Para Juara Yunior Berburu Gelar Di Level Lebih Tinggi
Persaingan di tingkat senior jauh lebih ketat dari pada di level yunior. Para juara yunior Grand Slam pun mencoba peruntungan untuk menjadi yang terbaik pada level yang lebih tinggi, termasuk di Perancis Terbuka.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
Babak ketiga Perancis Terbuka menjadi panggung bagi para petenis yang pernah mencapai prestasi tertinggi di kategori yunior. Kini, sebagian besar di antara mereka berburu gelar pertama pada pentas yang sama dengan gengsi yang lebih tinggi.
Pada laga babak ketiga Perancis Terbuka 2020, 2-3 Oktober, terdapat sembilan juara Grand Slam yunior tunggal putri dan delapan di tunggal putra. Enam dari mereka pernah menjuarai Perancis Terbuka yunior, yaitu Simona Halep, Andrey Rublev, Christian Garin, Ons Jabeur, Paula Badosa, dan Leylah Fernandez. Nama terakhir adalah petenis Kanada berusia 18 tahun yang menjuarai tunggal putri yunior pada 2019.
“Saat bermain di yunior, persaingan terjadi antara pemain muda yang belum berpengalaman, saya bermain hanya untuk kesenangan. Sekarang, bermain tenis adalah pekerjaan saya,” kata Jabeur, juara tunggal putri yunior pada Perancis Terbuka 2011.
Bagi petenis peringkat ke-35 dunia itu, tahap persaingan pada level yunior adalah persiapan menghadapi ketatnya persaingan di arena profesional. Menjalani debut di arena Grand Slam level senior pada 2014, hasil terbaik petenis nomor satu Tunisia itu diraih saat lolos ke perempat final Australia terbuka 2020.
Kemenangan atas unggulan kedelapan, Aryna Sabalenka (Belarus), 7-6 (9-7), 2-6, 6-3 , Jumat (3/10/2020) menempatkan Jabeur pada babak keempat Perancis Terbuka untuk pertama kalinya. Pada laga berikutnya, dia akan berhadapan dengan Danille Collins (AS) atau Garbine Muguruza (Spanyol).
Rublev, juara tunggal putra yunior Perancis Terbuka 2014, meneruskan penampilan solidnya di atas lapangan tanah liat tahun ini. Kemenangan atas Kevin Anderson (Afrika Selatan), 6-3, 6-2, 6-3, menjadi kemenangan kesembilan dari sepuluh pertandingan di lapangan berkarakter lambat tersebut sejak pertengahan September.
Tiga hari sebelum tampil pada babak pertama Perancis Terbuka, petenis Rusia itu meraih gelar pertamanya dari level ATP 500 di Hamburg, Jerman. Langkahnya di Roland Garros juga diawali dengan gemilang, menundukkan petenis senior AS Sam Querrey seteklah kehilangan dua set pertama, 6-7 (5-7), 6-7 (4-7), 7-5, 6-4, 6-3.
Yevgeny Kafelnikov, juara Perancis Terbuka 1996, memuji kemampuan Rublev yang bisa berkembang pada level senior. “Banyak kasus petenis dengan prospek yang baik saat yunior sangat kesulitan ketika bersaing pada level lebih tinggi. Itu tidak terjadi pada Andrey. Kesuksesan di yunior bisa ditransfer ke level lebih tinggi,” kata mantan petenis nomor satu dunia itu.
Musim 2020 menjadi musim terbaik Rublev (22) yang memasuki persaingan profesional pada 2014. Dia meraih hasil terbaik pada tiga Grand Slam yang digelar. Setelah mencapai babak keempat Australia Terbuka, dia bertahan hingga perempat final AS Terbuka sebelum dihentikan sesama petenis Rusia, Daniil Medvedev. Pada September, Rublev juga mencapai posisi terbaiknya dalam daftar peringkat dunia, yaitu urutan ke-12.
Banyak kasus petenis dengan prospek yang baik saat yunior sangat kesulitan ketika bersaing pada level lebih tinggi. Itu tidak terjadi pada Andrey. Kesuksesan di yunior bisa ditransfer ke level lebih tinggi.
Babak keempat Perancis Terbuka melawan Merton Fucsovics, Senin, juga menjadi pencapaian terbaiknya di Roland Garros. Rublev, bersama petenis seusia, Stefanos Tsitsipas (Yunani), berpeluang mengikuti jejak Dominic Thiem (Austria) yang mendobrak dominasi trio Roger Federer, Rafael Nadal, dan Novak Djokovic sebagai juara Grand Slam. Thiem melakukannya pada AS Terbuka, dua pekan lalu.
Halep tersukses
Di antara para juara yunior yang tampil dalam dua hari terakhir di Roland Garros, Halep menjadi yang tersukses. Dia tampil konsisten pada level tinggi Grand Slam sejak 2014. Kecuali 2016, setiap tahun Halep mencapai semifinal pada setidaknya satu turnamen Grand Slam.
Petenis Rumania ini mencapai tiga final sebelum menjuarai Perancis Terbuka 2018 dan Wimbledon 2019, serta untuk pertama kalinya menjadi petenis nomor satu dunia pada Oktober 2017.
Halep berpendapat, gelar juara dari level yunior menjadi bekal kepercayaan dirinya untuk bersaing pada level profesional. Petenis berusia 29 tahun itu menjuarai Perancis Terbuka yunior 2008. Saat itu turut bersaing Johanna Konta (Inggris), Kristina Mladenovic (Perancis), dan petenis Indonesia, Jessy Rompies. Tahun yang sama, petenis putra terbaik Indonesia Christopher Rungkat menjuarai ganda putra yunior berpasangan dengan Henri Kontinen (Finlandia).
Setelah menjuarai Perancis Terbuka 2018, gelar pertamanya dari Grand Slam, Halep bercerita bahwa dia tak tahu banyak tentang Perancis Terbuka sebelum tampil pertama kali di level yunior pada 2007.
“Saya tak terlalu sering menonton pertandingan dari televisi. Saya hanya tahu bahwa ada turnamen tanah liat di Paris. Saya benar-benar tahu ketika bermain pada 2007 dan menyukainya. Lapangan tanah liat di Roland Garros kering hingga permainan bisa berjalan lebih cepat dari tanah liat lainnya, termasuk di negara saya. Tetapi, karena belum terbiasa dengan tanah liat di Paris, saya pun langsung kalah pada babak pertama 2007,” cerita Halep. (AFP/AP)