Akibat lama absen di turnamen internasional, sejumlah atlet bulu tangkis nasional mengalami kesulitan, bahkan tersingkir, di babak awal Thailand Terbuka. Peta kekuatan persaingan pun berubah, ibarat dimulai dari nol.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
BANGKOK, SELASA — Meski program latihan tidak terputus selama vakumnya turnamen 10 bulan terakhir, para atlet bulu tangkis Indonesia kesulitan menjalani laga perdananya di Yonex Thailand Terbuka, Selasa (12/1/2021). Semua peserta di Thailand kini start dari posisi setara dan peluang yang sama.
Mayoritas atlet, termasuk dari Indonesia, dipaksa melewati laga dengan tiga gim atau dua gim dengan selisih skor ketat. Para unggulan pun tidak terelakkan dari kekalahan.
Ganda campuran Indonesia, Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja, misalnya, langsung tersingkir. Pasangan yang ditempatkan sebagai unggulan keenam itu dikalahkan pasangan India, Satwiksairaj Rankireddy/Ashwini Ponnappa, 11-21, 29-27, 16-21. Unggulan keenam tunggal putri, Pusarla V Sindhu (India), juga tersingkir setelah dikalahkan Mia Blichfeldt (Denmark), 21-16, 24-26, 13-21.
Wakil-wakil Indonesia lainnya, seperti tunggal putra Jonatan Christie dan Anthony Sinisuka Ginting, harus susah payah melewati tiga gim untuk bisa menang. Jonatan mengalahkan Loh Kean Yew (Singapura), 13-21, 21-10, 21-16, sementara Anthony menyingkirkan Heo Kwang-hee (Korea Selatan), 21-15, 11-21, 21-16.
Sempat tegang
Adapun ganda putra Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto harus menggagalkan dua kali match point Nipithon Puangphuapet/Tanupat Viriyangkura (Thailand) untuk menang, 17-21, 21-16, 22-20.
”Lama tidak bertanding memang terasa beda. Awal-awal terasa sedikit tegang. Tetapi, saya berusaha tidak terbawa tegang terus-menerus dengan semangat tidak mau kalah dan tampil mati-matian,” ujar Jonatan seusai laga itu.
Saya mengingatkan ke pemain, hampir setahun tidak ada turnamen. Peta kekuatan bisa berubah. Ibaratnya, semua memulai dari nol lagi.
Tunggal putra unggulan keenam itu terakhir kali tampil pada babak pertama All England, Maret 2020. Setelah itu, pandemi Covid-19 membuat semua turnamen dihentikan.
Pada Oktober lalu sempat diselenggarakan satu dari tiga turnamen yang direncanakan digelar, yaitu Denmark Terbuka. Namun, Indonesia tak ikut ambil bagian dalam kejuaraan itu.
Maka, Thailand Terbuka yang berlevel BWF Super 1000, pekan ini, menjadi panggung kompetisi pertama Jonatan dan kawan-kawan sejak All England, 10 bulan lalu. Meski latihan yang diselingi turnamen internal di pelatnas bulu tangkis, Cipayung, Jakarta, tak berhenti selama masa pandemi Covid-19, kompetisi internasional adalah hal berbeda yang butuh penyesuaian kembali.
”Saya mengingatkan ke pemain, hampir setahun tidak ada turnamen. Peta kekuatan bisa berubah. Ibaratnya, semua memulai dari nol lagi,” ujar asisten pelatih ganda campuran, Nova Widhianto, yang mendampingi Hafiz/Gloria di Bangkok.
Dalam situasi pandemi yang belum terkontrol, asisten pelatih tunggal putra, Irwansyah, ingin melihat kemampuan Jonatan dan kawan-kawan menghadapi situasi baru dalam turnamen. Untuk meminimalkan penyebaran virus, tiga turnamen yang digelar di Bangkok dalam waktu tiga pekan beruntun diselenggarakan di dalam ”gelembung” dengan protokol kesehatan yang ketat.
Para atlet dan ofisial diwajibkan menjalani karantina sekitar sepekan sebelum bertanding. Ruang gerak mereka pun dibatasi, hanya di area hotel dan tempat berlaga. Selain itu, mereka harus melakukan tes usap Covid-19 setiap 3-4 hari sekali.
”Pemain tidak terbiasa dengan situasi seperti ini. Biasanya, saat menghadapi turnamen, mereka harus berada dalam kondisi rileks. Di sini, justru terkekang demi keselamatan. Jadi, saya pun berharap mereka menghadapinya dengan rileks dan tampil maksimal. Meski demikian, melihat dari persiapan, seharusnya ada tunggal putra Indonesia yang bisa tampil di final,” tutur Irwansyah.
Yonex Thailand Terbuka adalah salah satu dari tiga turnamen tunda yang gagal digelar tahun lalu karena pandemi. Pekan depan, akan ada Toyota Thailand Terbuka yang juga berkategori BWF Super 1000.
Rangkaian kejuaraan dalam ”gelembung” Thailand ditutup oleh Final BWF World Tour, 27-31 Januari, yang diikuti delapan pemain berperingkat tertinggi dari tiap-tiap nomor.
Sementara itu, tim India sempat dikategorikan berisiko tinggi oleh otoritas kesehatan di Thailand menyusul hasil tes Saina Nehwal yang positif Covid-19, Senin. Ia sempat dikarantina di rumah sakit.
Meski demikian, pemain India yang mendapat hasil negatif tetap diperbolehkan berlaga, seperti Rankireddy/Ponnappa, Sai Praneeth, dan Sindhu. Mereka tampil kemarin, tetapi tidak boleh didampingi pelatih, manajer, dan anggota tim lainnya. Adapun Nehwal, yang sempat dinyatakan kalah walkover (WO) dari Kisona Selvaduray (Malaysia), diizinkan tampil pada laga itu, Rabu ini.
Dalam siaran persnya, semalam, Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) menjelaskan, hasil tes usap dan antibodi pada Nehwal masih positif Covid-19. Namun, bukan berarti dia baru tertular atau bisa menularkan virus korona baru ke orang lain. Nehwal dan pemain India lainnya, HS Prannoy, telah pulih dari Covid-19, akhir 2020.
Hal sama dialami Jones Jansen (Jerman) yang hasil tesnya juga positif. ”Ketiganya (Nehwal, Prannoy, dan Jansen) tidak membahayakan turnamen,” tulis BWF, setelah berkonsultasi dengan otoritas kesehatan Thailand, dalam siaran persnya tersebut.
Adapun Adham Elgamal dari Mesir diminta mundur karena baru terinfeksi Covid-19. Ia pun dikarantina di rumah sakit selama 10 hari. Temuan kasus aktif Covid-19 pada Elgamal membuat tim Mesir kini masuk dalam daftar risiko tinggi penyebar Covid-19 setelah India.
BWF dan pihak panitia lokal kini memantau intensif pasangan bermain Elgamal, Doha Hany, dan rekan-rekan lainnya di Mesir. Hany telah diminta melakukan karantina mandiri dan tes usap serta antibodi lanjutan.