Untuk menjaga keberlanjutan regenerasi dan prestasi pecatur Indonesia, Pengurus Besar Persatuan Catur Seluruh Indonesia akan bekerjasama dengan sekolah-sekolah agar catur dikenal dan digemari lebih luas dari usia dini.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Agar regenerasi dan prestasi pecatur Indonesia dapat dipertahankan, Pengurus Besar Persatuan Catur Seluruh Indonesia akan bekerja sama dengan sekolah-sekolah agar catur dikenal dan digemari lebih luas dari usia dini. Langkah itu dimulai lewat kerja sama dengan Badan Pendidikan Kristen Penabur untuk menggelar Festival Catur Daring Penabur (POCF) pada 9-10 Januari 2021.
"Ini kerja sama kedua dengan BPK Penabur untuk menggelar kejuaraan skala nasional, setelah tahun lalu digelar secara konvensional. Kami belum pernah bekerja sama dengan lembaga pendidikan kecuali dengan BPK Penabur. Kami akan berupaya menjalin kerja sama dengan lebih banyak lembaga pendidikan agar catur dikenal lebih luas sehingga regenerasi pecatur terus berlanjut," ujar Kepala Bidang Pembinaan Prestasi PB Percasi Kristianus Liem seusai konferensi pers kejuaraan tersebut, Jumat (18/12/2020).
Dewan Pembina PB Percasi Eka Putra Wirya pada kesempatan yang sama mengatakan, saat menjadi ketua kontingen Indonesia pada Olimpiade Catur 1992 di Manila, Filipina, dirinya tersadar bahwa dunia catur internasional sudah berkembang sangat pesat. Kalau tidak berbuat, catur Indonesia akan semakin tertinggal dan hanya menjadi sejarah. "Untuk itu, saya berinisiatif mendirikan sekolah catur dan menggandeng bintang catur Indonesia saat itu, Grand Master Utut Adianto," katanya.
Sejak berdiri sejak 1 Juli 1993, Sekolah Catur Utut Adianto berkontribusi melahirkan pecatur-pecatur andal yang melanjutkan prestasi Utut. Mereka di antaranya GM Susanto Megaranto, GM Novendra Priasmoro, IM/WGM Irene Kharisma Sukandar, dan IM/WGM Medina Warda Aulia. Sekolah yang berlokasi di Bekasi, Jawa Barat itu pun rutin menggelar kejuaraan skala nasional hingga internasional, serta menjadi tempat pemusatan latihan nasional catur.
Namun, lanjut Eka, pembinaan catur tidak boleh berhenti sampai di sini. Pembinaan harus dilakukan lebih luas, salah satunya lewat sekolah-sekolah. Dari lembaga pendidikan formal, catur bisa dikenalkan lebih luas sehingga bisa menjaga keberlanjutan lahirnya pecatur baru andalan maupun prestasi catur Indonesia.
"Setidaknya, lewat langkah ini, kita mengenalkan dulu catur ke para murid sekolah, seperti manfaat catur untuk kehidupan sehari-hari sebelum menggemari olahraga ini. Tanpa cara sepert ini, kita bisa kehilangan pecatur di masa depan," tuturnya.
Memperluas jaringan
Eka mengatakan, PB Percasi akan memperluas jaringan kerja sama dengan lembaga pendidikan lain. Pada tahap awal ini, mereka fokus bekerja sama dengan BPK Penabur. Kehadiran BPK Penabur diharapkan sebagai pemicu layaknya Utut ketika menjadi ikon dalam pendirian Sekolah Catur Utut Adianto yang membuat masyarakat tertarik belajar di sekolah tersebut.
"Penabur ini jadi bintang untuk masuk ke sekolah-sekolah lain. Kalau kerja sama dengan Penabur sukses, sekolah lain tertarik untuk membuat kegiatan serupa. Ini akan semakin bagus untuk regenerasi catur nasional ke depan," ujarnya.
Lewat langkah ini, kita mengenalkan dulu catur ke para murid sekolah, seperti manfaat catur untuk kehidupan sehari-hari sebelum menggemari olahraga ini.
Kendati demikian, Kristianus menuturkan, PB Percasi dan sekolah harus menyiapkan infrastruktur pembinaan sebelum melanjutkan program catur masuk sekolah. Paling tidak, guru-guru sekolah harus mendapatkan pembekalan agar bisa mengajarkan catur dengan baik dan benar kepada para muridnya.
Guru dinilai sebagai sosok ideal untuk mengenalkan catur ke pecatur muda. Sebab, guru memiliki kemampuan mengajar agar anak cepat paham, sedangkan pelatih umum biasanya tidak benar-benar paham cara menyampaikan materi.
"Akan lebih baik guru yang mengajarkan langsung tentang catur ke murid. Toh, ini tahap pengenalan bukan untuk langsung jago dan menjadi master. Apalagi pelatih kadang hanya ngomong apa yang diketahuinya, bukan yang diperlukan anak didik," kata Kristianus.
Catur banyak manfaat
Ketua Umum Yayasan BPK Penabur Adri Lazuardi mengutarakan, catur adalah olahraga yang memiliki banyak manfaat untuk kehidupan sehari-hari. Lewat catur, orang-orang bisa belajar untuk lebih bertanggung jawab, mampu menganalisa, lebih bersabar, dan tekun. Itu sesuai dengan semangat pendidikan.
Untuk itu, BPK Penabur mau bekerja sama dengan PB Percasi untuk menggelar kejuaraan skala nasional. "Sekarang, kami berupaya menjadikan catur tak sekadar sebagai hobi, melainkan wadah pengembangan minat dan bakat siswa dalam bentuk ekstrakulikuler. Kami berharap upaya ini diperkuat dengan pembekalan untuk guru-guru agar bisa mengajarkan catur dengan tepat," tuturnya.
Ketua Panitia POCF Budijanto Gunawan menjelaskan, pihaknya sudah mulai melakukan rangkaian kegiatan sebelum pelaksanaan pertandingan sejak sepekan terakhir. Kegiatan diawali dengan Fun with Chess pada 12 Desember, dilanjutkan talkshow bertema “The Role of Chess in Modern Education” pada 19 Desember, hingga babak penyisihan kejuaraan pada 9 Januari dan final pada 10 Januari.
Kejuaraan kali ini dibagi lima kelompok, yakni SD, SMP, SMA, guru/karyawan, dan alumni Penabur. Kejuaraan diikuti oleh sekolah-sekolah Penabur yang tersebar di 15 kota. Sejauh ini, ada 500-an orang yang mendaftar dari target 1.000 peserta. "Nantinya para pemenang mendapatkan hadiah piala, sertifikat, uang, berhak ikut kejuaraan Master Challenge, dan dapat beasiswa dari Sekolah Catur Utut Adianto," ujarnya.