Dominasi Bayern Muenchen selama 2020 disempurnakan dengan raihan trofi Piala Dunia Antarklub. Hans-Dieter Flick berhasil menghadirkan tim terbaik dalam 120 tahun Bayern yang telah identik dengan prestasi.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
AL RAYYAN, JUMAT — Bayern Muenchen telah melawan kemustahilan dengan menghadirkan dominasi yang tidak bisa ditandingi di Jerman, Eropa, dan dunia pada masa pandemi Covid-19. Menyapu bersih enam trofi selama 2020 menjadikan Bayern masuk dalam daftar keabadian sejarah sepak bola dunia.
Sebagai penyempurna, Bayern menaklukkan Tigres UANL, 1-0, pada laga final Piala Dunia Antarklub 2020 di Stadion Education City, Qatar, Jumat (12/2/2021). Secara total, Bayern meraih trofi Liga Jerman, Piala Liga Jerman, Liga Champions, Piala Super Jerman, Piala Super Eropa, dan Piala Dunia Antarklub dalam 271 hari atau sekitar delapan bulan.
Khusus untuk Piala Dunia Antarklub, Bayern telah mengoleksi empat titel. Sebelum edisi 2020, Bayern membawa pulang trofi itu pada 2013. Kemudian, dua gelar lainnya diraih ketika turnamen itu masih dinamakan Piala Kontinental pada edisi 1976 dan 2001.
Jalan Bayern untuk meraih enam trofi atau sextuple tidak mudah. Di musim 2020, Bayern telah menjalani 32 laga dalam 132 hari atau bertanding setiap 4,1 hari. Durasi laga itu lebih singkat dibandingkan saat Barcelona lebih dulu menyegel sextuple pada 2009. Selama 2009, Barca rata-rata menjalani pertandingan setiap 4,6 hari.
Selain jarak pertandingan yang relatif lebih singkat, Bayern juga harus menyesuaikan diri dengan pandemi Covid-19. Di era pandemi ini, penyebaran virus Covid-19 mengancam seluruh pemain setiap waktu, serta pertandingan ”hantu” yang harus dijalani karena stadion tidak bisa dihadiri para penonton.
Menurut Pelatih Bayern Hans-Dieter Flick, raihan enam gelar dalam satu tahun adalah musim terbaik selama klub yang telah berdiri selama 120 tahun itu. Ia mengungkapkan, seluruh pemainnya tidak bisa mengelak dari rasa lelah yang telah dialami karena menjalani laga yang super padat sejak liga bergulir di masa pandemi, Mei lalu.
”Kami memiliki mentalitas luar biasa di lapangan yang menjadi bekal untuk meraih sejarah baru ini. Dengan sikap mental itu, seluruh pemain terus berjuang keras meskipun beberapa dari mereka telah mencapai batas (fisik),” ucap Flick dilansir Bild, Jumat (12/2/2021).
Gelandang Bayern, Joshua Kimmich, menambahkan, raihan sextuple adalah buah dari kerja keras seluruh pemain, pelatih, dan anggota manajemen dalam satu tahun terakhir. Meskipun tidak mudah, kata Kimmich, keberhasilan ini menghadirkan kepuasan bagi seluruh pihak di klub berjuluk ”Die Roten” itu.
Kami berjuang keras untuk mendapatkan satu demi satu trofi. Keberhasilan ini adalah hasil dari kerja keras kami terhadap detail kecil selama sesi latihan dan pertandingan.
”Kami berjuang keras untuk mendapatkan satu demi satu trofi. Keberhasilan ini adalah hasil dari kerja keras kami terhadap detail kecil selama sesi latihan dan pertandingan,” kata Kimmich, yang baru merayakan ulang tahun ke-26 pada 8 Februari lalu.
Pelatih Manchester City Pep Guardiola pun memberikan selamat kepada Bayern. Menurut Guardiola, skuad Bayern di tahun perdana dilatih Flick pantas dicatat dalam buku sejarah sepak bola dunia sebagai salah satu tim terbaik sepanjang masa. Guardiola pun telah merasakan prestasi yang didapatkan Flick di tahun pertamanya melatih Barcelona pada 2009.
”Sepertinya saya akan menghubungi (Lionel) Messi dan tim Barca pada 2009 untuk berhadapan dengan tim Flick ini. Kedua tim bisa bertarung untuk memperebutkan gelar ketujuh,” ucap Guardiola berkelakar dalam video yang diunggah laman resmi Bayern. Guardiola pun pernah menjadi arsitek ”Die Roten” pada 2013 hingga 2016.
Kepemimpinan Lewandowski
Di atas lapangan, Bayern memang tak kenal menyerah. Meskipun butuh 19 tembakan untuk mencetak sebuah gol lewat tendangan bek sayap Benjamin Pavard di menit ke-59, hal itu tidak menyurutkan semangat pemain untuk terus menekan Tigres.
Hasilnya, Tigres dibuat tidak berdaya karena hanya mencetak tiga tembakan selama 90 menit. Padahal, di dua laga sebelumnya pada ajang itu saat berhadapan dengan Ulsan Hyundai dan Palmeiras, Tigres rata-rata melakukan 10,5 tembakan.
Salah satu sosok utama bagi keberhasilan Bayern pada 2020 ini ialah sang penyerang, Robert Lewandowski. Dalam laga melawan Tigres, Bayern harus kehilangan dua pemain senior, yaitu Thomas Mueller yang menderita Covid-19 dan Jerome Boateng yang memiliki masalah personal.
Alhasil, Lewandowski berbagi peran dengan Manuel Neuer untuk memimpin skuad muda Bayern yang rata-rata berusia 25,9 tahun. Lewandowski menjadi sosok pemimpin di lini serang, sedangkan Neuer memegang komando untuk lini pertahanan.
Lewandowski pun mengungkapkan, satu gol Bayern di laga final itu tercipta berkat masukannya kepada para pemain sayap Bayern.
”Ketika turun minum, saya meminta kepada rekan setim untuk banyak melakukan umpan silang karena bek mereka sering membuat ruang di kotak penalti. Gol itu pun berawal dari umpan silang pertama yang kami lakukan di laga itu,” kata Lewandowski, seperti dikutip Kicker. Penyerang asal Polandia itu pun dinobatkan sebagai pemain terbaik Piala Dunia Antarklub 2020.
Bagi Pemimpin Redaksi Kicker Karlheinz Wild, hegemoni Bayern selama 2020 tidak perlu diragukan lagi. Dari seluruh kompetisi, lanjut Wild, Die Roten selalu menunjukkan dominasi yang tidak bisa ditandingi tim lain. Di Liga Jerman, misalnya, Bayern unggul 13 poin dan 25 gol dari peringkat kedua Borussia Dortmund. Kemudian, Bayern menjadi tim pertama yang mengakhiri satu musim Liga Champions dengan selalu meraih tiga poin.
”Bayern adalah sebuah tim juara yang logis dan pantas meraih trofi selama 2020. Menutup tahun yang fantastis dengan gelar Piala Dunia Antarklub adalah momen momen terbaik karena ajang itu diikuti kumpulan para penguasa dari seluruh zona di bumi,” tulis Wild dalam kolom di Kicker edisi Jumat.
Pelatih Tigres Ricardo Ferretti menyatakan, permainan menekan Bayern membuat anak asuhannya amat menderita di sepanjang laga sehingga gagal menampilkan permainan menyerang seperti di dua laga sebelumnya. Selain itu, meskipun bertahan dengan baik, kata Ferretti, pemain Bayern juga mampu memanfaatkan ruang kecil di lini pertahanan Tigres untuk menghadirkan ancaman di kotak penalti.
”Kekalahan memang selalu menyakitkan, tetapi kami harus mengakui bahwa Bayern jauh lebih baik dibandingkan kami,” ujar Ferretti, dilansir laman FIFA.