Laga derbi antara Manchester United melawan Manchester City pada akhir pekan ini kembali menjadi ujian bagi manajer MU Ole Gunnar Solskjaer. Ia harus bisa bangkit setelah tersingkir dari ajang Liga Champions.
Oleh
DOMINICUS HERPIN DEWANTO PUTRO
·4 menit baca
Leipzig, Rabu - Tersingkirnya Manchester United dari ajang Liga Champions musim ini menyisakan beban berat bagi sang manajer Ole Gunnar Solskjaer. Sekali lagi ia harus membuktikan diri masih layak menangani tim “Setan Merah” ketika mereka menjamu Manchester City pada laga berikutnya di Liga Inggris, akhir pekan ini.
Jika ia kembali gagal dan sampai dipermalukan oleh tetangganya itu, desakan untuk memecat Solskjaer bakal terus menguat. Setelah MU dikalahkan RB Leipzig, 2-3, pada laga terakhir di Grup H, Rabu (9/12/2020) dini hari WIB dan terlempar ke Liga Europa, sejumlah media di Inggris kembali menyebut nama eks manajer Tottenham Hotspur, Mauricio Pochettino, yang sejauh ini menjadi kandidat terkuat pengganti Solskjaer.
Pochettino, setelah mengganggur usai dipecat Spurs pada November 2019, kini juga dirumorkan menjadi pengganti pelatih Real Madrid Zinedine Zidane. “MU harus bergerak cepat sebelum mereka kehabisan waktu untuk mendapatkan suntikan energi baru yang sangat dibutuhkan dari Pochettino,” tulis The Guardian.
Kekalahan dari Leipzig sudah memperlihatkan MU yang kehabisan energi terutama dalam bertahan. Leipzig dengan mudah membobol gawang MU dua kali dalam waktu 13 menit sejak awal laga. Pada babak kedua, Justin Kluivert mencetak gol ketiga Leipzig dengan mudah tanpa bisa dihalangi bek MU, Harry Maguire, dan Brandon Williams.
Pertahanan Setan Merah tetap rapuh meski Solskjaer memasang lima bek untuk mengantisipasi serangan Leipzig. Pada laga itu, MU hanya butuh satu poin saja untuk bisa lolos ke babak 16 besar sehingga pertahanan menjadi sangat penting. “Namun, mereka terlihat seperti tim yang tidak tahu bagaimana bermain dengan lima bek,” ujar mantan bek MU Rio Ferdinand.
Dampak fatal
Dampaknya pun fatal karena MU tersingkir dari ajang Liga Champions dengan cara yang mengenaskan. Mereka sempat tampil perkasa pada dua laga awal ketika bisa mengalahkan Paris Saint-Germain, 2-1, dan kemudian melibas Leipzig, 5-0. Meski sempat memimpin puncak klasemen hingga laga kelima grup H, Setan Merah tetap saja tersingkir.
Kami sudah menyiapkan segalanya tetapi mengingat tuntutan terhadap pemain yang sangat besar musim ini, terkadang pemain butuh 10 hingga 15 menit untuk bisa menjalankan strategi dengan baik.
Solskjaer mengaku sudah mempersiapkan laga kontra Leipzig itu sebaik mungkin dengan menganalisis video permainan Leipzig dan sejumlah sesi latihan. “Kami sudah menyiapkan segalanya tetapi mengingat tuntutan terhadap pemain yang sangat besar musim ini, terkadang pemain butuh 10 hingga 15 menit untuk bisa menjalankan strategi dengan baik,” katanya.
Namun, waktu 15 menit sudah lebih cukup bagi Leipzig untuk memberikan MU masalah di luar lapangan yang cukup besar, terutama dalam hal keuangan. Dengan tersingkir dari penyisihan grup, MU berpotensi kehilangan pendapatan hingga 20 juta euro atau sekitar Rp 341 miliar yang bisa didapat dengan tampil pada fase gugur.
Kehilangan potensi pendapatan merupakan kerugian besar bagi klub manapun dalam situasi pandemi seperti ini. Sejak Maret lalu klub-klub sudah kehilangan sumber pendapatan utama dari penjualan tiket penonton di stadion dan pendapatan tambahan dari keikutsertaan klub di kompetisi mayor menjadi penyelamat.
Beban berat Solskjaer lainnya adalah menjaga gelandang Paul Pogba agar tetap bertahan dan menjadi motor di lini tengah tim. Laga kontra Leipzig membuktikan Pogba memegang peran vital terutama ketika ia dimainkan pada menit ke-61 dan MU akhirnya mulai bisa membalas dua gol. Aksi Pogba pula yang membuat Ibrahima Konate melakukan gol bunuh diri.
Namun, berdasarkan pernyataan agennya, Mino Raiola, Pogba tidak bahagia berada di MU dan ingin pindah ke klub lain secepatnya. Solskjaer jelas membantah hal itu. “Pogba selalu fokus untuk bermain sebaik mungkin untuk tim. Selama ia di MU, ia selalu berlatih keras,” ujar Solskjaer.
Kehilangan Pogba bisa mempersulit Solskjaer untuk mempertahankan kualitas di lini tengah ketika tim juga sedang kehilangan karakternya. “Tidak ada yang tahu bagaimana sebenarnya MU bermain, apa sistem yang mereka gunakan. Sangat sulit bagi Solskjaer untuk menemukan karakter karena tim sangat inkonsisten,” kata eks pemain MU lainnya, Paul Scholes.
Berbeda dengan MU, Leipzig sudah memiliki karakter yang kuat sehingga mereka bisa kembali tampil di fase gugur Liga Champions setelah musim lalu bisa menembus semifinal untuk pertama kalinya. “Kemenangan ini membuktikan bahwa kami bukanlah tim dengan keajaiban sesaat,” kata pelatih RB Leipzig, Julian Nagelsmann.
Kasus Rasisme
Sementara laga lainnya di Grup H antara Paris Saint-Germain melawan Istanbul Basaksehir terpaksa dihentikan karena ucapan bernada rasisme yang dikeluarkan asisten wasit, Sebastian Coltescu, terhadap asisten pelatih Basaksehir, Pierre Webo. Para pemain kedua tim lantas tidak mau melanjutkan laga dan pergi ke kamar ganti.
“Kami memutuskan untuk protes (dengan meninggalkan lapangan) karena kejadian ini tidak bisa diterima. Rasisme harus dihentikan,” ujar gelandang Basaksehir, Giuliano. Para pemain marah karena klub-klub sepak bola di Eropa sedang gencar memerangi rasisme, salah satunya dengan cara bertekuk lutut sebelum berlaga.
Meski dihentikan, laga PSG melawan Basaksehir ini tidak berpengaruh terhadap nasib MU. PSG masih bisa menduduki puncak klasemen jika menang, dan jika kalah PSG tetap bisa berada di peringkat kedua klasemen, karena unggul dalam hal perhitungan head to head terhadap MU. (AP/AFP/REUTERS)