perempat final Piala FA.
Oleh
D HERPIN DEWANTO PUTRO
·3 menit baca
LEICESTER, SABTU - Leicester City dan Manchester United sama-sama kehilangan para pemain terbaiknya karena cedera jelang laga perempat final Piala FA di Stadion King Power, Senin (22/3/2021) pukul 00.00 WIB. Laga ini akan mengadu kreativitas manajer kedua tim dalam menyusun komposisi tim terbaik.
Deretan pemain cedera di kubu Leicester antara lain James Maddison, Harvey Barnes, Cengiz Under, James Justin, Wes Morgan, dan Ricardo Pereira. Adapun tim ”Setan Merah” kehilangan kekuatan di lini serang akibat cedera Marcus Rashford, Edinson Cavani, dan Anthony Martial.
Kondisi ini praktis memberikan tantangan ekstra kepada manajer Leicester, Brendan Rodgers, dan manajer MU, Ole Gunnar Solskjaer. Mereka dituntut mempertahankan kualitas tim dalam laga yang pertaruhannya sangat besar. Gagal pada fase ini, lenyap pula peluang terbaik untuk mendapatkan trofi.
Leicester maupun MU sudah sulit untuk mengejar Manchester City dalam perburuan trofi Liga Inggris. MU di peringkat kedua dengan 57 poin, dan Leicester di peringkat ketiga dengan 56 poin. Setan Merah masih tertinggal 14 poin di belakang City dengan 9 laga tersisa.
Piala FA menjadi satu-satunya target realistis yang masih bisa dibidik Leicester musim ini. MU masih punya harapan di Liga Europa, tetapi Piala FA juga lebih realistis bagi mereka karena persaingan di Eropa lebih keras. Solskjaer sudah menjadi manajer MU selama 2,5 tahun dan kemenangan di King Power membuka jalannya mempersembahkan trofi pertama.
Leicester maupun MU sudah sulit untuk mengejar Manchester City dalam perburuan trofi Liga Inggris.
Solskjaer mendapat keuntungan menghadapi Leicester yang pincang. Lagipula, Leicester memiliki catatan buruk saat menghadapi MU. Laga di Liga Inggris pada September 2014 merupakan kemenangan terakhir Leicester atas MU. Pada pertemuan terakhir, Desember 2020, kedua tim bermain imbang 2-2.
Dengan cederanya para penyerang, kekuatan MU di King Power terletak pada lini tengah. Gelandang serang seperti Bruno Fernandes dan Paul Pogba diharapkan kembali menjadi penyelamat tim dengan kreativitas dan naluri menyerang mereka. Pogba baru saja menyelamatkan MU saat menyingkirkan AC Milan di ajang Liga Europa.
Solskjaer mengharapkan kualitas serupa dari Pogba pada laga lawan Leicester, meski ia tidak yakin pemain asal Perancis itu bisa tampil 90 menit. ”Jika kondisinya sudah bagus, ia bisa tampil sejak awal. Namun, ia tetap bisa memberi pengaruh besar meski tampil sebagai pemain cadangan,” ujar Solskjaer mengomentari aksi Pogba saat melawan Milan, seperti dilansir laman MU.
Pogba maupun Fernandes, dengan pengalaman dan mental yang mereka miliki, memiliki tugas utama untuk mencari celah pertahanan Leicester dan menciptakan banyak peluang gol. Jika Solskjaer belum bisa menurunkan Cavani, Rashford, dan Martial, Mason Greenwood akan kembali menjadi ujung tombak tim yang membutuhkan pasokan bola dari Fernandes maupun Pogba.
Bermain cerdik
Leicester menyadari, mereka dalam kondisi yang kurang bagus untuk menjamu MU. Meski MU juga kehilangan sejumlah pemain pentingnya, Leicester tetap mewaspadai kekuatan MU dalam hal menyerang balik.
Gelandang Leicester, Youri Tielemans, berpijak pada laga terakhir ketika mereka bisa menahan imbang Setan Merah, 2-2. Laga itu menjadi cerminan bahwa mereka membutuhkan sedikit lagi kekuatan untuk bisa menang. “Kami harus bermain cerdik karena ini laga ini hanya berlangsung sekali dan apapun bisa terjadi,” ujar Tielemans dilansir laman Leicester.
Tielemans memperhatikan betul cara MU saat mengalahkan Manchester City di ajang Liga Inggris. Dari laga tersebut terlihat, sejumlah serangan MU mematikan dan strategi yang sama bisa menjadi mimpi buruk bagi Leicester. “Kami harus benar-benar sabar ketika sedang membawa bola, selain itu pergerakan tanpa bola kami sangat penting untuk mengantisipasi serangan balik mereka,” katanya. (REUTERS)