Laga pembuka IBL berakhir dengan skor rendah. Namun, hal itu tidak mengurangi antusiasme penonton dari kanal Youtube, yang sukses menembus rekor baru IBL.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Laga pembuka IBL musim 2021 antara Indonesia Patriots dan NSH Mountain Gold Timika berlangsung antiklimaks. Meskipun pebasket dari kedua tim bermain dengan intensitas sangat tinggi, mereka dibayangi rasa grogi karena lama tidak berkompetisi. Hujan turnover dan rendahnya akurasi lemparan jadi tontonan sepanjang laga.
IBL akhirnya memulai musim baru seusai absen setahun penuh. Musim 2021 dibuka dengan kemenangan Patriots atas NSH dalam laga berskor rendah, 55-44, Rabu (10/3/2021), di ”gelembung” Cisarua, Bogor. Kemenangan Patriots diinspirasi oleh duo guard Hendrick Yonga (13 poin dan 3 asis) serta Yudha Saputera (10 poin dan 3 asis).
Laga berlangsung sangat ketat sejak awal. Baik Patriots maupun NSH sama-sama berusaha keras mencetak poin. Namun, mereka sering kali gagal memanfaatkan peluang dari lemparan terbuka tanpa penjagaan.
Mungkin, dari saya sendiri, ada rasa nervous karena ini pertandingan pertama. Apalagi sudah lama tidak main (di kompetisi) sejak 2020. Biasanya kami hanya latihan dan uji coba. Atmosfernya tentu berbeda.
”Mungkin, dari saya sendiri, ada rasa nervous karena ini pertandingan pertama. Apalagi sudah lama tidak main (di kompetisi) sejak 2020. Biasanya kami hanya latihan dan uji coba. Atmosfernya tentu berbeda. Kami harus biasakan lagi,” kata pemain andalan Patriots, Muhamad Arighi.
Akurasi lemparan Patriots hanya 32 persen (17-43), sedangkan NSH lebih buruk lagi dengan 29 persen (14-47). Dari banyaknya lemparan tersebut, mayoritas kedua tim menembak dari tiga poin.
Mirisnya, akurasi lemparan tiga poin mereka sangat buruk. NSH hanya memasukkan 2 kali dari 25 percobaan (8 persen), sementara Patriots sedikit lebih baik, 5 kali dari 24 percobaan (20 persen). Perbedaan tipis inilah yang memenangkan Patriots.
Tidak hanya membuang peluang dari tembakan terbuka, hujan turnover juga menjadi tontonan dalam laga ini. Kedua tim total mengombinasikan 46 turnover, NSH (21 kali) dan Patriots (25 kali). Padahal, penguasaan bola seharusnya bisa dikonversi jadi poin.
Pebasket naturalisasi lokal NSH, Ebrahim Enguio Lopez, menilai timnya masih sangat gugup dalam laga pembuka. Salah satu faktor adalah banyaknya pemain muda dalam skuad asuhan AF Rinaldo tersebut. Hanya 4 dari 12 pemain di lapangan yang merupakan pebasket veteran. Sisanya pemain muda.
”Pastinya kami harus mengurangi jumlah turnover. Ini baru laga pertama kami, jadi masih harus banyak adaptasi lagi. Sebab, kebanyakan di antara kami merupakan pemain belum berpengalaman. Jadi, turnover sangat bisa terjadi,” ucap pemain yang kerap disapa Biboy tersebut.
Biboy yang turun dari bangku cadangan pun tidak menampilkan performa terbaiknya. Dia menghasilkan 6 poin dan 6 rebound, tetapi juga menyumbang 7 turnover atau yang terbanyak di antara pemain lain.
”Kondisi saya masih tidak baik. Baru saja diisolasi 20 hari (setelah Covid-19), hari ini langsung main lagi. Performa belum keluar. Apalagi, kadang saya harus main di posisi 4 atau 5 karena tim tidak punya pemain besar. Biasanya saya bermain di posisi 3 (small forward),” tambah Biboy yang menjalani debut bersama NSH setelah tidak tampil lima tahun di kompetisi nasional.
Patriots memulai agak lambat di kuarter pertama. Para pemain muda mereka kurang mengalir dan terlalu banyak melakukan pelanggaran. NSH sempat mengambil keuntungan dari lemparan bebas.
Meski begitu, skuad asuhan Youbel Sondakh ini bisa unggul pada akhir kuarter, 15-13, lewat penampilan istimewa Hendrick Yonga lewat sumbangan tujuh poin dari bangku cadangan. Jalannya pertandingan tidak banyak berubah di kuarter kedua. Patriots menyudahi paruh pertama dengan menebalkan keunggulan, 26-20.
Setelah kembali dari ruang ganti, NSH mulai menemukan kepercayaan diri. Setelah 14 kali beruntun gagal memasukkan lemparan tiga poin, guard Andre Rorimpandey dan center Randika Aprilian sukses mengeksekusi tembakan jauh. Alhasil, kuarter ketiga berakhir sama kuat, 35-35.
Di kuarter pamungkas, NSH sempat meneruskan momentum dari kuarter sebelumnya. Mereka unggul empat poin di awal kuarter. Namun, momentum mereka berakhir karena Randika dan Hengki Infandi diganti. Kedua pemain yang menjadi motor agresivitas tim terpaksa keluar sementara karena sudah menerima empat kali pelanggaran.
Kehilangan tersebut dimanfaatkan oleh Patriots. Arighi dan rekan-rekan langsung berbalik unggul. Mereka unggul dua digit langsung lewat tembakan beruntun dari Yudha yang menghasilkan tujuh poin. Perlahan, NSH pun kehilangan intensitas karena sudah tertinggal terlalu jauh.
Randika menjadi pemain terbaik NSH dengan sumbangan 10 poin, 6 rebound, dan 3 asis. Akurasi lemparan pemain setinggi 1,92 meter ini lebih baik dari rata-rata tim, mencapai 30 persen.
Skor rendah dalam laga ini sama sekali tidak mengurangi antusiasme penonton virtual. Siaran yang ditayangkan dari kanal Youtube ini sempat menembus angka 20.000 penonton. Jumlah penonton sebanyak itu biasanya tidak pernah terjadi dalam musim reguler IBL.
”Antusiasmenya sangat baik. Ini menandakan, seperti yang kita yakini, fans IBL tidak hilang meski tidak ada penonton di lapangan. Terbukti justru penonton lebih banyak. Itu adalah angka puncak yang belum terjadi sebelumnya,” kata Direktur Utama IBL Junas Miradiarsyah.