”Gelembung” IBL di Cisarua memperhatikan dua aspek penting dalam satu waktu, seperti cerita gelembung NBA di Walt Disney World Resort pada ”playoff” 2020. Aspek itu adalah kesehatan dan psikologis orang di dalamnya.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·5 menit baca
Tepat dua bulan lalu, pebasket Liga Bola Basket Indonesia (IBL) Andakara Prastawa merasa agak khawatir. Bintang klub Pelita Jaya ini gamang karena akan menjalani karantina sebulan lebih dalam ”gelembung” di Mahaka Square, Kelapa Gading, Jakarta. Tanpa hiburan dan fasilitas cukup, karantina ditakutkan menghantam psikologis pemain.
”Lebih concern ke psikisnya pemain karena kita sebulan di bubble, cuma hotel dan lapangan nanti. Kalau NBA di Disney, kan, berbeda fasilitasnya. Misal ada tempat buat bermain. Beberapa pemain sempat membahas ini, bagaimana setidaknya agar ada hiburan,” kata guard andalan tim nasional itu.
Beberapa hari setelah wawancara, rencana IBL memulai kompetisi pada 15 Januari 2021 dibatalkan. Pembatalan ini jadi musibah sekaligus berkah dari sisi lain. Karena rencana di Mahaka Square dua kali batal akibat terkendala izin, IBL memulai agenda baru untuk mencari lokasi alternatif di luar Jakarta.
Hasilnya, muncul Robinson Cisarua Resort, yang berada di Kabupaten Bogor. Penginapan seluas 3 hektar ini, dengan berbagai pertimbangan, resmi dijadikan lokasi ”gelembung” baru IBL. Setelah absen setahun penuh, IBL akan memulai fase pertama musim baru di Cisarua, Bogor, pada 10 Maret-10 April.
Fasilitas Robinson Resort, sebagai tempat liburan, jauh lebih lengkap dari Mahaka Square. Di dalamnya tidak hanya ada lapangan bola basket standar FIBA. Fasilitas hiburan juga lengkap, seperti lapangan futsal, bulu tangkis, kolam renang, hingga ruang karaoke. Semua fasilitas juga dilengkapi udara sejuk khas Cisarua.
Jelas, Robinson bukan dan tidak selengkap Disney. Namun, ini merupakan wujud Disney terbaik yang bisa dihadirkan di dalam negeri. ”Sudah cukuplah (fasilitasnya). Kami butuh tempat yang fresh. Di sana ada pemandangan bagus, bisa berenang, memancing, banyak aktivitas untuk pemain. Di Kelapa Gading, kan, keluar masuk hanya menatap tembok lagi,” kata manajer klub IBL Amartha Hangtuah Ferri Jufry.
Problem psikologis ini akan sangat krusial menentukan performa pemain. Rasa frustrasi membayangi pemain karena harus dikurung dalam karantina. Pada fase pertama, misalnya, mereka tidak bisa bertemu keluarga dan kerabat selama 32 hari.
Ditambah lagi, setiap tim akan dihadapkan dengan jadwal sangat padat. Mereka bertanding sebanyak empat kali per minggu. ”Kebayang, kan, kalau istirahat dan suasana tidak bagus. Nanti jadinya seperti apa para pemain ini,” ucap Ferri.
Mahaka Square masih akan digunakan musim ini. Namun, penyelenggaraannya hanya untuk fase kedua atau playoff, 23 Mei-6 Juni. Rentang waktunya lebih pendek. Jumlah tim pun lebih sedikit karena sudah memasuki babak playoff.
Sebab itu, fase pertama di Cisarua memang paling penting dalam hal mengantisipasi kondisi psikologis peserta. Apalagi, fase tersebut akan menjadi adaptasi baru bagi mereka berkompetisi di tengah pandemi.
Kami butuh tempat yang fresh. Di sana ada pemandangan bagus, bisa berenang, memancing, banyak aktivitas untuk pemain. Di Kelapa Gading, kan, keluar masuk hanya menatap tembok lagi.
Bagi pemain Satria Muda M Sandy Ibrahim, kompetisi musim ini memang tidak ideal. Selain karantina, mereka juga akan bermain tanpa penonton. Namun, dengan fasilitas lengkap di gelembung Cisarua, dia merasa akan sangat terbantu.
”Bisa membantulah. Kayak mengisi waktu luang. Karena seminggu saja bosan kalau tidak bisa ke mana-mana. Namun, kami kan belum ngerasain dan berada di situasi itu. Semoga saja tidak sampai terkekang, apalagi stres,” tutur Sandy.
Merasakan Disney
Kondisi psikologis memang penting, tetapi lebih penting lagi adalah kesehatan seluruh peserta. Berkaca dari gelembung NBA di Disney World Orlando, mereka berhasil mengeksekusi dua faktor tersebut nyaris sempurna.
Karena itu, IBL sudah mempersiapkan protokol kesehatan yang sangat ketat dalam gelembung. Seluruh 474 orang yang terlibat, mulai dari pemain, ofisial, wasit, hingga petugas pelayanan, tidak akan bisa lagi mengakses dunia luar hingga fase berakhir.
Salah satu contoh ketatnya karantina bisa dilihat dari peraturan terhadap petugas pelayanan. Para pekerja, mulai dari tukang masak, cuci, dan bersih-bersih lapangan, semua akan menetap dalam gelembung.
Bahkan, bahan mentah untuk konsumsi tidak dibeli langsung oleh tukang masak. IBL sudah menyiapkan seseorang di luar untuk berbelanja. Bahan itu kemudian akan dititipkan di konter logistik. Dalam situasi ini, tidak ada kontak antara pembeli bahan dan tukang masak.
Semua orang dalam gelembung juga akan diawasi ketat. Setidaknya terdapat 150 pengawas yang diambil dari perwakilan pemain, ofisial, wasit, dan panitia. Artinya, akan ada satu pengawas untuk setiap tiga orang.
Keberadaan pengawas ini sangat krusial. Mereka akan menjaga agar protokol kesehatan tetap dipatuhi. Jika dilanggar, IBL sudah menyiapkan berbagai hukuman. Dari denda uang sampai dikeluarkan dari gelembung.
Deteksi dini
Deteksi dini juga dilakukan untuk terhindar dari kasus positif Covid-19. Sebelum masuk gelembung, semua yang terlibat harus menjalani tiga kali tes usap PCR. Dalam setiap seri, atau setiap minggu, juga akan ada tes usap PCR rutin. Jika ada yang positif, pemain langsung diisolasi dan ditangani Satgas Covid-19 IBL.
Menurut Direktur IBL Junas Miradiarsyah, semua upaya dilakukan untuk membuktikan sistem gelembung paling cocok diterapkan saat ini. Pembuktian ini sangat penting agar bisa membuka jalan bagi kompetisi dari cabang lain. Karena bola basket menjadi cabang olahraga pertama di Indonesia yang memutar kembali kompetisi profesional di tengah pandemi.
”Gelembung ini mengurangi mobilitas. Di tengah pandemi, kan, kuncinya bagaimana olahraga bisa jalan, tetapi mengurangi mobilitasnya. Biaya juga relatif rendah karena kita menghilangkan elemen biaya transportasi antarkota. Dengan gelembung, semua hanya berlaga di satu tempat. Yang paling berat hanya di biaya menunjang protokol kesehatan,” papar Junas.
Pada akhirnya, IBL berharap menghadirkan akhir kisah yang sama seperti gelembung Disney, yaitu sukses berkompetisi tanpa memunculkan kluster baru pandemi. Tanda tanya di gelembung Cisarua ini akan terjawab dalam sebulan ke depan. Kisah manis sangat dinanti seluruh pelaku industri olahraga.