”Center” Prawira Bandung kembali berkontribusi besar dalam kemenangan tim. Kali ini giliran Firman Dwi Nugroho yang jadi pahlawan kemenangan atas Amartha Hangtuah.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Prawira Bandung memulai IBL 2021 dengan rekor sempurna dua kemenangan beruntun. Kemenangan berturut-turut ini diinspirasi oleh dua pemain bertubuh besar mereka. Setelah kemarin center muda Pandu Wiguna unjuk gigi, giliran center veteran Firman Dwi Nugroho yang jadi pahlawan kemenangan.
Prawira mengoleksi hasil sempurna dalam dua laga setelah kemenangan atas Amartha Hangtuah, 86-73, pada seri pertama IBL 2021 di ”gelembung” Cisarua, Jumat (12/3/2021). Kemenangan ini ditopang oleh Firman yang menyumbang 25 poin dan 3 rebound hanya dalam 23 menit.
Center setinggi 2,02 meter ini tidak mampu dibendung pertahanan Hangtuah. Dia berkali-kali mengeksploitasi area dalam lawan dengan sangat mudah. Dominasi itu terlihat dengan akurasi lemparan mencapai 83 persen (10-12). Semua poin dihasilkan dari lemparan jarak dekat dan tembakan bebas.
Asisten Pelatih Hangtuah Harry Prayogo menilai, kekalahan timnya terjadi karena tidak mampu menemukan jawaban dari dominasi Firman. Situasi semakin sulit karena pemain besar mereka Amaluddin Ragol dan Lakha Kurniawan terkena foul trouble.
”Memang hari ini kita kalah karena problem di paint area. Firman bisa mencetak 25 poin dari dalam sana. Padahal, kami sudah bisa antisipasi outside. Tetapi, ternyata kami gagal di inside,” ucap Harry, yang mewakili kepala pelatih Rastafari Horongbala dalam konferensi pers.
Kemenangan ini semakin menunjukkan kedalaman skuad Prawira dalam posisi pemain besar. Kemarin, tim asuhan Andre Yuwadi ini juga menang berkat aksi Pandu, center muda tim.
Pandu menjadi penentu kemenangan dengan tembakan dua poin pada ujung pertandingan melawan Satria Muda Pertamina Jakarta. Berkat itu, Prawira menang dramatis atas tim raksasa tersebut, 73-72.
Pelatih Prawira Andre merasa beruntung karena punya banyak pilihan dalam posisi center. Tim memiliki dua tipe center, konvensional dan modern. Pemain-pemain itu akan dipilih berdasarkan situasi pertandingan.
Pandu dan Reza (Guntara) mereka lebih atletis. Bermainnya lebih modern bisa dari luar dan dalam. Sementara Firman dan Yayak (M Diya’ul Haq) lebih konvensional, yang real big man, mengandalkan tubuh besar di area dalam.
”Pandu dan Reza (Guntara) mereka lebih atletis. Bermainnya lebih modern bisa dari luar dan dalam. Sementara Firman dan Yayak (M Diya’ul Haq) lebih konvensional, yang real big man, mengandalkan tubuh besar di area dalam. Setiap lawan kan punya roster (daftar pemain) berbeda, jadi kami sesuaikan,” katanya.
Center konvensional akan lebih dominan dengan tubuh besarnya. Namun, akan merugikan tim dalam hal transisi. Karena itu, Firman hanya bermain 8 menit ketika melawan Satria Muda yang punya banyak pemain besar modern.
”Lawan Satria Muda kurang cocok. Karena itu, kurang banyak menitnya. Lebih banyak Pandu. Dia cocok lawan Hangtuah. Makanya dapat menit banyak, dan terbukti Firman bisa mendominasi,” ujar Andre.
Bagi Firman, kemenangan ini merupakan persembahan kepada tim. Performanya bisa bagus karena mengikuti instruksi pelatih. ”Saya hanya bermain mengikuti sistem pelatih. Terutama menikmati ketika bertahan dan mengantisipasi transsii lawan. Selebihnya mengalir saja,” ucap pebasket 30 tahun tersebut.
Selain Firman, guard nasional Abraham Damar Grahita juga kembali memainkan performa terbaiknya. Most Valuable Player IBL musim lalu ini menghasilkan 15 poin, 5 rebound, dan 5 asis.
Andre kurang puas dengan penampilan timnya meskipun menang. ”Kami tidak konsisten menjalankan gaya bermain Prawira. Buktiknya kami sempat tertinggal. Ketika bermain dengan gaya sebenarnya, kami baru mulai unggul lagi. Ini menjadi evaluasi untuk laga berikutnya,” katanya.
Prawira sempat tertinggal jauh, 9-21, pada awal laga. Hujan tembakan tiga poin dari Hangtuah, terutama guard veteran Oki Wira Sanjaya, sempat menyulitkan mereka. Untungnya, Abraham dan rekan-rekan bisa mulai bangkit dan menipiskan jarak pada akhir kuarter, 17-21.
Ketinggalan pada kuarter pertama tidak terulang lagi. Pada kuarter-kuarter berikutnya, Prawira mengambil alih permainan lewat dominasi di area dalam. Prawira pun perlahan-lahan menjauhkan keunggulan.
Meski kalah, guard muda Hangtuah, Abraham Wenas, tampil menjanjikan dengan 20 poin. ”Musim ini saya lebih disuruh banyak nembak sama pelatih. Jadi saya manfaatkan itu dengan baik,” ujarnya.
Dengan hasil ini, Prawira memulai musim baru dengan rekor 100 persen (2-0). Sebaliknya, Hangtuah belum pernah merasakan kemenangan sekalipun dalam dua kali berlaga di ”gelembung”.