Skandal ”Buzzer”, CEO dan Mantan Presiden Barcelona FC Ditahan
Barcelona FC diterpa gonjang-ganjing skandal dugaan penyimpangan dana untuk penggunaan ”buzzer” sebagai upaya kampanye kotor. Akibatnya, selain mantan presiden Josep Bartomeu, CEO Barca Oscar Grau juga ditahan polisi.
Oleh
Yulvianus Harjono
·3 menit baca
BARCELONA, SENIN — Klub sepak bola terkaya sejagat, Barcelona FC, kian terjerat krisis mendalam menyusul penangkapan sejumlah pejabat teras mereka oleh Kepolisian Catalunya, Senin (1/3/2021). CEO Barcelona Oscar Grau dan mantan presiden klub, Josep Maria Bartomeu, ditahan polisi akibat skandal dugaan penyelewengan dana dalam penggunaan buzzer di sosial media.
Seperti diberitakan media ternama Spanyol, Marca, Kepolisian Catalunya telah menggeledah kantor manajemen Barca di Camp Nou, Senin. Bersamaan dengan penggeledahan itu, pasukan polisi yang dinamai Mossos d\'Esquadra itu langsung menahan tiga tokoh Barca. Selain Grau dan Bartomeu, polisi juga menahan Kepala Divisi Hukum Barca Roman Gomez Ponti.
Media Spanyol lainnya, RAC1, bahkan mengungkap tambahan satu pejabat lainnya yang ikut dibawa polisi, yaitu Jaumme Masferer. Ia adalah mantan direktur klub Barca di era Bartomeu.
Penangkapan para pejabat dan tokoh penting Barca itu diduga kuat terkait skandal Barcagate yang sempat muncul ke permukaan pada Februari tahun lalu. Skandal itu terkait pemanfaatan buzzer yang diduga dikelola khusus oleh I3 Ventures, perusahaan kehumasan, yang disewa khusus oleh Bartomeu.
Memoles citra
Berbeda dengan perusahaan kehumasan lainnya, I3 Ventures sangatlah agresif dalam membangun dan memoles citra Bartomeu, pengusaha yang enam tahun lamanya mengendalikan Barca (2014-2020). Agresivitas pencitraan itu terlihat dari pemakaian buzzer di sosial media, khususnya Facebook, guna menyerang para pihak yang berseberangan dengan Bartomeu.
Sejumlah pihak telah menjadi korban dari kampanye kotor Bartomeu untuk mempertahankan kekuasaan sekaligus melawan para tokoh oposannya di Camp Nou. Mereka, antara lain, Xavi Hernandez, Gerard Pique, Pep Guardiola, Joan Laporta, hingga Lionel Messi.
Selain klub sepak bola terkaya sejagat, Barcelona juga memiliki pengaruh kuat di ranah dunia maya. Total pengikut mereka di sosial media, seperti diungkapkan 90min, adalah 248 juta orang. Angka yang setara populasi penduduk Indonesia itu hanya kalah dari Real Madrid, yaitu dengan 255 juta pengikut.
Menurut sejumlah laporan, I3 Ventures mengelola hampir 100 akun Facebook dan Twitter. Mereka akan menyerang siapa pun, tidak terkecuali Messi, jika dianggap mengancam pemerintahan Bartomeu. Messi pun sempat disudutkan sosial media terkait kebisuannya dan keputusannya untuk tidak memperpanjang kontrak di Barca, tahun lalu.
Sejumlah pihak telah menjadi korban dari kampanye kotor Bartomeu untuk mempertahankan kekuasaan sekaligus melawan para tokoh oposannya di Camp Nou. Mereka, antara lain, Xavi Hernandez, Gerard Pique, Pep Guardiola, Joan Laporta, hingga Lionel Messi.
Pemerintahan Bartomeu diduga menutup-nutupi pemanfaatan buzzer yang juga diduga mengakibatkan pembengkakan biaya pengelolaan klub itu. Biaya yang membengkak itu diyakini menjadi jalan masuk polisi untuk menahan para pejabat Barca. Mereka diduga melakukan korupsi sistemik meskipun hasil audit dari PricewaterhouseCoopers sebelumnya tidak menunjukkan indikasi itu.
Dana pemerintah
Berbeda dengan klub-klub lainnya di dunia, termasuk Eropa, klub-klub raksasa di Spanyol, termasuk Barca, tidaklah sepenuhnya berupa entitas bisnis. Mereka merupakan entitas komunitas (yayasan) yang juga didanai pemerintah lokal, bahkan pusat.
Sebagai contoh, Barca dan Real Madrid pernah terang-terangan meminta bantuan dana subsidi dari Pemerintah Spanyol senilai 200 juta euro atau Rp 3,4 triliun untuk menutupi kerugian akibat pandemi Covid-19 setahun terakhir. Namun, praktik kucuran dana pemerintah itu bertentangan dengan aturan Uni Eropa.
Praktik di Spanyol itu dianggap tidak adil bagi klub-klub lainnya. Tidak heran, klub seperti Barcelona dan Real Madrid kini menempati posisi dua teratas klub terkaya sejagat. Nilai valuasi kekayaan masing-masing klub itu, mengacu riset Forbes pada 2020, adalah 4,2 miliar euro atau setara Rp 72 triliun. Adapun tim terkaya ketiga dunia, Manchester United, memiliki valuasi 3,8 miliar euro atau Rp 65 triliun.
Terlepas dari tingginya valuasi itu, Barca kini tengah diterpa krisis finansial. Akibat pandemi Covid-19, Marca menyebutkan, kondisi keuangan Barca saat ini seperti ”lubang hitam”. Nilai utang mereka saat ini mencapai total 1,173 miliar euro atau Rp 18 triliun.
Berbagai elemen krisis dan persoalan yang menerpa Barca itu menjadi tantangan bagi presiden baru Barca untuk menggantikan Bartomeu yang mundur akhir Oktober 2020 lalu. Adapun pemilihan presiden baru Barca akan digelar pada 7 Maret 2021 atau kurang dari sepekan mendatang.