Persaingan juara tunggal putri di Grand Slam Perancis Terbuka kini kian terbuka setelah kandasnya Simona Halep. Dua dari perempat-finalis bahkan datang dari jalur kualifikasi, hal yang kali terakhir terjadi 1999 silam.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
PARIS, SELASA — Sejak Simona Halep tersingkir pada babak keempat, Perancis Terbuka memastikan lahirnya juara baru pada tunggal putri. Enam dari delapan petenis bahkan merupakan wajah baru dalam perempat final Grand Slam di lapangan tanah liat Roland Garros, Paris, tersebut.
Di antara mereka, ada Iga Swiatek dan Martina Trevisan yang akan berhadapan di Lapangan Philippe Chatrier, Selasa (6/10/2020) sore waktu setempat atau malam waktu Indonesia. Nadia Podoroska, yang akan melawan unggulan ketiga, Elina Svitolina, juga merupakan perempat-finalis baru.
Trevisan dan Podoroska, yang sama-sama merangkak dari babak kualifikasi, bahkan baru kali ini lolos ke perempat final Grand Slam. Hasil terbaik Trevisan sebelumnya adalah ketika tampil pada babak pertama Australia Terbuka, Januari, sementara Podoroska pada babak pertama Amerika Serikat Terbuka 2016.
Sofia Kenin, juara Australia Terbuka, juga baru kali ini lolos ke perempat final di Roland Garros. Hasil terbaiknya ialah babak keempat pada 2019 ketika berhadapan dengan Ashleigh Barty yang akhirnya menjadi juara.
Lebih percaya diri
Calon lawan Kenin, dari babak keempat yang akan berlangsung Selasa pukul 16.00 WIB, juga belum berpengalaman tampil pada babak keempat Perancis Terbuka. Laga terakhir babak keempat tunggal putri ini mempertemukan Ons Jabeur dan Danielle Collins. Pertemuan mereka, yang seharusnya berlangsung Senin, ditunda karena hujan.
”Dari pertandingan ke pertandingan, saya lebih percaya diri. Saat memasuki lapangan, tujuan saya adalah untuk menang,” komentar Trevisan.
Meski demikian, petenis Italia itu tahu bahwa dia harus mewaspadai Swiatek dalam pertemuan ketiga mereka. Dari dua pertemuan sebelumnya, pada 2017 dan 2019, keduanya berbagi satu kemenangan. ”Pertandingan nanti akan sangat sulit. Dia pemain muda dan bisa mengalahkan Halep,” kata Trevisan.
Fakta lain yang harus diwaspadai Trevisan ialah Swiatek memiliki pengalaman lebih baik di arena Grand Slam. Dia pernah tampil pada babak keempat Perancis Terbuka 2019 dan Australia Terbuka, awal 2020.
Dengan peringkat ke-159 dunia, Trevisan adalah perempat finalis Perancis Terbuka 2020 dengan peringkat dunia terendah. Adapun Swiatek, yang berusia 19 tahun, adalah petenis termuda.
Kehadiran Trevisan dan Podoroska juga menandai hadirnya dua petenis kualifikasi pada babak delapan besar Grand Slam untuk pertama kali sejak Wimbledon 1999. Mereka adalah Alexandra Stevenson dan Jelena Dokic yang bersaing pada perempat final.
Dalam catatan Asosiasi Tenis Putri (WTA), Stevenson, yang mengalahkan Dokic, menjadi satu-satunya petenis kualifikasi yang lolos ke semifinal Grand Slam pada era Terbuka (sejak 1968). Langkah Stevenson dihentikan Lindsay Davenport yang akhirnya juara.
Kehadiran Trevisan dan Podoroska juga menandai hadirnya dua petenis kualifikasi pada babak delapan besar Grand Slam untuk pertama kali sejak Wimbledon 1999.
Podoroska, yang baru kali ini akan melawan Svitolina, adalah tunggal putri Argentina pertama yang mencapai perempat final Grand Slam sejak Paola Suarez di Wimbledon 2004. Pada tahun yang sama, Suarez tampil pada semifinal Perancis Terbuka.
Hadirnya Swiatek, Podoroska, Trevisan, dan Laura Siegemund (sebelum berlangsungnya laga Jabeur melawan Collins pada babak keempat) menjadi bagian dari banyaknya petenis nonunggulan yang bisa menembus perempat final. Empat nonunggulan yang terakhir kali mencapai hasil sama terjadi pada perempat final Perancis Terbuka 1988.
Keempatnya juga menyamai catatan yang dibuat Francesca Schiavone, Kim Clijsters, Petra Mandula, Lina Krasnoroutskaya, dan Justine Henin, sebagai debutan perempat-finalis pada babak delapan besar Perancis Terbuka 2001.
Penulis senior untuk WTA, Courtney Nguyen, menganalisis, banyak faktor yang membuat petenis unggulan bisa berjalan lebih jauh di Roland Garros pada tahun ini, salah satunya minimnya penonton di stadion. Berlangsung dalam masa pandemi Covid-19, maksimal penonton yang diperbolehkan berada di stadion adalah 1.000 orang per hari.
”Tidak adanya penonton yang memenuhi stadion menjadi keuntungan bagi petenis berperingkat rendah, terutama di luar peringkat 100 besar. Mereka terbiasa bertanding tanpa penonton dalam turnamen ITF atau WTA berlevel rendah. Pada situasi seperti ini, mereka tak merasakan tekanan besar di Roland Garros meski tampil dalam panggung besar,” ujar Nguyen dalam laman resmi Perancis Terbuka.
Finalis Perancis Terbuka 1998 dan 2001, Alex Corretja, yang menjadi analis untuk Eurosport, menambahkan, kondisi semua petenis saat menghadapi Perancis Terbuka dan AS Terbuka, dua pekan sebelumnya, adalah sama.
”Akibat tak ada turnamen karena Covid-19, semua petenis kehilangan ritme permainan. Tak ada referensi sebelum Perancis Terbuka karena minimnya turnamen pemanasan. Semua memulai dari nol,” ujar mantan petenis Spanyol tersebut.
Maka, ketika persaingan tunggal putri sudah sangat terbuka (tak ada dominasi dari petenis tertentu sejak 2016) dalam situasi normal, tak mengherankan jika persaingan dalam ”normal baru” ini makin sulit ditebak. Dalam suasana baru, kejutan yang terjadi dalam hampir setiap babak tak lagi menjadi kejutan yang membuat penggemar tenis terkesima. (AP)