Langkah Lazio mempertahankan puncak klasemen Grup F Liga Champions tidak mudah. Pada pekan ketiga, Kamis, mereka harus bertandang menghadapi Zenit Saint Petersburg dengan kondisi banyak pemain intin yang absen.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
SAINT PETERSBURG, SELASA – Mimpi Lazio untuk terus mempertahankan puncak klasemen Grup F Liga Champions tidak mudah. Pada laga pekan ketiga kompetisi tertinggi antar klub Eropa itu, Kamis (5/11/2020) dini hari WIB, Elang Biru akan bertandang menghadapi raksasa Rusia, Zenit Saint Petersburg. Berbekal kehadiran 16.000 pendukungnya, Zenit siap memberi pengalaman buruk pada klub asal Roma itu.
”Semua yang turun ke lapangan akan memberikan segalanya dalam laga ini. Kami ingin meningkatkan peringkat kami di Grup F. Jadi, hanya kemenangan yang kami targetkan. Kami harus bermain agresif, saya yakin karena kami telah mempersiapkan diri dengan baik,” ujar pelatih Zenit, Sergei Semak dikutip Corriere dello Sport, Selasa (3/11).
Pemerintah Rusia mengizinkan penonton menyaksikan laga sepak bola di stadion dengan jumlah 30 persen dari kapasitas tribune. Dengan demikian, sedikitnya 16.000 pendukung Zenit bisa mendukung langsung klub kesayangannya di Stadion Krestovsky yang berkapasitas 67.800 orang.
Dukungan penonton itu menjadi keunggulan bagi klub asal Rusia yang berkompetisi di Eropa. Lawan-lawan mereka tidak memiliki keistimewaan itu saat berlaga di kandang. Di Italia, misalnya, pemerintah Italia hanya mengizinkan 1.000 orang untuk menyaksikan pertandingan dalam stadion.
Kehadiran penggemar sangat penting bagi tim tuan rumah. Apalagi, Zenit sedang berjuang merebut kemenangan perdana di Liga Champions musim ini. Juara Liga Rusia musim lalu itu belum mampu meraih poin dan masih terbenam di posisi juru kunci Grup F. Dari dua pekan yang telah dilewati, Artem Dzyuba dan kawan-kawan kalah 1-2 dari Club Brugge di kandang sendiri, dan kalah 0-2 saat bertandang ke Borussia Dortmund.
Kami harus bermain agresif, saya yakin karena kami telah mempersiapkan diri dengan baik.
”Ini pertandingan penting untuk kami. Kami telah mempelajari Lazio secara detail, menganalisis semua pertandingan mereka di Serie A. Mereka adalah tim yang kuat dan menarik, dengan penyerang hebat seperti Ciro Immobile. Tapi, kami hanya memiliki satu tujuan, yakni kemenangan,” tegas Semak.
Zenit menjelma menjadi salah satu raksasa sepak bola Rusia dua dekade terakhir. Juara bertahan Liga Rusia itu juga mulai disegani di Eropasetelah merengkuh juara Liga Europa 2007/2008 dan Piala Super Eropa 2008. Sejak 2008, mereka tidak pernah absen dari kompetisi Eropa, terutama Liga Champions dengan prestasi terbaik lolos 16 besar musim 2015/2016, 2013/2014, dan 2011/2012.
Lazio timpang
Ketika tuan rumah Zenit bermain dengan mayoritas pemain intinya, Lazio justru datang dengan kekuatan yang timpang. Sebelum laga Serie A menghadapi tuan rumah Torino akhir pekan lalu, Lazio kehilangan pemain bintangnya Luis Alberto yang positif Covid-19.
Menepinya Alberto menambah daftar pemain inti Lazio yang absen karena Covid-19 atau cedera. Sebelumnya, gelandang Manuel Lazzari dan bek Djavan Andersson harus mengisolasi diri karena kasus serupa. Gelandang Senad Lulic dan Stefan Radu belum bisa bermain karena pemulihan cedera.
Rentetan kasus Covid-19 dan cedera itu membuat kedalaman skuad Lazio terganggu. Bahkan, mereka hanya membawa 16 pemain ketika bermain imbang 1-1 dengan tuan rumah Club Brugge di pekan kedua Liga Champions.
Kendati demikian, Sergej Milinkovic-Savic dan kawan-kawan tidak menyerah dengan keadaan. Mereka masih mampu mencapai puncak klasemen Grup F dengan 4 poin dari dua laga. Pada pekan pertama kompetisi itu, mereka menaklukan Dortmund 3-1.
Untuk saat ini, raihan Lazio di Liga Champions cukup menjanjikan mengingat mereka sudah lama absen dari kejuaraan elite Benua Biru tersebut. Mereka terakhir kali berpartisipasi pada musim 2015/2016 dan terhenti di babak play-off. Prestasi terbaik mereka juga hanya mencapai perempat final musim 1999/2000.
Dengan skuad pincang, Lazio tertatih di Serie A. Klub yang berdiri 9 Januari 1900 itu masih tertahan di posisi ke-10 dengan 10 poin dari enam laga. Hal ini berbeda dengan musim lalu, saat mengakhiri kompetisi di posisi keempat klasemen akhir.
”Di masa-masa sulit seperti ini, kami harus bersatu. Kami akan keluar dari situasi ini dan menjadi lebih kuat dari sebelumnya,” tegas Milinkovic Savic, kapten tim saat ini dikutip Corriere dello Sport, Selasa.
Direktur Olahraga Lazio Igli Tare dikutip Football-Italia, Minggu (1/11), menyampaikan, tim akan terus menunjukkan kemampuan terbaik di tengah situasi buruk ini. ”Kami terbiasa menghadapi situasi sulit seperti ini walaupun tidak mudah untuk tetap fokus pada permainan dan menyiapkan semuanya dengan baik. Tetapi, kami harus melihat ke depan dan mencoba untuk membuat permainan yang hebat,” katanya.