Langkah Besar Anak Muda
Sejumlah petenis muda dan petenis non unggulan mengukir cerita di Roland Garros. Mereka tak jeri saat berhadapan dengan petenis papan atas, mampu memberi perlawanan, bahkan mengalahkan mereka.
PARIS, MINGGU - Anak muda, petenis peringkat ratusan dunia, petenis kualifikasi, serta para debutan menjadi cerita menarik tersendiri di Perancis Terbuka 2020. Pada babak keempat di Roland Garros, Paris, mereka berkesempatan bertemu bintang besar, bahkan mengalahkannya.
Langkah paling besar dilakukan petenis muda Polandia Iga Swiatek (19), yang menaklukkan favorit juara tunggal putri, Simona Halep. Bertanding di lapangan utama Roland Garros, Philippe Chatrier, Minggu (4/10/2020), Swiatek menang, 6-1, 6-2.
Baca juga: Kejutan dan "Nama Asing" pada Pekan Pertama
Kemenangan tersebut tak kalah telak dengan kekalahannya dari Halep pada babak yang sama di Roland Garros, setahun sebelumnya. Saat itu, Swiatek kalah, 1-6, 0-6, hanya dalam waktu 45 menit.
”Tahun lalu, untuk pertama kalinya saya tampil di lapangan besar, saya sangat gugup. Sejak itu, pengalaman saya melawan pemain besar seperti Naomi Osaka, Caroline Wozniacki, atau Caroline Garcia, bertambah dan saya belajar dari laga itu,” komentar Swiatek, yang untuk pertama kalinya lolos ke perempat final Grand Slam.
Lawannya pada delapan besar adalah petenis kualifikasi, Martina Trevisan, yang menyingkirkan unggulan kelima, Kiki Bertens, 6-4, 6-4. Selain harus menjalani kualifikasi, Trevisan yang berperingkat ke-159 dunia juga menjadi satu dari tiga tunggal putri di luar 100 besar dunia yang tampil pada babak keempat. Lainnya adalah Nadia Podoroska (131) yang berhadapan dengan Barbora Krejcikova (114).
Daniela Hantuchova, mantan petenis peringkat kelima dunia yang menjadi komentator turnamen untuk Fox Sports, memuji sikap mental Swiatek saat berhadapan kembali dengan Halep. ”Swiatek bisa melupakan kekalahan tahun lalu, melangkah ke depan, dan itu dilakukannya dalam usia masih muda,” puji Hantuchova.
Swiatek membawa pengalaman kalah dari Halep. Berhadapan dengan juara bertahan di lapangan besar, pada 2019, Swiatek tertekan hingga tak bisa menampilkan taktik yang telah direncanakan.
Fokus
Tahun ini, dia tampil lebih rileks hingga fokus pada kemampuan sendiri. Petenis peringkat ke-54 dunia itu juga lebih tenang karena telah menyelesaikan tugas akhir dan menamatkan sekolah, yang sulit dilakukan pada tahun lalu.
Pada akhir Juni, dia dan timnya, termasuk pelatih Piotr Sierzputowski dan psikolog olahraga Daria Abramowicz menjalani liburan pendek di Distrik Danau Masurian, di timur laut Polandia. Momen itu membentuk energi dan sikap mental baru juara tunggal putri yunior Wimbledon 2018 tersebut.
Tahun lalu, untuk pertama kalinya saya tampil di lapangan besar, saya sangat gugup. Sejak itu, pengalaman saya melawan pemain besar bertambah, dan saya belajar dari laga itu.
Faktor kasatmata yang membuat Swiatek lebih unggul, bahkan mendominasi laga atas Halep adalah gaya main agresif. Tak hanya permainan dari garis belakang, Swiatek membuat banyak winner melalui permainan dari depan net.
Dia bisa memilih waktu yang tepat untuk menyerang dari net, lalu dalam posisi sama menanti pengembalian lawan. Halep pun bagai berhadapan dengan tembok tebal ketika Swiatek berada di dekat net. Dari sembilan kali maju ke net, Swiatek mendapat delapan poin.
Gaya genggaman western, dengan kepala raket sejajar tanah, menghasilkan spin yang tinggi saat pukulan forehand. Kombinasi putaran bola yang kencang ditambah sudut pukulan lebar dari cara menggenggam itu membuat Halep kesulitan mengejar bola. Dari total 66 poin yang didapat Swiatek, 30 di antaranya dihasilkan dari winner. Adapun Halep hanya membuat 12 winner.
Halep pun menyampaikan pujian untuk penampilan solid lawannya. ”Permainannya luar biasa. Pukulannya sangat keras dan dia menguasai lapangan dengan baik. Dia seperti ada di mana-mana. Pertandingan tadi adalah miliknya,” ujar Halep dalam laman resmi WTA.
Baca juga: Para Juara Yunior Berburu Gelar Lebih Tinggi
Kekalahan Halep membuat tunggal putri Perancis Terbuka melahirkan juara baru. Meski masih menyisakan Sofia Kenin dan Petra Kvitova, dua juara Grand Slam, pada paruh bawah undian, mereka belum pernah juara Perancis Terbuka. Kenin adalah juara Australia Terbuka 2020, sedangkan Kvitova di Wimbledon 2011 dan 2014.
Anak muda lain, Jannik Sinner (19), juga untuk pertama kali lolos ke perempat final Grand Slam. Salah satu debutan di Perancis Terbuka itu menyisihkan unggulan keenam, Alexander Zverev, 6-3, 6-3, 4-6, 6-3, dan akan bertemu Rafael Nadal pada babak delapan besar.
Inspirasi
Petenis Amerika Serikat berusia 20 tahun, Sebastian Korda, bahkan mendapat kesempatan langka bertemu Nadal, 12 kali juara Perancis Terbuka. Meski bisa mencuri servis Nadal pada gim pertama set ketiga, Korda kalah 1-6, 1-6, 2-6. Nadal memperlihatkan cara untuk keluar dari tekanan dengan merebut enam gim beruntun setelah tertinggal 0-2 pada set ketiga.
“Sudah jelas, Sebastian memiliki masa depan bagus. Dengan angin yang bertiup kencang, situasi hari ini cukup sulit dan dia membuat kesalahan. Tetapi, dia bisa belajar dan saya yakin masa depannya akan bagus,” tutur Nadal.
Nadal adalah petenis idola dan menjadi salah satu alasan Korda bermain tenis. Anak bungsu mantan petenis peringkat kedua dunia, Petr Korda itu, bahkan menamai kucingnya yang berusia 10 tahun dengan nama panggilan Nadal, yaitu Rafa. “Itu menjelaskan betapa saya menyukai Nadal,” kata Korda.
Menjadi inspirasi bagi Korda dan banyak anak-anak lainnya, Nadal berpendapat bahwa itu adalah salah satu faktor yang membuat dia dan petenis senior lainnya bekerja keras untuk mencapai prestasi seperti saat ini. Hal lain yang selalu diingatkan pada petenis muda adalah menjalani karier dengan sepenuh hati.
Baca juga: Generasi Baru Keluarga Korda
Bagi Korda, yang menjalani debut dalam babak utama Grand Slam saat tampil pada AS Terbuka, dua pekan lalu, pertandingan melawan petenis Spanyol peringkat kedua dunia itu menjadi momen yang paling dinanti. Mengetahui punya peluang tersebut setelah memenangi babak ketiga, pada Jumat, Korda menjawab pertanyaan wartawan tanpa keraguan.
“Saya berdoa supaya dia menang. Dia adalah idola saya dan menjadi salah satu alasan mengapa saya main tenis. Dari dia, saya belajar untuk tak gampang menyerah. Setiap kali bermain, saya ingin seperti dia,” ujar Korda lebih dulu memastikan lolos ke babak keempat daripada Nadal.
Petr Korda juga merasa gembira dengan kesempatan pertemuan putranya dengan Nadal. “Itu kesempatan besar, bermain melawan Nadal di ‘ruang tamunya’, di lapangannya sendiri. Sebi bisa melihat dan belajar dari apa yang dilakukan Nadal. Saya menantikan pertandingan itu,” ujar Petr sebelum pertandingan Korda-Nadal berlangsung.
Pembatasan anggota pendukung pemain yang diterapkan Federasi Tenis Perancis (FFT) membuat Petr hanya bisa menyaksikan penampilan anak bungsunya itu dari kediaman mereka di Brandenton, Florida, AS. Petr dan istrinya, yang juga mantan petenis, Regina, tengah memantau penampilan dua anak perempuan mereka yang tampil dalam turnamen golf LPGA di New Jersey, AS. (AFP/AP)