Setelah tertahan selama tiga tahun belakangan, gairah para ”center” lokal tumpah ruah pada IBL musim 2021. Mereka mengambil alih kembali panggung yang sebelumnya dicuri pemain asing.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Sorotan pada center lokal IBL meredup tiga tahun belakangan akibat invasi pemain asing. Setelah menanti lama, para pebasket lokal bertubuh besar kembali bersinar dalam kondisi liga darurat tanpa pemain asing. Mereka melampiaskan rasa laparnya di seri pertama IBL musim ini.
Center veteran Ponsianus Nyoman Indrawan atau Koming kembali dari pensiun musim ini. Di usia 35 tahun, mantan pebasket tim nasional ini bermain dengan tim dari kota asalnya, Bali United. Dia melihat kondisi persaingan saat ini jauh berbeda dengan dua tahun lalu ketika bermain untuk Pelita Jaya.
”Pasti berbeda sekali. Tanpa pemain asing, semua orang tahu bakat big man lokal yang tertutup karena kurang menit tampil, bahkan tidak dapat bermain sama sekali, terbukti banyak yang main bagus,” kata Koming pada Minggu (14/3/2021).
Pebasket setinggi 1,93 meter ini menilai, banyak center lokal yang bermain solid awal musim ini. Misalnya center veteran Prawira Bandung, Firman Dwi Nugroho, dan center rookie Indonesia, Patriots Kelvin Sanjaya. Keduanya mencuri panggung rekan-rekannya di posisi lain, dengan menjadi pahlawan kemenangan tim.
Bahkan, Koming yang sempat pensiun juga langsung tampil apik. Dia berkontribusi besar dalam permainan tim dengan sumbangan rata-rata 11 poin dan 7,5 rebound di dua laga pertama.
Dominasi para center lokal ini tidak terlihat beberapa musim terakhir sejak IBL memberlakukan peraturan dua pemain asing di setiap tim pada 2017. Nyaris semua klub mengambil pemain di posisi center.
Sulit bagi pebasket lokal bersaing karena center yang mayoritas dari Amerika Serikat itu punya tubuh tinggi serta teknik mumpuni. Dalam setiap laga, mereka bisa bermain penuh hingga 40 menit. Ini membuat center lokal sering kali jadi penonton atau tandem latihan saja.
Tanpa pemain asing, semua orang tahu bakat big man lokal yang tertutup karena kurang menit tampil, bahkan tidak dapat bermain sama sekali, terbukti banyak yang main bagus.
”Saat ada pemain asing, saya juga merasa betapa sulitnya bersaing di Pelita Jaya. Terlihat banyak yang kurang dapat sorotan. Kini waktunya mereka tampil dengan jaminan menit bermain banyak. Keberadaan center lokal dalam setiap tim akan sangat vital musim ini,” ucap Koming.
Firman menjadi contoh paling relevan. Pemain dengan tinggi tubuh 2,02 meter tersebut bersinar ketika menyumbang 25 poin dalam kemenangan Prawira atas Amartha Hangtuah. Akurasi lemparannya bahkan mencapai 83 persen, memasukkan 10 dari 12 lemparan lapangan.
Penampilan apik bisa terwujud karena dirinya punya peran penting dalam sistem pelatih Andre Yuwadi. Rata-rata bermain Firman musim ini mencapai 15,8 menit. Musim lalu dia hanya bermain dua kali, dengan rerata 8 menit dan sumbangan 2,4 poin. ”Harusnya karena panggung bermain lebih banyak, mereka bisa mendominasi dengan keunggulan tinggi badan dan ukuran,” ujar Andre.
Firman mengatakan, kehadiran pemain asing membuat center lokal selalu belajar. Mereka mencoba beradaptasi dengan permainan center asing yang lebih kuat dan cepat. Latihan itu tidak dimungkiri membuat mereka berkembang. Pelajaran tersebut, ditambah rasa lapar menunggu, yang dibawa ke musim ini.
”Dengan liga yang diisi pemain asing, kami belajar harus lebih siap. Sekarang kami sudah siap. Semua yang tampil pemain lokal, harusnya kami bisa step up. Harus bisa mengambil kesempatan ini, yang penting harus fokus dan konsisten,” kata Firman (30).
Mantan center tim nasional Adhi Pratama menilai, para pemain raksasa lokal memanggungkan performa terbaik karena berada di posisi asli mereka. Sebelumnya, banyak dari mereka harus bermain di posisi empat atau power forward. Padahal, posisi asli mereka adalah posisi lima atau center.
”Seperti saya, dari posisi lima jadi empat, sempat sulit penyesuaiannya karena banyak yang harus ditambah untuk bermain di posisi empat. Sekarang pasti banyak yang bisa kembali ke posisi awal, seperti Koming, Galank Gunawan (Bima Perkasa), dan Valentino Wuwungan (Pelita Jaya),” ucap Adhi yang pensiun musim lalu.
Asa timnas
Sisi positif lain, banyak center muda mulai bersinar. Kelvin (20), bintang muda Patriots, adalah salah satunya. Pemain dengan tinggi 1,99 meter ini sempat mencetak 17 poin melawan Hangtuah. Dia juga memainkan peran vital di tim dengan sumbangan 6,7 poin dan 6,5 rebound. Kontribusi itu salah satu yang membuat Patriots belum terkalahkan hingga saat ini (4-0).
Ada juga center tinggi gempal Satya Wacana Saint Salatiga, Bryan Elang Praditya (22). Pemain setinggi 1,96 meter ini menyumbang 10,5 poin dan 9 rebound dalam dua laga awal. Statistik ini jauh lebih baik dibandingkan dengan musim lalu yang hanya 1 poin dan 1,1 rebound.
Menurut Koming, banyaknya bakat lokal ini akan sangat menguntungkan bagi timnas, terutama dalam seleksi pemain menuju Piala Asia FIBA 2021. ”Ini bagus untuk timnas. Tim pelatih akan punya lebih banyak pilihan pemain,” ujarnya.