Atletico Madrid gagal membendung dominasi Bayern Muenchen di Liga Champions. Filosofi sepak bola Hans-Dieter Flick menjadi kunci Bayern menjaga tren kemenangan di Eropa.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
MUENCHEN, KAMIS – Pelatih Bayern Muenchen Hans-Dieter Flick menunjukkan filosofi sepak bolanya yang menekankan fleksibilitas permainan seluruh pemain. Meskipun tidak mengubah pakem formasi 4-2-3-1 yang diterapkan ”Die Roten” dalam satu dekade terakhir, Flick menuntut skuadnya mampu menjalankan beberapa peran di atas lapangan.
Pendekatan itu menyulitkan Pelatih Atletico Madrid Diego Simeone untuk mencari penawar trend kemenangan Bayern dalam 11 laga Liga Champions di musim lalu. Alhasil, Simeone harus menyaksikan anak asuhannya dihancurkan Bayern dengan skor telak, 0-4, pada laga pembuka Grup A Liga Champions musim 2020-2021, Kamis (22/10/2020) dini hari WIB, di Stadion Allianz Arena.
Sebagai pesaing terkuat Bayern di grup itu, Atletico ternyata belum mampu meredam permainan menyerang ”Die Roten”. Meskipun hadir ke Stadion Allianz Arena sebagai tim dengan pertahanan paling tangguh di Liga Spanyol musim ini karena baru kebobolan sekali dari empat laga, ”Los Rojiblancos” langsung kemasukan empat gol. Itu adalah rekor kekalahan terburuk Atletico dalam dua tahun terakhir.
Untuk membongkar pertahanan kokoh Atletico, Flick menyiapkan susunan pemain yang berbeda daripada tujuh laga awal musim ini. Tiga gelandang tengah, yaitu Leon Goretzka, Joshua Kimmich, dan Corentin Tolisso diturunkan bersamaan pada susunan pemain mula.
Ketiga gelandang itu memiliki lebih dari satu peran. Kimmich yang bertugas sebagai deep-lying playmaker juga ikut aktif merebut bola dari pemain Atletico. Sementara itu, Goretzka yang dominan berperan sebagai gelandang box-to-box ikut membantu Kingsley Coman membuka ruang di sisi sayap kiri Bayern.
Adapun Tolisso, yang selama ini bermain sebagai gelandang bertahan, memiliki peran lebih menyerang. Tolisso berbagi tugas dengan Thomas Mueller untuk menjadi gelandang serang. Absennya dua penyerang sayap, Serge Gnabry dan Leroy Sane, membuat penyerang utama Bayern, Robert Lewandowski sering kali bermain melebar di sisi kanan.
Memusatkan serangan dari sisi sayap memang menjadi rencana yang disusun Flick untuk membongkar pertahanan Atletico. Menurut Flick, dirinya membutuhkan permainan fleksibel para pemain di lini tengah dan depan agar membuka lebih banyak peluang hadirnya celah di kotak penalti Atletico.
”Mereka (Atletico) adalah tim yang selalu bermain dengan zona pertahanan yang dalam. Atas dasar itu, kami memaksa mereka berkonsentrasi menjaga sisi luar lapangan agar tidak banyak pemain berkumpul di kotak penalti. Gol yang kami ciptakan adalah buah dari keberhasilan membuka ruang di lini pertahanan mereka,” kata Flick dilansir Kicker, Kamis.
Jurnalis Marca, Alberto R Barbero menilai, Bayern yang berpredikat sebagai juara bertahan Liga Champions telah memberikan pelajaran sepak bola modern kepada Atletico. Berbeda dengan pendekatan pragmatis milik Simeone, Bayern menunjukkan permainan menyerang yang ampuh untuk menguasai Eropa.
”Atletico kalah dari tim yang punya ambisi menang sangat luar biasa. Bayern tidak pernah puas mencetak satu atau dua gol, mereka selalu bertekad melukai tim lawan hingga tidak bisa lagi memberikan perlawanan di lapangan,” tulis Barbero.
Kami memaksa mereka berkonsentrasi menjaga sisi luar lapangan agar tidak banyak pemain berkumpul di kotak penalti. Gol yang kami ciptakan adalah buah dari keberhasilan membuka ruang di lini pertahanan mereka.
Sejak era Flick dimulai November 2019, laga melawan Atletico menjadi laga ke-20 yang dijalani ”Die Roten” dengan mencetak minimal empat gol. Berkat kemenangan itu, Bayern menjadi tim pertama yang meraih 12 kemenangan beruntun di Liga Champions.
Dominan
Poros utama permainan menyerang Bayern adalah pada Kimmich. Pemilik nomor punggung enam itu menguasai poin-poin penting skema menyerang dan bertahan Bayern.
Kimmich melakukan 78 kali operan yang menjadikan dirinya pemain dengan jumlah operan terbanyak kedua setelah bek sayap Bayern, Lucas Hernandez. Jumlah operan itu melebihi rata-rata jumlah operan Kimmich di musim ini, yaitu 73 operan per laga.
Kimmich juga memimpin daftar pemain yang melakukan tekel terbanyak di laga itu dengan lima tekel. Melalui insting membaca permainan yang apik, Kimmich menjadi pemain yang paling banyak melakukan intersepsi dengan tiga kali memutus aliran bola Atletico.
Flick berkelakar permainan mengagumkan itu tercipta karena Kimmich memiliki istirahat yang cukup, dia tidak bermain di Bundesliga akhir pekan lalu, akibat menunggu kelahiran anak keduanya.
”Kimmich mungkin tidak punya waktu istirahat cukup karena kehadiran bayi keduanya, tetapi ia menampilkan penampilan bernilai 10 di Liga Champions dan menciptakan satu assist. Ia bukan manusia,” cuit pendukung Bayern di akun Twitter @DerKaiserBM.
Meskipun skuadnya kesulitan menciptakan peluang di zona pertahanan Bayern, Simeone menilai, permainan Atletico tidak seburuk ketika tumbang 0-4 dari Borussia Dortmund pada fase grup Liga Champions, 24 Oktober 2018. Sepanjang pertandingan, Atletico hanya enam kali melakukan tembakan, sedangkan Bayern menciptakan 16 tembakan. Bahkan, kiper Bayern, Manuel Neuer, hanya satu kali berkerja untuk melakukan penyelamatan.
”Mereka memang menciptakan lebih banyak peluang, tetapi kami juga menghasilkan sejumlah momen berbahaya di kotak penalti Bayern. Di luar teknis permainan, kekuatan skuad Bayern menunjukkan mereka adalah tim terbaik yang mampu mengungguli kami,” kata Simeone dikutip AS.
Kegagalan mencetak gol ke gawang Bayern menambah panjang catatan buruk lini serang “Los Rojiblancos”. Dalam lima laga musim ini, Atletico mengakhiri tiga laga tanpa mampu mencetak satu gol. (AFP)