PSSI dipersilakan melakukan pelatnas jangka panjang agar persiapan timnas U-19 optimal menuju Piala Dunia U-20 Indonesia 2023. Namun, mereka harus menyerahkan proposal lebih dahulu untuk mewujudkan keinginan tersebut.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Seusai penundaan Piala Dunia FIFA U-20 Indonesia dari 2021 ke 2023, pemerintah lewat Kementerian Pemuda dan Olahraga memberikan PSSI lampu hijau untuk menggelar pemusatan latihan nasional jangka panjang guna menyiapkan tim dengan lebih baik. PSSI pun diminta membuat proposal usulan bantuan anggaran dari pemerintah agar pelatnas panjang itu bisa segera diwujudkan.
”Dipersilakan, pelatnas jangka panjang. Tetapi, soal pembiayaannya, tentu PSSI harus sampaikan dulu proposalnya ke pemerintah melalui Kemenpora. Nantinya, kita tinjau, apakah rencana itu sesuai atau tidak,” ujar Menpora Zainudin Amali dalam konferensi pers daring seusai rapat koordinasi terkait penundaan Piala Dunia U-20, Senin (28/12/2020).
Zainudin berkata, anggaran bantuan pelatnas yang telah diberikan kepada PSSI senilai Rp 50,6 miliar dari APBN 2020 hanya bisa digunakan hingga akhir 2020 ini. Anggaran yang didasari penandatanganan nota kesepahaman (MOU) pada 27 Juli lalu itu tak bisa digunakan untuk pelatnas tahun depan.
Sebelum pengumuman penundaan Piala Dunia U-20 oleh FIFA pada Kamis (24/12/2020), PSSI berencana menggelar pelatnas lanjutan untuk timnas U-19 di Spanyol pada 26 Desember hingga 31 Januari 2021. Namun, seusai kepastian penundaan dari FIFA, pelatnas itu tidak lagi relevan digelar mengingat mayoritas pemain timnas U-19 saat ini tidak akan bisa tampil di Piala Dunia U-20 2023 karena faktor usia.
”Lagi pula, anggaran yang ada saat ini peruntukannya guna persiapan Piala Dunia U-20 2021,” kata Zainudin.
Secara keseluruhan, dalam rapat lintas kementerian dan lembaga itu, pemerintah menghormati keputusan FIFA menunda Piala Dunia U-20. Namun, pemerintah berharap ada surat resmi dari FIFA untuk kelengkapan administrasi.
”Saya minta PSSI berkoordinasi dengan FIFA agar segera mengirim surat resmi tertulis,” ujar Zainudin kemudian.
Perawatan arena
Terkait arena, Zainudin menuturkan, renovasi arena tanding maupun latihan yang dibiayai APBN maupun APBD tetap dilanjutkan. Renovasi itu ditargetkan selesai paling lambat pada April tahun depan. Nantinya, seusai tuntasnya renovasi tersebut, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) akan tetap melakukan pemeliharaan hingga akhir 2021.
”Kementerian PUPR menyanggupi untuk merawat hingga akhir tahun depan,” ujarnya.
Lalu, pada 2022, Kementerian PUPR akan menyerahkan tanggung jawab pemeliharaan arena-arena itu ke pemerintah daerah masing-masing. Nantinya, pada akhir 2022 atau awal 2023, Kementerian PUPR bersama Kemenpora akan mengevaluasi kondisi arena. Jika ada kerusakan atau hal-hal lainnya yang perlu dibenahi, Kementerian PUPR akan merenovasi kembali dan merawatnya hingga hajatan Piala Dunia U-20.
Sekretaris Kemenpora Gatot S Dewa Broto mengutarakan, dalam situasi saat ini, komitmen enam daerah penyelenggara Piala Dunia U-20 Indonesia diuji, yakni Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali. Tanpa komitmen daerah, arena yang sudah direnovasi riskan terbengkalai sebelum ajang dua tahunan itu berlangsung.
Jangan sampai, setelah direnovasi, arena-arena itu terbengkalai sehingga harus ada renovasi ulang sebelum ajang tersebut berlangsung. (Gatot S Dewa Broto)
Untuk itu, pemda dituntut merawat arena yang telah selesai direnovasi agar tetap sesuai spesifikasi dan siap digunakan saat ajang tersebut bergulir.
”Kemarin, enam daerah penyelenggara Piala Dunia U-20 itu jor-joran agar ditunjuk menjadi salah satu tempat gelaran kejuaraan tersebut. Sekarang, dengan adanya penundaan, komitmen mereka diuji apakah memang benar-benar ingin menjadi penyelenggara walaupun Piala Dunia U-20 tidak jadi dilaksanakan tahun depan,” tutur Gatot.
Gatot menyampaikan, pemerintah tidak ingin arena yang sudah direnovasi justru terbengkalai. Berkaca dari Pekan Olahraga Nasional di Kalimantan Timur pada 2008, Riau pada 2012, Jawa Barat pada 2016, serta Asian Games 2018 Jakarta-Palembang, tak sedikit arena terbengkalai setelah kegiatan usai. Padahal, pembangunan atau renovasi arena-arena itu menelan biaya tidak sedikit.
”Jangan sampai, setelah direnovasi, arena-arena itu terbengkalai sehingga harus ada renovasi ulang sebelum ajang tersebut berlangsung,” kata Gatot mengingatkan.