Bertanding melawan nama besar, seperti Rafael Nadal, Roger Federer, dan Serena Williams di arena Grand Slam menjadi berkah yang sulit terulang. Para petenis muda menjadikan pertandingan itu untuk menimba pengalaman.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·3 menit baca
Berhadapan dengan para bintang besar di ajang Grand Slam seperti menjadi ”mission impossible” untuk memenanginya. Di sisi lain, bertanding melawan nama-nama, seperti Rafael Nadal, Roger Federer, dan Serena Williams, pada panggung terbesar kompetisi tenis menjadi berkah yang sulit terulang.
Mendengar nama Nadal, yang dihadapinya pada babak ketiga, sangat mengintimidasi bagi petenis Inggris, Cameroon Norrie. Namun, di balik itu, Norrie tak dapat menutupi antusiasme juga kekagumannya pada peraih 20 gelar Grand Slam tersebut.
Norrie, petenis kelahiran Johannesburg, Afrika Selatan, akhirnya kalah 5-7, 2-6, 5-7 pada pertandingan yang berlangsung Sabtu (13/2/2021) malam. Namun, petenis peringkat ke-69 dunia itu setidaknya bisa memberi perlawanan ketat kepada Nadal, juara Australia Terbuka 2009.
Dengan bekal hanya enam kali menang di ajang Grand Slam sebelum bertemu Nadal, Norrie mendapat pengalaman berlipat yang jarang didapat, yaitu bertemu idolanya sekaligus tampil di lapangan terbesar kompleks Melbourne Park, Rod Laver Arena.
”Menyenangkan bisa bertemu Rafa,” ujar Norrie yang menyebut Nadal sebagai salah satu legenda.
Michael Mmoh, petenis AS peringkat ke-177 dunia, mendapat kesempatan yang sama. Dia bertemu Nadal pada babak kedua. Mmoh kalah 1-6, 4-6, 2-6, tetapi menyebut pertemuan itu sebagai mimpi yang menjadi kenyataan.
Rafa adalah petenis yang selalu saya tonton, mungkin sejak saya kecil. Saya tidak bisa lebih bahagia dari ini karena mimpi saya bertemu dengannya terwujud.
”Rafa adalah petenis yang selalu saya tonton, mungkin sejak saya kecil. Saya tidak bisa lebih bahagia dari ini karena mimpi saya bertemu dengannya terwujud,” ujar petenis berusia 23 tahun yang tampil sejak babak kualifikasi itu.
Casper Ruud, yang untuk pertama kali tampil pada babak keempat Grand Slam, punya pengalaman yang tak akan pernah dilupakan. Petenis 22 tahun yang masih tampil dalam turnaen ATP Challenger hingga 2019 itu bertemu Roger Federer pada babak ketiga Perancis Terbuka 2019. Sayangnya, maestro tenis asal Swiss itu tak tampil di Melbourne Park kali ini karena cedera lutut kanan.
”Itu adalah lawan terberat untuk babak ketiga. Roger adalah petenis terbesar di antara semuanya. Sempat berpikir kemungkinan menang. Namun, melawan petenis seperti Roger, saya hanya ingin mendapat pengalaman,” ujar Ruud yang kalah 3-6, 1-6, 6-7 (8).
Pengalaman itu pula yang membawa remaja Rusia, Anastasia Potapova, tampil lebih baik ketika untuk kedua kalinya bertemu Serena Williams. Potapova, juara Wimbledon yunior 2016, kalah dari Serena pada babak ketiga, 6-7 (5), 2-6. Namun, penampilannya lebih baik dibandingkan dengan kekalahan pada babak pertama di ajang yang sama tahun lalu. Saat itu, dia kalah 0-6, 3-6.
”Kali ini berbeda dengan tahun lalu. Saya tak lagi panik karena sudah punya pengalaman. Jadi, saya mencoba rileks,” ujar Potapova yang bahkan belum lahir ketika Serena meraih gelar pertamanya di ajang Grand Slam, Amerika Serikat Terbuka 1999. Potapova lahir pada 30 Maret 2001.
Nina Stojanovic, petenis Serbia berperingkat ke-99 dunia, juga, berkesempatan bertemu Serena, pemilik 23 gelar Grand Slam, tujuh di antaranya dari Australia Terbuka. Dia pun histeris ketika pelatih memberi tahu peluang pertemuan itu sebelum turnamen. Stojanovic tak mengetahui calon lawan-lawannya, kecuali pada babak pertama, karena memiliki kebiasaan tak melihat undian.
”Pelatih bertanya kepada saya: ’Jika menang, kamu tahu siapa yang akan menjadi lawanmu pada babak kedua?’ Saya tanya, ’Siapa?’ Dia bilang, ’Serena’,” tuturnya.
”Seketika itu pula saya histeris, ’Apa? Benarkah? Itu benar-benar akan terjadi?’. Bagi saya, latihan bertahun-tahun adalah untuk bertemu Serena. Saya menyukai permainannya, sangat mengaguminya,” lanjut Stojanovic yang akhirnya lolos ke babak kedua Grand Slam untuk pertama kali dan bertemu Serena.
Stojanovic akhirnya kalah, 3-6, 0-6, dalam waktu 1 jam 9 menit. Namun, dia masih bisa tersenyum setelah pertandingan. ”Saya sangat menikmatinya meski kalah,” katanya. (AP)