Atletico Madrid menderita kekalahan terburuk di Liga Champions Eropa dalam dua musim terakhir. Masalah lini depan kembali menghantui tim asuhan Diego Simeone itu.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
MUENCHEN, KAMIS — Atletico Madrid tidak berdaya ketika menghadapi Bayern Muenchen di Stadion Allianz Arena, Kamis (22/10/2020) dini hari WIB. Meskipun berpredikat sebagai tim dengan pertahanan terbaik di Liga Spanyol musim ini, kiper Atletico, Jan Oblak, harus menerima gawangnya kebobolan empat gol oleh sang juara bertahan Liga Champions Eropa itu. Atletico takluk 0-4.
Pelatih Atletico Diego Simeone membawa anak asuhannya menuju markas Bayern dengan modal permainan kokoh di lini belakang. Dari empat laga di liga, Atletico baru kebobolan satu gol. Bahkan, dalam tiga laga terakhir di kompetisi domestik, tim berjuluk ”Los Rojiblancos” itu tidak kebobolan.
Namun, Bayern mampu membuka celah di lini pertahanan Atletico dengan sangat baik sehingga mampu menciptakan empat gol. Pada babak pertama, Bayern unggul dua gol lewat gol Kingsley Coman pada menit ke-28, disusul sepakan terarah Leon Goretzka pada menit ke-41.
Kemudian, pada babak kedua, ”Die Roten” menambah keunggulan melalui tembakan dari luar kotak penalti yang dilakukan gelandang Corentin Tolisso. Coman menutup pesta gol Bayern pada menit ke-72 setelah melakukan penetrasi solo untuk memaksimalkan skema serangan balik.
Terakhir kali Atletico kebobolan empat gol dalam satu laga terjadi pada Liga Champions musim 2018-2019. Kala itu, Atletico juga dihancurkan 0-4 oleh tim asal Jerman lain, Borussia Dortmund, dalam laga yang berlangsung di Stadion Signal Iduna Park, 24 Oktober 2018.
Simeone heran
Simeone pun tidak mengerti apa yang membuat anak asuhannya harus pulang ke Madrid dengan hasil yang memalukan itu. ”Saya tidak yakin, di mana letak kesalahan kami. Apakah kami telah melakukan banyak kesalahan atau mereka mampu mengeksploitasi kelemahan kami ketika kehilangan bola?” ujar Simeone dilansir laman UEFA.
Menurut Simeone, Bayern telah membuktikan diri sebagai tim terbaik di dunia saat ini. Namun, predikat itu tidak membuat Bayern mustahil untuk dikalahkan.
”Sevilla menghadapi Bayern di Piala Super Eropa dan mereka nyaris meraih kemenangan. Sebagai perbandingan, kami gagal menunjukkan keberanian untuk berjuang menghadapi tim kuat seperti Bayern,” ucap pelatih berkebangsaan Argentina itu.
Secara statistik, kekalahan telak itu disebabkan kegagalan Atletico unggul di lini tengah. Dua gelandang tengah yang diturunkan Simeone, yaitu Hector Herrera dan Koke, gagal meredam dominasi trio gelandang tengah Bayern, yakni Goretzka, Tolisso, dan Joshua Kimmich. Selama 90 menit, Atletico 13 kali kehilangan bola yang berhasil direbut pemain Bayern. Sementara itu, Bayern hanya lima kali kehilangan bola.
Agresivitas jadi pembeda
Di sisi lain, pemain tengah Atletico juga kurang menunjukkan kengototan di lini tengah seperti yang biasa ditampilkan di setiap laga. Hal itu terlihat dari jumlah tekel yang dilakukan empat pemain tengah Atletico. Hanya ada dua pemain yang melakukan lebih dari dua kali tekel sukses. Mereka adalah Koke dengan dua kali tekel serta Marcos Llorente yang mencatatkan empat kali tekel berhasil.
Adapun dari lima pemain di lini tengah Bayern ada tiga pemain yang melakukan lebih dari dua kali tekel sukses. Kimmich, Goretzka, dan Thomas Mueller memimpin perolehan tekel Bayern. Bahkan, Kimmich menjadi pemain yang paling banyak melakukan tekel sukses pada laga itu dengan lima kali tekel.
Bayern menekan kami sangat agresif. Itu membuat kami sulit berkembang di lini tengah.
Selain unggul dalam tekel, Kimmich juga memimpin daftar pemain yang berhasil melakukan intersepsi atau memotong aliran bola lawan. Pemain berusia 25 tahun itu tiga kali sukses melakukan intersepsi. Salah satu keberhasilan Kimmich memutus aliran bola pemain Atletico berbuah asisuntuk gol pembuka Bayern.
”Bayern menekan kami sangat agresif. Itu membuat kami sulit berkembang di lini tengah,” ujar bek sayap kanan Atletico, Kieran Trippier.
Kebuntuan lini depan
Tidak hanya kehilangan daya juang di lini tengah, Atletico juga kembali mengalami kebuntuan di lini depan. Dari empat laga di liga, Atletico dua kali gagal menciptakan gol. Hal itu pun terulang ketika menghadapi Bayern.
Sepanjang 90 menit, Atletico hanya 6 kali melakukan tembakan, sedangkan Bayern 16 kali mengancam gawang Oblak. Dua penyerang utama Atletico, Luis Suarez dan Joao Felix, gagal memberikan ancaman berarti kepada kiper Bayern, Manuel Neuer. Felix melakukan dua kali tembakan, sedangkan Suarez hanya sekali. Akumulasi tembakan keduanya kalah dibandingkan dengan total lima tembakan yang dilakukan dua bek Bayern, Niklas Sule dan Lucas Hernandez.
Adapun Felix sempat menciptakan gol pada menit ke-48. Namun, gol itu dianulir wasit karena gol tercipta setelah ada pemain Atletico yang terjebak posisi offside.
”Sisi positif dari pertandingan perdana ini ialah semua pemain masih berupaya mencetak gol hingga menit akhir. Efektivitas penyelesaian akhir Bayern menjadi pembeda pada laga ini,” kata Simeone.
Sementara itu, Pelatih Bayern Hans-Dieter Flick senang dengan penampilan anak asuhannya. Meskipun bermain tanpa dua penyerang sayap andalan, Serge Gnabry dan Leroy Sane, yang menderita cedera, Bayern masih mampu menciptakan banyak gol.
”Kami menghadapi lawan yang sulit, tetapi mampu mengatasi mereka dengan cara yang fantastis. Saya senang kami sangat efektif di kotak penalti lawan,” kata Flick kepada Sky Sport.
Hasil laga kontra Atletico merupakan kemenangan ke-20 Bayern pada era Flick dengan mencetak minimal empat gol. Di sisi lain, Bayern melanjutkan catatan kemenangan 12 laga beruntun di Liga Champions.
Dalam laga lain di Grup A, RB Salzburg ditahan imbang tim tamu Lokomotiv Moskwa dengan kedudukan 2-2. Dalam laga kedua, pekan depan, Bayern akan bertandang ke Moskwa, sedangkan Atletico akan menjamu Salzburg di Madrid. (AFP)